GENT
OF CHANGE (AGEN PEMBAHARU)
MAKALAH
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan
Dosen
Pengampu: Jenuri, S.Ag, M.Pd.
Disusun
oleh:
Eli
Meivawati 1102992
Frans
Alusius S 1103780
Frida
Ayu A 1103123
Kelas
3C PGSD Reguler
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS
CIBIRU
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Agent of
Change (Agen Pembaharu)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Inovasi Pendidikan.
Agen
pembaharu seperti jembatan antara pengusaha pembaharu dengan masyarakat dan seperti pelumas agar inovasi bisa
berjalan dengan lancar. Inovasi bisa saja terhambat bahkan gagal tanpa adanya
agen pembaharu. Proaktif dan outstanding result, itulah seharusnya agen
perubahan. Agen pembaharu sangat urgen peranannya dalam inovasi. Karena itu
perlu pembahasan lebih jauh mengenai agen pembaharu itu sendiri.
Dalam
penyelesaian makalah, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat dukungan dari berbagai pihak
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu, walau masih banyak
kekurangan. Karena itu, sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Makalah
ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik
dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Amin
Bandung, 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR
ISI...................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A.
Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan Makalah................................................................. 2
D.
Manfaat Penulisan Makalah............................................................... 2
E.
Metode Penulisan Makalah................................................................ 3
BAB
II PEMBAHASAN.................................................................................... 4
A.
Pengertian Agen Pembaharu............................................................. 4
B.
Fungsi dan Tugas Agen Pembaharu................................................ 6
C.
Faktor-Faktor Keberhasilan Agen
Pembaharu............................. 11
D.
Sistem Difusi Sentralisasi dan
Desentralisasi.............................. 20
BAB
III KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 24
A.
Kesimpulan ........................................................................................ 24
B.
Saran .................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kehidupan
merupakan sesuatu yang kompleks dan majemuk. Terdapat banyak hal dalam
kehidupan yang bisa berubah tiba-tiba atau bahkan berubah dengan waktu yang
lama. Perubahan akan selalu terjadi baik itu progesif atau regresif. Dalam
kehidupan sosial, perubahan yang diharapkan tentu perubahan yang progesif,
berkembang, dan berdaya guna. Berhubungan dengan inovasi, setiap inovasi adalah
perubahan sosial, tapi setiap perubahan sosial belum tentu inovasi. Inovasi
cangkupannya lebih sempit ketimbang dengan perubahan sosial. Inovasi merupakan
perubahan yang progres dan diharapkan bisa berdaya guna, sedangkan perubahan
sosial mencangkup perubahan yang baik maupun yang buruk. Proses inovasi itu
sendiri tak lepas kaitannya dengan pengusaha pembaharuan, agen pembaharuan, dan
masyarakat. Kemajemukan masyarakat akan berdampak pada kesenjangan antara
pengusaha pembaharuan dengan masyarakat. Kesenjangan tersebut yang dapat menghambat
proses difusi inovasi itu sendiri. Peran agen pembaharu seperti jembatan antara
pengusaha pembaharu dengan masyarakat
dan seperti pelumas agar inovasi bisa berjalan dengan lancar. Inovasi
bisa saja terhambat bahkan gagal tanpa adanya agen pembaharu. Agen pembaharu
mampu memperdayakan sesama agar turut serta menikmati manfaat inovasi. Kedua
kaki agen pembaharu berpijak diantara pengusaha pembaharu dengan masyarakat. Agen
pembaharu sangat urgen peranannya dalam inovasi. Karena itu perlu pembahasan
lebih jauh mengenai agen pembaharu itu sendiri.
2. Rumusan Masalah
Dengan
melihat latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah
yang dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa
fungsi, peran, dan tugas dari agen pembaharu?
2. Bagaimana
agen pembaharu bisa sukses dan berhasil dalam proses inovasi?
3. Bagaimana
esensi dari agen pembaharu dalam proses inovasi?
3. Tujuan Penulisan
Penulisan
makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi guru dan mahasiswa pada khususnya, serta seluruh masyarakat
pada umumnya. Secara terperinci tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Mendeskripsikan Agent of Change
(agen pembaharu).
2.
Mendeskripsikan faktor-faktor
keberhasilan agen pembaharu.
3.
Menjelaskan peran, tugas, dan
fungsi dari agen pembaharu.
4.
Menjelaskan urgensi dari agen
pembaharu dalam proses inovasi (difusi sentralisasi dan desentralisasi).
4. Manfaat Penulisan
Makalah
ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep
pembelajaran landasan pendidikan. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1.
Penulis, sebagai wahana penambah
pengetahuan tentang agen perubahan, sekaligus sebagai latihan dalam menulis
makalah.
2.
Pembaca, sebagai media informasi
ataupun referensi tentang agen perubahan yang didalamnya mencangkup pengertian,
fungsi, tugas, dan faktor keberhasilan dalam difusi sentralisasi dan
disentralisasi.
5. Metode Penulisan
Untuk mendapatkan
data dan informasi yang diperlukan, penulis mempergunakan metode kepustakaan.
Pada metode ini, penulis membaca buku dan literatur yang berhubungan dengan
penulisan makalah. Makalah ini disusun dengan menggunakan metode deskriptif,
yaitu penulis menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agen Pembaharu
Setiap inovasi adalah
perubahan sosial, tetapi setiap perubahan sosial belum tentu inovasi. Everett M
Rogers, Agen pembaharu (chage agent) adalah orang yang bertugas mempengaruhi
klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh
pengusaha pembaharuan (change agency). Pekerjaan ini mencakup berbagai macam
pekerjaan seperti guru, konsultan, penyuluh kesehatan, penyuluh pertanian dan
sebagainya. Semua agen pembaharu bertugas membuat jalinan komunikasi antara
pengusaha pembaharuan (sumber inovasi) dengan sistem klien (sasaran inovasi).
Dalam kenyataannya pengusaha pembaharu biasanya didirikan oleh orang-orang ahli
atau berpendidikan tinggi dalam bidang inovasi yang sedang didifusikan
(digabungkan), misalnya Doktor dalam pertanian, kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya. Oleh karena terdapat perbedaan pengetahuan yang sangat jauh dari
klien, maka terjadi hambatan komunikasi. Bahkan mungkin antara pengusaha
pembaharuan dengan klien bukan hanya heterophily dalam bidang teknik tetapi
juga dalam bidang sosial-ekonomi, adat-istiadat, kepercayaan, dan sikap. (Adi Kasimbar dalam http://adikasimbar.wordpress.com)
Agen pembaharu justru
menjalin hubungan dengan dua sistem inferensial (yang dapat disimpulkan) dengan
kemungkinan keduanya heterophily yaitu hubungan dengan pengusaha pembaharuan
dan juga dengan sistem klien. Dalam kamus besar bahasa Indonesia heterophily
merupakan suatu keadaan gambaran derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi
dalam proses komunikasi yang berbeda-beda dalam sifati-sifat tertentu. Agen
pembaharu harus dapat mengatasi situasi tersebut dengan cara mengadakan seleksi
informasi disesuaikan dengan masalah dan kebutuhan klien. Dengan memahami
kebutuhan klien, agen klien dapat membatasi informasi yang disampaikan kepada
klien, hanya yang relevan dengan kebutuhan.
Tugas utama agen pembaharu
adalah melancarkan jalannya arus inovasi dari pengusaha pembaharuan ke klien.
Proses komunikasi ini akan efektif jika inovasi yang disampaikan ke klien
dipilih sesuai dengan kebutuhannya atau sesuai dengan masalah yang dihadapinya.
Agar jalinan komunikasi dalam proses difusi ini efektif, umpan balik dari
sistem klien harus disampaikan kepada pengusaha pembaharuan melalui agen
pembaharu. Dengan umpan balik ini pengusaha pembaharuan dapat mengatur kembali
bagaimana sebaiknya agar komunikasi lebih efektif.
Jika tidak terdapat
kesenjangan sosial dan teknik antara pengusaha pembaharuan dan klien dalam
proses difusi inovasi, maka tidak perlu agen pembaharu. Tetapi biasanya
pengusaha pembaharu adalah orang-orang ahli dalam inovasi yang sedang
didifusikan, oleh karena itu terjadi kesenjangan pengetahuan sehingga dapat
terjadi hambatan komunikasi. Disinilah pentingnya agen pembaharu untuk
penyampaian difusi inovasi agar dapat mudah diterima oleh klien.
Agen
pembaharu harus mampu menjalin hubungan baik dengan pengusaha pembaharuan dan
juga dengan sistem klien. Adanya kesenjangan heterophily pada kedua sisi agen
pembaharu dapat menimbulkan masalah dalam komunikasi. Sebagai penghubung antara
kedua sistem yang berbeda sebaiknya agen pembaharu bersikap marginal (berada
dibatas, pinggir, tidak terlalu memihak), ia berdiri dengan satu kaki pada
pengusaha pembaharu dan satu kaki yang lain pada klien. Keberhasilan agen
pembaharu dalam melancarkan proses komunikasi antara pengusaha pembaharu dengan
klien, merupakan kunci keberhasilan proses difusi inovasi. Selain itu agen
pembaharu melakukan seleksi informasi untuk dapat disesuaikan dengan masalah
dan kebutuhan klien.

Gambar 1.
Agen pembaharu sebagai penghubung antara pengusaha pembaharu dengan klien (Rogers, 1983)
B. Fungsi dan Tugas Agen Pembaharu
Fungsi utama agen pembaharu
adalah sebagai penghubung antara
pengusaha pembaharuan (change agency) dengan klien, tujuannya agar inovasi
dapat diterima atau diterapkan oleh klien sesuai dengan keinginan pengusaha
pembaharuan. Kunci keberhasilan diterimanya inovasi oleh klien terutama
terletak pada komunikasi antara agen pembaharu dengan klien. Jika komunikasi
lancer dan efektif proses penerimaan inovasi akan lebih cepat dan makin
mendekati tercapainya tujuan yang diinginkan. Sebaliknya jika komunikasi
terhambat makin tipis harapan diterimanya inovasi. Oleh karena tugas utama yang
harus dilakukan agen pembaharu adalah memantapkan hubungan dengan klien.
Kemantapan hubungan antara agen pembaharu dengan klien, maka komunikasi akan
lebih lancar.
Menurut
Zaltman (1977), ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh agen pembaharu dalam
usaha memantapkan hubungannya dengan klien, yaitu:
- Di mata klien seorang agen pembaharu harus tampak benar-benar mampu (competent) serta secara resmi mendapat tugas untuk membantu klien dalam usaha meningkatkan kehidupannya atau meemcahkan masalah yang dihadapinya.
- Harus diusahakan terjadinya pertukaran informasi tentang hal-hal yang diharapkan akan dicapai dalam proses perubahan (inovasi) antara agen pembaharu dengan klien.
- Perlu diusahakan adanya sanksi yang tepat terhadap target perubahan yang ajan dicapai. Dengan adanya sanksi akan mendorong klien untuk berusaha dengan sungguh-sungguh mencapai target perubahan yang telah disepakati.
Rogers, mengemukakan ada
tujuh langkah kegiatan agen pembaharu dalam pelaksanaan tugasnya inovasi pada sistem
klien, sebagai berikut:
1. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah. Biasanya agen pembaharu
pada awal tugasnya diminta untuk membantu kliennya agar mereka sadar akan
perlunya perubahan. Agen pembaharu mulai dengan mengemukakan berbagaimasalah
yang ada, membantu menemukan masalah yang penting dan mendesak, serta
meyakinkan klien bahwa mereka mampu memecahkan masalah tersebut. Pada tahap ini
agen pembaharu menentukan kebutuhan klien dan juga membantu caranya menemukan
masalah atau kebutuhan dengan cara konsultatif
2. Memantapkan hubungan pertukaran informasi. Sesudah ditentukannya
kebutuhan untuk berubah, agen pembaharu harus segera membina hubungan yang
lebih akrab dengan klien. Agen pembaharu dapat meningkatkan hubungan yang lebih
baik kepada klien dengan cara menumbuhkan kepercayaan klien pada kemampuannya,
saling mempercayai dan juga agen pembaharu harus menunjukan empati pada masalah
dan kebutuhan klien.
3. Mendiagnosa masalah yang dihadapi. Agen pembaharu bertanggung jawab
untuk menganalisa situasi masalah yang dihadapi klien, agar dapat menentukan
berbagai alternatif jika tidak sesuai kebutuhan klien. Untuk sampai pada
kesimpulan diagnosa agen pembaharu harus meninjau situasi dengan penuh empati.
Agen pembaharu melihat masalah dengan kacamata klien, artinya kesimpulan
diagnosa harus berdasarkan analisa situasi dan psikologi klien, bukan
berdasarkan pandangan pribadi agen pembaharu.
4. Membangkitkan kemauan klien untuk berubah. Setelah agen pembaharu
menggali berbagai macam cara yang mungkin dapat dicapai oleh klien untuk
mencapai tujuan, maka agen pembaharu bertugas untuk mencari cara memotivasi dan
menarik perhatian agar klien timbul kemauannya untuk berubah atau membuka
dirinya untuk menerima inovasi. Namun demikian cara yang digunakan harus tetap
berorientasi pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien jangan terlalu
menonjolkan inovasi (tersirat).
5. Mewujudkan kemauan dalam perbuatan. Agen pembaharu berusaha untuk
mempengaruhi tingkah laku klien dengan persetujuan dan berdasarkan kebutuhan
klien jadi jangan memaksa. Dimana komunikasi interpersonal akan lebih efektif
kalau dilakukan antar teman yang dekat dan sangat bermanfaat kalau dimanfaatkan
pada tahap persuasi dan tahap keputusan inovasi. Oleh kerena itu dalam hal
tindakan agen pembaharu yang paling tepat menggunakan pengaruh secara tidak
langsung, yaitu dapat menggunakan pemuka masyarakat agar mengaktifkan kegiatan
kelompok lain.
6. Menjaga
kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak berkelanjutannya inovasi.
Agen pembaharu harus menjaga kestabilan penerimaan inovasi dengan cara
penguatan kepada klien yang telah menerapkan inovasi. Perubahan tingkah laku
yang sudah sesuai dengan inovasi dijaga jangan sampai berubah kembali pada
keadaan sebelum adanya inovasi.
7. Mengakhiri
hubungan ketergantungan. Tujuan akhir tugas agen pembaharu adalah dapat
menumbuhkan kesadaran unrtuk berubah dan kemampuan untuk merubah dirinya,
sebagai anggota sistem sosial yang selalu mendapat tantangan kemajuan jaman.
Agen pembaharu harus berusaha mengubah posisi klien dari ikatan percaya pada
kemampuan agen pembaharu menjadi bebas dan percaya kepada kemampuan sendiri.
Peran Guru sebagai Agen Pembaharu
Seiring dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
guru tidak perlu lagi menjadi pengkhutbah yang terus berceramah dan berteori
kepada siswa didik. Sudah bukan zamannya lagi anak diperlakukan bagai
“keranjang sampah” yang hanya sekadar menjadi penampung ilmu. Peserta didik
perlu diperlakukan secara utuh dan holistik sebagai manusia-manusia pembelajar
yang akan menyerap pengalaman sebanyak-banyaknya melalui proses pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan. Oleh karena itu, kelas perlu didesain sebagai
“masyarakat mini” yang mampu memberikan gambaran bagaimana sang murid
berinteraksi dengan sesamanya. Dengan kata lain, kelas harus mampu menjadi
“magnet” yang mampu menyedot minat dan perhatian siswa didik untuk terus
belajar, bukan seperti penjara yang mengekang kebebasan mereka untuk berpikir,
berbicara, berpendapat, mengambil inisiatif, atau berinteraksi.
Dalam hal ini guru memiliki peran yang amat vital dalam proses pembelajaran
di kelas. Gurulah yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyusun rencana
pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi, menganalisis
hasil evaluasi, dan melakukan tindak lanjut. Dalam konteks demikian, gurulah
yang akan menjadi aktor penentu keberhasilan siswa didik dalam mengadopsi dan menumbuhkembangkan
nilai-nilai kehidupan hakiki.
Melalui
kegiatan pembelajaran yang inovatif, atmosfer kelas tidak terpasung dalam
suasana yang kaku dan monoton. Para siswa didik perlu lebih banyak diajak untuk
berdiskusi, berinteraksi, dan berdialog sehingga mereka mampu mengkonstruksi
konsep dan kaidah-kaidah keilmuan sendiri, bukan dengan cara diceramahi. Para
siswa juga perlu dibiasakan untuk berbeda pendapat sehingga mereka menjadi
sosok yang cerdas dan kritis. Tentu saja, secara demokratis, tanpa melupakan
kaidah-kaidah keilmuan, sang guru perlu memberikan penguatan-penguatan sehingga
tidak terjadi salah konsep yang akan berbenturan dengan nilai-nilai kebenaran
itu sendiri.
Secara
lebih rinci inovasi yang dapat dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:
1.
Membuat perencanaan pembelajaran.
2.
Membuat desain pembelajaran.
3.
Menggunakan metode pembelajaran
yang lebih variatif.
4.
Mengelola kelas dengan baik.
5.
Melakukan Pengajaran dengan baik.
6.
Menggunakan teknologi dalam proses
pembelajaran.
7.
Melakukan penilaian yang
komprehensif.
8.
Memberikan umpan balik.
Walaupun demikian bukan
berarti tugas guru selaesai sampai disini, seringkali dalam proses pembelajaran
timbul masalah-masalah baru. Oleh karena itu guru dituntut mampu melakukan
action research untuk menjawab masalah-maslah tersebut. Pada akhirnya proses
inovasi dan perubahan selalu terjadi dan bergulir seiring dengan waktu. (Adi Kasimbar dalam
http://adikasimbar.wordpress.com)
C. Faktor-faktor
Keberhasilan Agen Pembaharu
Mengapa
agen pembaharu berhasil dengan baik sedangkan yang lain tidak? Para ahli telah
mencoba menjawab pertanyaan ini. Berdasarkan hasil penelitian maupun pengamatan
terhadap berbagai proyek difusi inovasi dan hasilnya dirumuskan dalam bentuk
generalisasi atau kesimpulan umum. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan agen pembaharu, berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut Analisa dari Buku Diffusion Of Inovation
1. Usaha agen
pembaharu
Sebagai indikator untuk
mengetahui kegigihan (besarnya) usaha agen pembaharu ialah: jumlah klien yang
dihubungi untuk berkomunikasi, banyaknya waktu yang digunakan untuk
berpartisipasi di desa (tempat tinggal) klien dibandingkan dengan waktu di
kantor atau di rumah sendiri, banyaknya keaktifan yang dilakukan dalam proses
difusi inovasi, ketepatan memilih waktu untuk berkomunikasi dengan klien dan
sebagainya. Makin banyak jumlah klien yang dihubungi, makin banyak waktu yang
digunakan di tempat tinggal klien, makin banyak keaktifan yang dilakukan dalam
proses difusi dan makin tepat agen pembaharu memilih waktu untuk berkomunikasi
dengan klien, dikatakan makin gigih atau makin besar usaha klien untuk kontak
dengan klien. Dari berbagai bukti dirumuskan generalisasi bahwa Keberhasilan
agen pembaharu berhubungan positif dengan besarnya usaha mengadakan kontak
dengan klien.
2. Orientasi pada
klien
Sebagaimana telah kita
ketahui posisi agen pembaharu berada ditengah-tengah antara pengusaha pembaharuan
dan sistem klien. Agen pembaharu harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya
kepada pengusaha pembaharuan, tetapi dilain pihak ia juga harus bekerja bersama
dan untuk memenuhi kepentingan klien. Agen pembaharu akan mengalami kesukaran
jika apa yang diminta oleh pengusaha pembaharu tidak sesusai dengan kebutuhan
klien. Namun demikian agen pembaharu akan berhasil melaksanakan tugasnya jika
ia mampu untuk mengambil kebijakan dengan lebih berorientasi pada klien. Agen
pembaharu harus menunjukan keakraban dengan klien, memperhatikan kebutuhan
klien, sehingga memperoleh kepercayaan yang tinggi dari klien. Dengan dasar
hubungan yang baik itu agen pembaharu dapat mengambil kebijakan menyesuaikan
kebutuhan klien dengan kemauan pengusaha Pembaharuan. Tetapi jika agen pembaharu
tidak berorientasi pada pengusaha pembaharuan, maka akan dianggap lawan oleh
klien dan sama sekali tidak dapat mengadakan kontak atau komunikasi. Dari
berbagai bukti hasil pengamatan dan penelitian dirumuskan generalisasi (1) “Keberhasilan
agen pembaharu berhubungan positif dengan orientasi pada klien dari pada orientasi
pada pengusaha pembaharuan”.
3. Sesuai dengan
kebutuhan klien
Salah satu tugas agen
pembaharu yang sangat penting dan sukar melaksanakannya ialah mendiagnosa
kebutuhan klien. Banyak terbukti usaha difusi inovasi gagal karena tidak
mendasarkan kebutuhan klien, tetapi lebih mengutamakan pada target inovasi
sesuai kehendak pengusaha pembaharuan. Sebagai contoh, disebuah desa suku
Indian, mendapat dana dari pemerintah untuk membangun irigasi agar dapat
meningkatkan hasil pertaniannya. Tetapi sangat dibutuhkan orang di desa itu
tendon air untuk minum, karena mereka harus berjalan sejauh 3 km untuk
mendapatkan air sungai. Maka akhirnya penduduk membangun waduk air bukan di
sawah tetapi didekat desa dan menggunakan air itu untuk minum bukan untuk
irigasi. (Rogers, 1983, hal 320)
Dari berbagai bukti itu,
dirumuskan generalisasi (2) “Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif
dengan kesesuaian program difusi dengan kebutuhan klien”.
4. Empati
Seperti telah kita ketahui
bahwa empati akan mempengaruhi efektifitas komunikasi. Komunikasi yang efektif
akan mempercepat diterimanya inovasi. Generalisasi (3) “Keberhasilan agen
pembaharu berhubungan positif dengan empatik terhadapat klien”.
Perlu diperhatikan bahwa
makin banyak perbedaan antara agen pembaharu dengan klien makin sukar agen
pembaharu menunjukan empatik. Untuk mengatasi hal ini biasanya diadakan
pemilihan calon agen pembaharu dipilihkan orang yang mempunyai latar belakang
kehidupan sesuai dengan klien dimana agen pembaharu akan bekerja.
5. Homophily
Sebagaimana telah kita
ketahui yang dimaksud dengan homophily ialah pasangan individu yang
berinteraksi dengan mimiliki ciri-ciri atau karakteristik yang sama (sama
bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan sebagainya). Heterophily ialah pasangan
individu yang berinteraksi dengan memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang
berbeda. Biasanya agen pembaharu yang berbeda dengan klien lebih disegani, dan
lebih suka mengadakan dengan klien yang memiliki persamaan dengan dia. Dari
pernyataan umum ini melahirkan serangkaian generelisasi yang ditunjang dengan
bukti-bukti berdasarkan pengalaman para ahli. Generalisasi (4) “Kontak yang
dilakukan agen pembaharu berhubungan positif dengan status sosial antara klien‟.
Generalisasi (5) “Kontak
yang dilakulkan agen pembaharu berhubungan positif dengan besarnya partisipasi sosial
antar klien”.
Generalisasi (6) “Kontak yang dilakukan agen pembaharu
berhubungan positif dengan tingginya tingkat pendidikan antara klien‟.
Generalisasi (7) “Kontak yang dilakukan agen
pembaharu, berhungan positif dengan sifat cosmopolitan antara klien.
Generalisasi tersebut berdasarkan pemikiran bahwa kontak komunikasi antara agen
pembaharu dengan klien akan lebih efektif jika homophily‟.
6. Kontak agen
pembaharu dengan klien yang berstatus lebih rendah
Sebenarnya klien yang
kurang mampu ekonominya, rendah pendidikannya, harus mendapat lebih banyak
bantuan dan bimbingan dari agen pembaharu. Tetapi sesuai dengan prinsip
homophily maka justru agen pembaharu lebih banyak kontak dengan klien yang
berstatus lebih tinggi baik pendidikan maupun ekonominya. Sehingga dapat timbul
pendapat yang kurang benar dari agen pembaharu yang menyatakan bahwa klien yang
berstatus lebih rendah tidak termasuk tanggungjawabnya dalam pelaksanaan difusi
inovasi. Jika ini terjadi maka akibatnya makin parah, karena makin terbuka
kemungkinan klien yang berstatus lebih rendah tidak terjamah sama sekali oleh
bantuan agen pembaharu. Salah satu cara untuk mengatasi dengan jalan memilih
pembaharu yang sedapat mungkin sama dengan klien atau paling tidak mendekati,
misalnya sama daerahnya, sama bahasanya, sama kepercayaannya dan sebagainya.
Dengan dasar itu maka dirumuskan generalisasi (8) ‟Keberhasilan agen pembaharu
berhubungan positif dengan klien yang homophily‟.
Dalam pelaksanaan difusi
inovasi sering diadakan latihan atau penataran agen pembaharu. Dalam penataran
atau latihan itu diberi petunjuk tentang cara pelaksanaan penyebaran inovasi
dengan berbagai macam teknik yang dianggap relevan dengan klien. Tetapi tidak
selalu menunjukan bahwa hasil latihan akan meningkatkan kemampuan dalam
penampilan berkomunikasi dengan klien, bahkan makin tinggi jarak pengetahuan
agen pembaharu dengan klien. Jadi terjadi masalah hubungan agen pembaharu
dengan klien heterophily. Salah satu cara mengatasi ini dengan mengadakan
pembantu profesional.
7. Pembantu
para-profesional
Pembantu para-profesional
ialah orang yang bertugas membantu agen pembaharu agar terjadi kontak dengan
klien yang berstatus lebih rendah. Pembantu para-profesional dari segi
pengetahuan tentang inovasi dan teknik penyebaran inovasi, kurang dari agen
pembaharu. Tetapi dengan mengangkat pembantu para-profesional ada keuntungannya
yaitu biaya lebih rendah dapat kontak dengan klien yang berstatus lebih rendah
dari agen pembaharu, karena para pembantu para-profesional lebih dekat dengan
klien (homophily).
8. Kepercayaan klien
terhadap agen pembaharu (credibility)
Pembantu agen pembaharu
(aide) kurang memperoleh kepercayaan dari klien , jika ditinjau dari segi
kompentensi profesional karena ia memang kurang profesional . Tetapi pembantu
agen pembaharu, memiliki kepercayaandari klien karena adanya hubungan yang
akrab sehingga tidak timbul kecurigaan. Klien percaya pada pembantu agen
pembaharu karena keyakinannya akan membawa kebaikan bagi dirinya, yang dise
but: kepercayaan, keselamatan (Savety, credibility) . Pada umumnya agen
pembaharu (profesional dan hetrophily) memiliki kepercayaan kompetensi (competency
credibility), sedangkan pembantu agen pembaharu (tidak profesional dan
homophily) memiliki kepercayaan keselamatan (savety, credibility). Seharusnya
agen pembaharu yang ideal harus memiliki kedua kepercayaan tersebut secara
seimbang. Tetapi hal ini sukar diperoleh, karena jika agen pembaharu itu profesional
berarti ia sarjana yang menguasai ilmu dan teknik, maka timbul perbedaan dengan
klain yang berpendidikan rendah (heterophily). Salah satu cara untuk mengatasi
ini dengan jalan mengangkat orang yang telah menerima dan menerapkan inovasi,
sebagai pembantu agen pembaharu mempengaruhi teman-temannya (anggota sistem
klien yang lain) untuk menerima inovasi. Cara ini telah terbukti berhasil di
India dalam difusi inovasi keluarga berencana dengan cara pasektomi. Pengusahaq
pembaharu memberi upah kepada orang yang sudah melaksanakan vasektomi yang mau
dijadikan Canvasser (membantu mencari pengikut KB) Ternyata canvasser di India
ini memiliki keseimbangan antara kepercayaan kompetensi dan kepercayaan
keselamatan. Ia dimata klien telah memiliki kopetensi karena telah
berpengalaman manjalani operasi vasektomi. Canvasser juga memperoleh
kepercayaan keselamatan, karena ia memiliki banyak persamaan dengan klien
(homophiliy), sama dari status ekonomi lemah, sama tingkat pendidikannya, sama
asal daerahnya, sama bahasanya dan sebagainya. Jadi canvasser di India berhasil
karena pembantu agen pembaharu memiliki keseinbangan kepercayaan baik
kompetensi maupun keselamatan, dan ditambah lagi biaya honorariumnya lebih
murqah dari pada agen pembaharu yang profesional. Dengan pengalaman itu dirumuskan
generalisasi (9) ‟Keberhasilan agen pembaharu berhubung positif dengan
kepercayaan (credibility)dari sudut pandang klien”.
9. Profesional semu
Sebagaimana kita ketahui
bahwa pembantu agen pembaharu dapat memberikan beberapa keuntungan seperti
biaya operasional rendah, dan dapat menjembatani kesenjangan heterophily, namum
tidak berarti bahwa agen pembaharu lalu sama sekali tidak diperlukan. Agen pembaharu
tetap masih sangat dibutuhkan untuk menatar atau mamilih pembantu agen
pembaharu, engadakan super visi, dan juga membantu mencegah masalah yang tidak
dapat diselesaikan oleh pembantu agen pembaharu. Satu masalah yang sering dijumpai
pembantu agen pembaharu ialah timbulnya profesional semu yang terjadi karena
pembantu agen pembaharu bergaya seperti agen pembaharu profesional. Ia memakai
pakaian, cara bertindak, dan sebagainya yang menyamai tenaga agen pembaharu profesional.
Secara psikologis hal ini wajar , karena ia mengagumi kehebatan kopetensi profesional
agen pembaharu, sehingga berusaha meniru agar menambah wibawa. Tetapi
sebenarnya yang diperoleh justru terbalik, karena dengan bergaya seperti tenaga
profesional akan menghilangkan fungsinya untuk menjembatani kesenjangan
heterophily. Biasanya jika pembantu agen pembaharu menyadari adanya masalah profesional
semu, mereka akan berusaha dan berhati-hati dalam bertindak sehingga terhindar
dari hambatan terjadinya profesional semu tersebut.
10. Pemuka pendapat
Dimuka masyarakat atau sistem
sosial sering terdapat orang yang pendapat-pendapatnya mudah diikuti oleh
teman-teman sekelompoknya. Orang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku orang lain secara informal,
dengan tujuan tertentu, disebut pemuka pendapat. Dari berbagai pengalaman dan
pengamatan para ahli menunjukan bahwa banyak difusi inovasi berhasil dengan
cara memanfaatkan pemuka pendapat yang ada didalam sistem sosial. Maka
dirumuskan generalisasi (10) “Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif
dengan besarnya usaha untuk bekerja sama dengan pemuka pendapat”. Waktu bagi
agen pembaharu merupakan sumber yang sangat berharga. Dengan memusatkan
komunikasi pada pemuka pendapat yang terdapat dalam sistem sosial, agen
pembaharu dapat mempercepat penerimaan inovasi. Usaha ini lebih ekonomis karena
akan menghemat waktu. Agen pembaharu cukup berkomunikasi dengan beberapa orang
pemuka pendapat, tidak perlu berkomunikasi dengan semua anggota sistem sosial
satu persatu. Dan juga banyak difusi inovasi yang menunjukan jika pemuka
pendapat telah menerima dan menerapkan inovasi akan segera diikuti oleh anggota
sistem sosial yang lain, bahkan mungkin sukar untuk menghentikannya.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman para ahli sering terjadi agen pembaharu
salah menunjuk inovator sebagai pemuka pendapat. Mungkin ciri-cirinya hampir
sama, bahwa inovator mempunyai sifat-sifat lebih terbuka, lebih modern tapi
belum tentu orang itu sebagai pemuka pendapat. Bedanya cukup jelas bahwa pemuka
pendapat tingkah lakunya mudah diikuti oleh orang lain, sedangkan inovator
hanya lebih dulu menerima inovasi. Jika agen pembaharu lebih memusatkan
kegiatan komunikasinya pada inovator dari pada pemuka pendapat, maka hasilnya
akan tampak dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang inovasi,
tetapi tidak banyak pengikutnya. Tingkah laku inovator tidak menjamin
diikutinya oleh anggota klien pada umumnya.
Kesukaran lain yang sering
dijumpai agen pembaharu jika agen pembaharu terlalu ketat dalam menentukan
persyaratan untuk memilih pemuka pendapat dan kemudian perhatian hanya
dipusatkan pada sekelompok pemuka pendapat tersebut, maka yang akan terjadi
ialah pemuka pendapat itu menjadi lebih inovatif dan juga menjadi kelompoknya
agen pembaharu dari sudut pandang klien. Jika ini yang terjadi kasusnya sama
dengan profesional semu, yang diperoleh justru merusak hubungan antara pemuka
pendapat dengan pengikutnya dan juga ada kemungkinan agen pembaharu tidak
diperlukan lagi.
11.
Kemampuan
klien untuk menilai inovasi
Salah satu keunikan agen
pembaharu dalam proses difusi inovasi, ialah memiliki kompetensi teknik, yang
menyebabkan ia berwenang untuk bertindak sesuai dengan keahliannya
dalamengaruhi klien untuk menerima inovasi. Tetapi jika agen pembaharu
melakukan pendekatan jangka panjang dalam mencapai tujuan inovasi, maka ia
harus berusaha membangkitkan klien agar memiliki kemampuan teknik dan kemampuan
menilai potensi inovasi yang dicapainya sendiri. Dengan kata lain agen
pembaharu harus berusaha menjadikan klien menjadi agen pembaharu dirinya
sendiri. Bahwa keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan
meningkatnya kemampuan klien untuk menilai inovasi. Tetapi pada umumnya agen
pembaharu hanya bekerja dalam jangka pendek, terutama untuk melancarkan proses
kecepatan diterimanya inovasi. Kesadaran dan kemampuan memperbaharui diri
dengan percaya kepada kemampuan sendiri menjadi tujuan dari pengusaha
pembaharuan, sedangkan seberapa kadar yang dapat dicapai tergantung pada usaha
agen pembaharu.
D. Sistem Difusi
Sentralisasi dan Desentralisasi
Sistem difusi yang telah
berpuluh-puluh tahun digunakan ialah sistem difusi sentralisasi, yang sering
disebut juga sistem difusi model klasik. Adapun ciri-ciri pokok sistem difusi
sentralisasi ialah dengan adanya ide inovasi muncul dari para ahli yang
kemudian disebarluaskan dalam bentuk paket yang seragam kepada anggota sistem sosial
yang mungkin akan menerima atau menolak inovasi. Peranan klien dalam proses
difusi sebagai penerima yang pasif. Sistem difusi sentralisasi ini pada mulanya
dianggap telah berhasil dengan baik untuk menyebarluaskan inovasi di bidang
pertanian. Para ahli pertanian yang menemukan suatu ide baru, kemudian
ditentukan bagaimana cara penyebarannya, siapa yang menyebarkan, siapa sasaran
utama untuk menerima ide baru tersebut, dan perencanaan lainya, semuanya
ditentukan oleh sekelompok ahli.
Kemudian mulai 1970 Rogers menyadari bahwa sistem difusi sentaralisasi tidak dapat
terlaksana persis seperti apa yang telah direncanakan oleh penemunya, tapi
kenyataannya banyak terjadi modifikasi atau re-invensi dalam penerapannya di
lapangan. Demikian pula Schon pada
tahun 1971 mengatakan bahwa teori difusi jauh lebih tertinggal dari kenyataan
timbulnya tantangan, perlu sistem difusi yang baru. Ia menyatakan bahwa sistem
sentralisasi tidak dapat menampung munculnya ide-ide baru dari berbagai bidang
yang sangat komplek, dan terjadinya difusi melalui jalur yang horizontal. Maka
kemudian timbul sistem difusi desentralisasi yang ditandai dengan munculnya ide
baru tidak dari seorang atau sekelompok ahli, tetapi dapat dari siapa saja dan
juga proses penyebarannya diatur oleh calon penerima inovasi sendiri. Jadi
sasaran inovasi juga berperan sebagai agen pembaharu.
Perbandingan antara sistem difusi sentralisasi
dan difusi desentralisasi, diuraikan secara singkat sebagai berikut. Analisa dari Buku Diffusion Of Inovation
1. Sistem difusi
sentralisasi.
(a) Wewenang pengambil
keputusan dan kebijakan, berada pada administrator pemerintah pusat dan para
ahli bidang ilmu (technical subject-matter expert).
(b) Arah difusi dari pusat
ke bawah (top-down), artinya dari para ahli (penemu inovasi) disebarkan ke para
sasaran penerima inovasi di daerah.
(c) Sumber inovasi, dari
organisasi formal “Penelitian dan Pengembangan” yang ditangani oleh para ahli.
(d) Penetapan difusi
inovasi dilakukan oleh tenaga administrator di pusat dan para ahli di bidang
ilmu.
(e) Pendekatan yang
digunakan berorientasi pada inovasi, penentuan kebutuhan klien berdasarkan
adanya inovasi, dengan teknik pelaksanaan didorong dari atas.
(f) Tidak banyak terjadi re-inversi serta
modifikasi untuk disesuaikan dengan kondisi setempat selama dalam proses difusi
inovasi.
2. Sistem difusi
desentralisasi
(a) Keputusan dan kebijakan diambil secara
bersama oleh anggota-anggota sistem difusi. Klien dikontrol oleh pimpinan
masyarakat setempat.
(b) Arah difusi secara
horizontal dari kelompok ke kelompok (peer diffusion).
(c) Sumber inovasi dating
dari percobaan bukan mesti orang ahli dari wilayah setempat, yang juga sering
jadi pemakainya.
(d) Penetapan difusi
inovasi oleh kelompok masyarakat setempat (lokal) berdasarkan penilaian inovasi
secara informal.
(e) Menggunakan pendekatan
yang berorientasi kepada pemecahan masalah, yang timbul dari apa yang diamati
dan dirasakan oleh masyarakat setempat, teknik pelaksanaan ditarik dari bawah.
(f) Banyak terjadi re-inversi dan penyesuaian
dengan kondisi setempat selama dalam proses difusi antar anggota sistem sosial.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi tidak dapat dibedakan secara tegas mana yang Sentralisasi
dan yang desentralisasi, biasanya mana yan lebih dominant dari ciri-ciri
tersebut, sehingga difusi cenderung yang sentralisasi atau desentralisasi.
Rogers menggambarkan rentangan difusi inovasi yang merupakan continuum dari
desentralisasi ke sentralisasi.
Kelebihan dan kelemahan sistem difusi
desentralisasi. Sistem difusi desentralisasi disamping memiliki kelebihan juga
memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan sistem sentralisasi. Adapun
kelebihan sistem desentralisasi ialah bahwa difusi inovasi yang dilakukannya
sesuai dengan kebutuhan klien. Hal ini terjadi karena klien sebagai pemakai
juga turut ikut berpartisipasi dalm membuat berbagai keputusan, seperti mana
problem yang paling mendesak, bagaimana inovasi akan diterima, perlukah modifikasi
atau re-invensi dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat, dan juga
klien ikut mengontrol pelaksanaan difusi. Masalah kesenjangan klien-agen
pembaharu heterophily tidak terjadi, atau kalau ada sangat kecil
kemungkinannya. Motivasi untuk menerima inovasi dating dari klien sendiri, dan
kemungkinan besar biaya operasional lebih murah, yang jelas tidak perlu biaya
untuk memberi upah tenaga ahli. Dan juga pengembangan sikap percaya pada
kemampuan sendiri terpupuk dalam difusi desentralisasi.
Kelemahan sistem difusi desentralisasi jika
dibandingkan dengan sistem difusi sentralisasi antara lain:
(1) Jika inovasi yang akan
disebarluaskan memerlukan tenaga ahli (sarjana bidang ilmu tertentu), maka sistem
ilmu desentralisasi kurang tepat digunakan karena akan terjadi kesukaran
mencari tenaga ahli.
(2) Sistem difusi
desentralisasi yang dilaksanakan secara ekstrim memiliki kelemahan kurang
adanya koordinasi, untuk menentukan mana masalah yang dihadapi, inovasi mana
yang tepat digunakan, siapa yang mengontrol pelaksanaan difusi, dan sebagainya.
(3) Pada suatu saat kadang-kadang memang
diperlukan menyebarkan inovasi yang klien tidak merasa\memerlukanya. Maka jika
menggunakan sistem desentralisasi tidak akan terjadi difusi. Misalnya program
KB di Afrika, Amerika Latin, dan Asia, semuanya dengan sentralisasi. Kalau
menggunakan desentralisasi maka tidak akan terjadi difusi, karena klien belum
merasa perlu KB.
BAB III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setiap
inovasi adalah perubahan sosial, tetapi setiap perubahan sosial belum tentu
inovasi. Everett M Rogers, Agen pembaharu (chage agent) adalah orang yang
bertugas mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang
diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (change agency). Peran agen pembaharu
seperti jembatan antara pengusaha pembaharu dengan masyarakat dan seperti pelumas agar inovasi bisa
berjalan dengan lancar. Inovasi bisa saja terhambat bahkan gagal tanpa adanya
agen pembaharu. Proaktif dan outstanding result, itulah seharusnya agen pembaharu. Orang yang
proaktif adalah orang yang memiliki kepekaan dan inisiatif yang tinggi terhadap
sesuatu masalah. Asal hal tersebut mengacu kepada kebenaran dan kemajuan. Pribadi
yang bisa bekerja melebihi target yang ditetapkan. Itulah pribadi yang outstanding
result. Kedua kaki agen pembaharu berpijak diantara pengusaha pembaharu dengan
masyarakat.
Sistem difusi desentralisasi lebih tepat digunakan
untuk menyebarkan inovasi yang tidak melibatkan tenaga ahli tingkat tinggi dan
sasaran perubahan heterogen. Jika sasaran perubahannya homogen secara relative
lebih tepat dengan sistem sentralisasi. Dapat juga dillakukan kombinasi antar
beberapa unsur sistem desentralisasi dan sistem sentralisasi. Misalnya untuk
koordinasi kegiatan menggunakan sistem sentralisasi, tetapi untuk menentukan
mana inovasi yang kan didifusikan berdasarkan kebutuhan dengan sistem
desentralisasi.
B. Saran
Agen
pembaharu adalah kita. Orang-orang yang berpendidikan menggunakan
intelektualnya untuk senantiasa ikut andil dalam mengadakan inovasi.
Memberdayakan sesama agar kebermanfaatan tidak hanya dirasa oleh diri sendiri.
Begitu besar peran kita sebagai agen pembaharu karenanya kita harus proaktif
dan outstanding result.
DAFTAR PUSTAKA
Adikasimbar. 2010. Agen Pembaharu Sambungan 2. [Online].
Tersedia:
http://adikasimbar.wordpress.com/2010/05/25/agen-pembeharu-2-sambungan [27
Oktober 2012]
Hardi, Kusumah Inu.
2009. Dalam makalah analisa buku Diffusion Of Inovation. [Online]. Tersedia:
http://repository.upi.edu [27 Oktober 2012]
Kun
Maryati dan Juju Suryawati. 2007. Sosiologi
Kelas XII. Jakarta: Esis
Sugito. 2009. Peran
Guru Sebagai Agen Pembaharu Dalam Pendidikan Di Sekolah. [Online].
Tersedia: http://sugito.wordpress.com [27 Oktober 2012]
Swandi,
Dwi. 2009. WHO WANT TO BE A CHANGE AGENT? [Online]. Tersedia: http://dwiswandi.multiply.com/journal/item/152
[27 Oktober 2012]
LAMPIRAN
Sumber: http://defathya.multiply.com/journal/item/1014/Peran-agen-perubahan
Setiap orang adalah agen
perubahan pada sistem perubahan dimana ia berada. Agen perubahan memiliki
peranan dalam perubahan itu, yakni sebagai; 1)
catalyst, 2) solution givers, 3) process helpers, dan 4) resources linkers.
1.
Catalyst atau katalis berperan meyakinkan orang lain atau
sekelompok orang tentang pentingnya perubahan menuju kondisi yang lebih baik.
Misalnya, seorang sastrawan membacakan bait-bait
puisi tentang pentingnya peran pemerintah dalam bersegera meningkatkan
kesejahteraan ekonomi, pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi rakyat agar
kualitas hidup rakyat menjadi lebih baik dengan pelaksanaan perubahan yang
bergerak dari merayap-rayap lebih lambat dari Kura-Kura, menjadi bergerak cepat
dan tangkas bagaikan Cheetah pemberani yang berlari menuju sasarannya.
Seorang mahasiswa membagikan stiker berlabel “jagalah kebersihan lingkungan
dengan budaya membuang sampah pada tempatnya” kepada warga kampus agar para
mahasiswa, dosen dan karyawan kampus tergerak perhatiannya untuk melakukan
kebiasaan sikap membuang sampah pada tempat sampah yang telah disediakan di
sekitar kampus. Sehingga, secara massal terwujud penjagaan kebersihan
lingkungan kampus. Peran mahasiswa dalam kasus ini sebagai agen perubahan yang
menjadi katalis adalah untuk suksesi pengubahan sikap warga kampus menuju
perubahan situasi lingkungan yang lebih baik mutu kebersihannya dari tebaran
sampah yang dibuang tidak pada tempat sampah.
Peranan katalis dapat disandang oleh setiap
orang atau sekelompok orang yang menghendaki perubahan dimana ia pun berperan
di dalam perubahan itu.
2.
Solution givers atau pemberi solusi berperan sebagai pengingat
kepada orang lain atau sekelompok orang terhadap tujuan akhir dari perubahan
yang tengah dilaksanakan bersama. Cara mencapai tujuan perubahan boleh berubah,
namun tujuan akhir perubahan harus tetap dipertahankan untuk dicapai dengan
cara-cara yang baik.
Misalnya, seorang bapak mengayuh sepeda dan membonceng anaknya menuju pasar
tradisonal, ia setadinya sudah berencana melalui jalan utama pada pukul 05.00 WIB,
namun di tengah jalan ia mendapati jalan utama tersebut terhalang oleh sebuah
truk trailer yang mogok dan membuat macet arus lalu lintas. Maka, bapak itu berpikir keras mencari jalan
lain menuju pasar yang ia tuju. Akhirnya ia diingatkan oleh anaknya untuk
melalui jalan lain menuju pasar tradisional yang dituju dengan pola yang dapat
ia kenali, bahwa jalan tersebut memang ada dan bisa digunakan. Dalam hal ini,
anak bapak itu adalah seorang pemberi solusi.
Sekelompok mahasiswa memiliki tujuan menyeleggarakan kegiatan bakti sosial
di daerah pedesaan yang hendak dijadikan desa binaan.Seiring waktu berjalan,
ditemukan hambatan, bahwa buku-buku sumbangan yang terkumpul dan susu UHT
kemasan yang diberikan oleh donator kepada organisasi mereka hanya 80% memenuhi
target yang telah mereka canangkan. Di antara anggota kelompok mahasiswa itu
ada yang berpendapat untuk mengundurkan tanggal pemberian semua barang
sumbangan ke desa, namun ada pula yang mengingatkan agar tetap pada hari dan
tanggal yang telah ditentukan sebelumnya semua barang sumbangan harus
disalurkan, meski kondisinya hanya 80% memenuhi target. Kemudian, semua anggota kelompok mahasiswa pun
berpikir, saling member pertimbangan dan saling mengingatkan di antara mereka
untuk tetap pada tujuan memberikan sumbangan barang-barang yang terkumpul agar
disalurkan pada hari dan tanggal yang sudah direncanakan jauh-jauh hari
sebelumnya dan tidak mengundurkan waktu tersebut. Dalam hal ini, semua
mahasiswa yang berperan sebagai pengingat dalam kelompok mahasiswa itu untuk
meneguhkan tujuan yang hendak dicapai bersama sesuia rencana adalah para solution givers atau pemberi solusi.
Peran mereka sebagai agen perubahan yang memberikan solusi adalah tepat dalam
upaya mengubah kondisi masyarakat di desa binaan yang hendak mereka layani
sepenuh hati.
Sehingga, apa pun perubahan cara-cara mencapai
tujuan yang kemudian dinegosiasikan di lingkungan perubahan itu tidak usah
dipertentangkan selama semuanya baik, logis, bermanfaat dan benar. Maka,
tinggal dipilih mana cara yang paling baik di antara semua cara yang ada dan
laksanakanlah cara yang sudah dipilih guna mencapai tujuan yang tetap harus
dipertahankan untuk dicapai bersama-sama.
3.
Process helpers atau penolong proses berperan membantu kelancaran
proses perubahan, khususnya menyelesaikan masalah yang muncul dan membina
hubungan antara pihak-pihak yang terkait.
Misalnya, seorang manajer restauran Bakso Malang
memeriksa kelengkapan para juru masak dan pramusaji. Lalu, ketika ada pesanan
dari pelanggan yang kesulitan memanggil pramusaji, maka sang manajer memberi
tahu kepada pramusaji agar segera
mendekati pelanggan dan mencatat pesanannya. Sang manajer tak sungkan untuk
memberi ucapan semangat kepada pramusajinya dan berbincang dengan para
pelanggan. Sebagai tambahan layanan, ia pun sudah menetapkan aturan layanan
restauran, bahwa di pintu masuk harus ada penjaga yang bertugas untuk
mengamankan dan memberi ucapan selamat datang kepada calon pembeli. Kemudian,
pramusaji harus menyambut calon pembeli dengan mempersilahkan duduk sambil
menghantarkan segelas air teh hangat atau segelas air putih dingin dan cemilan
bagi calon pembeli sebagai tanda selamat datang. Lalu, pramusaji mempersilahkan
calon pembeli untuk memesan makanan yang tersedia di daftar menu yang sudah
tersedia di meja makan.
Sang manajer restoran Bakso Malang yang diceritakan
di atas adalah seorang penolong proses, seorang yang berperan membantu
kelancaran proses usaha bakso Malang dengan cara menguatkan komitmen para
pegawai restauran dan menyegarkan suasana hubungan publik antara pihak
restauran dengan calon calon pembeli dan pelanggannya. Peran sang manajer
adalah penting bagi pencapaian tujuan usaha, yaitu meraih kepercayaan calon pembeli atau
pelanggan restaurannya, serta meraih laba sesuai target usaha yang telah
direncanakan.
Di lain sisi, semisal, satu tim pengembang
organisasi dalam organisasi kemahasiswaan bertugas meningkatkan kinerja seluruh
anggota organisasi dengan cara memberikan inhouse
training, team building, competencies upgrading, pelatihan manajemen tim
dan manajemen kinerja untuk menjaga progresifitas dinamika kinerja para anggota
organisasi. Kemudian, tim pengembang ini berupaya menjaga hubungan kerja dan
persaudaraan di antara anggota, antar divisi atau bidang, serta antara organisasi
dengan masyarakat kampus dan dengan pihak luar kampus, baik perseorangan atau
instansi dalam batasan kegiatan tertentu sesuai kebijakan organisasi
kemahasiswaan, dimana mereka berjuang. Tim ini tak sungkan memberikan kata-kata
semangat, poster dan rambu-rambu penyemangat dalam sekretariat organisasi,
menebar surat atau pesan singkat via telepon selular berisi kata-kata dan doa
penyemangat kinerja anggota organisasi. Mereka pun tak sungkan untuk menyatakan
permohonan maaf dan memaafkan atau membantu tugas-tugas konsepsi kegiatan atau
pekerjaan teknis sesama anggota organisasi sebatas kewenangan dan kemampuan
mereka. Tim pengembang semacam ini, dapat disebut sebagai tim yang berperan
sebagai penolong proses. Mereka dengan pelaksanaan kerjanya membantu proses
perjalanan organisasi dan menguatkan hubungan semua pihak yang berkaitan dengan
organisasi kemahasiswaan tersebut untuk menghantarkan perjalanan organisasi
menuju pencapaian visi satu tahun kepengurusan. Peran tim ini tergolong pada
peran agen perubahan sebagai penolog proses, dimana perubahan kondisi dinamika
kerja organisasi perlu peran mereka untuk mempermudah kelancaran kinerja para
anggota organisasi.
4.
Resource linkers atau penghubung sumber daya berperan untuk
menghubungkan orang dengan pemilik sumber dana/alat yang diperlukan.
Misalnya, para pemuda yang menjadi panitia kegiatan
17 Agustus tahun ini bertugas untuk menghubungi pihak perseorangan dan instansi
untuk meminjam beberapa peralatatan, dan menggalang pemasukan sumbangan dana
bagi pelaksanaan kegiatan perlombaan cabang olah raga, seni tradisional dan
permainan rakyat. Para pemuda tersebut dengan sabar dan senang hati menjalin
kerjasama dengan para donatur dan pihak-pihak terkait yang dapat memberikan
pinjaman alat-alat dan memberikan sumbangan dana, hadiah atau barang lainnya
dalam mempersiapkan kegiatan Agustusan di lingkungan masyarakat.
Dalam kasus lain, dapat dicontohkan, seperti adanya
sebuah tim kepanitiaan dalam organisasi relawan bencana alam dari kampus,
dimana mereka bertugas untuk menjalin kerjasama dan menggalang bantuan dana,
baju, obat-obatan dan makanan untuk disiapkan dalam sebuah kegiatan penyaluran
bantuan kemanusiaan di daerah bencana setelah terjadi Tsunami di Nanggroe Atjeh
Darussalam (NAD), atau pula Nias. Peran tim kepanitiaan tersebut adalah sebuah
peran agen perubahan yang hendak mengubah kondisi para korban selamat di daerah
bencana menjadi lebih baik dari sebelumnya. Peran mereka tergolong pada
penghubung sumber daya.
Sesungguhnya peran agen perubahan dapat menghimpun sikap katalis, pemberi
solusi, penolong dalam proses, dan penghubung setiap sumber daya yang
diperlukan dalam perubahan yang tengah diperjuangkannya.
Seperti seorang pimpinan organisasi yang selalu berupaya meyakinkan orang
lain akan pentingnya perubahan kondisi pendidikan dan kesehatan masyarakat. Ia
pun kadang mengubah pendekatan dan cara operasional dalam strategi pencapaian
tujuan mengubah paradigma dan sikap hidup masyarakat serta pemerintah dalam
perbaikan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat. Lalu, ia menguatkan
hubungan kerjasama dan silaturahim antara dirinya, masyarakat dan pemerintah
dalam menyukseskan program yang ia rencanakan bersama semua pihak terkait
dengan mempersiapkan pula dana dan materi berbasis program, sumber belajar, bahan
dan alat perlengkapan kegiatan dalam program, serta sumber daya manusia sebagai
personil dan tim kerja bagi suksesi program peningkatan kualitas pendidikan dan
kesehatan masyarakat di daerah perkotaan dan pedesaan.