TAHAPAN PROSES
KEPUTUSAN INOVASI
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Inovasi Pendidikan
Disusun
Oleh:
Armita Prihadiningsih (1103816)
Irawati Nurendah (1103659)
Yandi Nur Cahya (1102994)
Kelas
C Semester 3 PGSD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
KAMPUS CIBIRU
UNUVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Pertama
– tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah
memberikan kekuatan dan kelancaran dalam punyusunan makalah ini yang berjudul “Tahapan
Proses Keputusan Inovasi ”.
Tak lupa shalawat serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada Nabi Besar
Muhamad SAW dan semoga kita tetap mengikuti ajarannya.
Alhamdulilah
segala puji bagi Allah yang karena karunia dan ridha-Nya penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah Inovasi Pendidikan.
Dalam
penyusunan makalah ini penulis tidak mempunyai banyak keahlian dalam penulisan,
sehingga dalam penyusunan makalah ini penulis tidak lepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Jenuri, S.Ag, M.Pd, selaku
dosen mata kuliah yang telah membantu penulis selama penyusunan makalah ini.
2. Teman - Teman yang sudah memberi
semangat dan motivasi untuk penyusunan makalah ini.
3. Semua pihak yang membantu dalam
penyusunan makalah ini yang tidak bisa disebut satu persatu.
Semoga
Allah swt.memberikan balasan yang berlipat ganda.
Seperti
pepatah lama mengtakan tak ada gading
yang tak retak, demikian juga dalam penyusunan makalah ini.Penulis
menyadari masih jauh dari kesempurnaan.Kritik dan saran yang menbangun sangat
penulis harapkan.Untuk itu, penulis ucapkan terimakasih sebesar -besarnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat,khususnya bagi penulis, umumnya bagi
pembaca.
Bandung,
21 Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
..................................................................................... i
DAFTAR
ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah
....................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan
......................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan
........................................................................ 2
E. Prosedur
Penulisan
...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Tahapan
Proses Keputusan Inovasi............................................... 3
B. Contoh Tahapan Proses Keputusan Inovasi
……………………. 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
................................................................................. 14
B. Saran
............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dengan semakin
berkembangnya zaman, hal-hal yang baru pun kian lama kian bermunculan. Baik itu
berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi.Dari yang manfaat penggunaannya kecil,
hingga yang dipergunakan untuk masyarakat luas. Sesuatu yang baru itu pula
dapat memunculkan berupa tanggapan atau respon yang baik atau buruk, sehingga
individu yang nantinya sebagai penerima berhak memberikan respon menerima atau
tidak menerima akan adanya suatu penemuan yang baru atau yang disebut dengan
inovasi.
Menerima atau
tidak menerima suatu inovasi dapat dilakukan setelah individu mendapatkan atau
memperoleh suatu inovasi yang baru disebarluaskan.Namun respon dari seorang
individu terhadap inovasi yang ada tersebut tidak hanya untuk menerima atau
tidak menerima, namun mesti mempertimbangkan dengan baik.Ketika individu
menrima, apakah inovasi yang diterimanya itu dapat bermanfaat dengan baik
baginya? Apakah inovasi yang baru diterimanya itu bias dipergunakan dalam
jangka waktu yang lama atau tidak? Sementara bagi seorang individu yang tidak
menerima suatu inovasi tersebut juga harus mempertimbangkan ulang keputusan
yang ia ambil. Apakah ketika ia tidak menerima inovasi, ternyata inovasi
tersebut amat bermanfaat dan diperluykan baginya suatu saat nanti? Nah kita pun
tidak tahu pasti mengenai keputusan yang diambil terhadap adanya suatu inovasi
baru. Dan bagaimanakah tahapan proses keputusan yang diambil ketika menghadapi
suatu inovasi yang baru? Berangkat dari berbagai sudut itulah, penulis menyusun
makalah mengenai proses keputusan inovasi.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
tahapan proses keputusan inovasi itu?
2. Bagaimanakah
contoh dari tahapan proses keputusan inovasi?
C. Tujuan
Penulisan
Seiring dengan
rumusan masalah diatas, penulis menyusun makalah ini dengan tujuan sebagai berikut.
Mengetahui bagaimana
proses keutusan inovasi, serta dampak dari proses keputusan inovasi tersebut.
Dan mengetahui pula bagaimana aplikasi di lapangan atau dalam kehidupan
sehari-hari mengenai tahap-tahap proses keputusan inovasi.
D. Manfaat
Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan
bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat dan kegunaan baik bagi penulis
sendiri maupun pembaca. Manfaatnya, yakni sebagai wahana penambah wawasan
khususnya mengenai proses keputusan inovasi, serta dampaknya bagi penerima
inovasi tersebut. Sehingga aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dapat
bermanfaat dan dimanfatkan dengan sebaik-baiknya.
E. Prosedur
Makalah
Makalah ini disusun dengan
menggunakan metode deskriptif, yang mana penulis menguraikan beberapa permasalahan
yang di bahas secara jelas.Penulis mengumpulkan data-data dalam makalah ini
menggunakan teknik studi kepustakaan, dimana penulis memperoleh data melalui
kegiatan membaca berbagai literatur baik dari buku-buku sumber maupun sumber
media kepustakaan lainnya yakni internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tahapan
Proses Keputusan Inovasi
Seperti yang
telah kita ketahui sebelumnya, suatu tindakan terdapat adanya suatu tahapn.
Tahapan dimana seperti apa dan bagaimana seseorang dapat melakukan tindakan
yang dilakukannya itu. Sama dengan hal tersebut, keputusan inovasi pun terdapat
adanya suatu tahapan. Dimana keputusan itu nantinya akan diterima atau
mengalami adanya suatau penolakan terhadap inovasi yang baru ada. Pada tahapan
proses keputusan inovasi yang penulis temukan, adanya 5 tahapan yang menunjang
proses keputusan inovasi. Ke-lima tahapan tersebut dikemukakan oleh Roger,
yang terdiri atas tahap pengetahuan, tahapan bujukan, tahapan keputusan, tahap
implementasi dan tahap konfirmasi.
1. Tahap
Pengetahuan
Tahapan proses keputusan inovasi dilmulai dari tahap pengetahuan, dimana
seseorang mulai menyadari adanya suatu inovasi dan rasa keingintahuan dari
individu ini mengenai bagaimana fungsi inovasi tersebut. Menyadari adanya suatu
inovasi disini diartikan sebagai membuka diri untuk mengetahui inovasi
tersebut.Karena pada dasarnya seseorang ketika mendapatkan hal yang baru bukan
langsung memahaminya tetapi memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu tersebut.
Tapi ada sebagiaan orang yang menutup adanya sesuatu yang baru, dimana ia hanya
sekedar mengetahuinya saja dan kurang akan memiliki rasa keingintahuan tentang
apa saja sesuatu itu.
Contoh dari tahap pengetahuan ini misalnya siang hari ada siaran di radio
yang menyebutkan bahwa akan ada wawancara dengan seorang guru yang akan
membahas mengenai cara cepat menjawab dan mengerjakan soal bahasa Inggris nanti
malam dan anak A yang mendengar siaran radio tersebut, sadar bahwa aka nada
inovasi baru untuk mengerjakan soal bahasa Inggris, dan ia pun sadar bahwa ia
harus mendengarkan siaran di radio itu malam nanti. Tetapi anak B yang pada
siang harinya mendengar siaran yang sama dan tidak ada keinginan untuk tahu,
maka belum terjadi proses keputusan inovasi. Tapi pada diri anak A sebelumnya,
ia sudah mulai ada proses keputusan inovasi pada tahap pengetahuan
Seseorang yang menyadari bahwa perlunya mengetahui inovasi, biasanya
tentu berdasarkan pengamatannya tentang inovasi itu sesuai dengan kebutuhan,
minat atau mungkin juga kepercayaanya. Adanya inovasi menumbuhkan kebutuhan
karena kebetulan ia merasa butuh. Tetapi mungkin juga terjadi bahkan karena
seseorang butuh sesuatu maka untuk memenuhinya diadakan inovasi.Pada tahapan
pengetahuan atau knowledge ini yang paling berperang penting yakni bidang
kognitifnya.
Setelah seseorang menyadai adanya inovasi dan membuka dirinya untuk
mengetahui inovasi, maka keaktifan untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu tentang
inovasi itu bukan hanya berlangsng pada tahap pengetahuan saja tetapi juga pada
tahap yang lain bahkan sampai tahap konfirmasi masih ada keinginan untuk
mengetahui aspek – asek tertentu dari inovasi.
2. Tahapan
Persuasi
Tahapan persuasi yang bisa juga disebut dengan tahapan bujukan, yakni
dimana seseorang sudah mulai adanya pembentukan sikap, baik menyenangi atau
tidak menyenangi terhadap adanya suatu
inovasi.
Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang
peran. Seseorang akan berusaha mengetahui lebih banyak tentang inovasi dan
menafsirkan informasi yang sudah diterimanya. Pada tahap ini berlangsung
seleksi informasi disesuaikan dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah
peranan karakteristik inovasi dalam mempengaruhi proses keputusan inovasi.
Jika pada tahapan sebelumnya yakni tahapan pengetahuan, kegiatan mental
yang paling utama yaitu bidang kognitif, tapi lain hal nya dengan tahapan
persuasi atau bujukan ini. Pada tahapan persuasi ini bidang afektif atau
perasaanlah, kegiatan mental yang paling berperan penting terhadap proses
keputusan inovasi. Selain itu, yang terpenting lainnya pada tahap ini yakni
dimana adanya peran kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan penerapan
inovasi di masa yang akan datang.
Tahap persuasi ini menghasilkan suatu sikap yang menentukan apakah
seseorang individu itu akan menyenangi atau tidak menyenangi akan adanya suatu
inovasi. Tapi antara sikap dan penerapan yang dilakukan itu akan berbeda.
Misalnya saja seseorang yang telah mengambil suatu sikap menyenangi akan suatu
inovasi, tetapi ia hanya sebatas menyenanginya saja dan ketika pada
penerapannya, ia belum tentu apakah ia akan menerapkan inovasi yang telah
disukainya itu atau tidak.
Sifat-sifat yang ditanggapi dari suatu inovasi sebagai manfaat
relatifnya, kekompakannya, dan kekomplekannya terutama penting pada tahap ini
dan tahapan persuasi ini dianggap akan menuntun pada perubahan selanjutnya
dalam prilaku terbuka (yaitu adopsi/pengambilan atau penolakan) yang konsisten
dengan sikap yang dianut.
3. Tahapan
Keputusan
Tahap
keputusan dalam proses keputusan inovasi terjadi ketika individu (atau unit
pembuatan keputusan lainnya) terlibat dalam aktifitas-aktifitas yang menuntun
pada pilihan untuk mengambil atau menolak inovasi. Adopsi atau dapat disebut
pela sebagai pengambilan pengambilan merupakan suatu keputusan untuk
menggunakan penuh inovasi sebagai rangkaian terbaik tindakan. Sedangkan penolakan
merupakan suatu keputusan dimana seseorang untuk tidak mengambil inovasi.
Proses keputusan inovasi dapat secara logis menuntun pada keputusan penolakan
seperti juga keputusan untuk mengambil. Terdapat dua jenis penolakan yang
berbeda, yakni:
1. Penolakan
aktif, yaitu mempertimbangkan pengambilan inovasi (termasuk percobaannya)
kemudian memutuskan untuk tidak mengambilnya.
2.
Penolakan pasif (juga disebut non
adopsi), yaitu benar – benar tidak pernah mempertimbangkan penggunaan inovasi.
Setelah
seseorang individu mendapatkan suatu inovasi ia berhak untuk melakukan
penolakan baik aktif atau pasif. Tapi ada baiknya jika seseorang telah
dihadapkan pada tahap keputusan dalam proses inovasi ini, mempertimbangkan
keputusannya tersebut.
4. Tahap Implementasi
Tahap
implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang menerapkan
inovasi. Hingga tahap implementasi, proses
keputusan inovasi adalah latihan mental. Tetapi implementasi melihatkan
perubahan prilaku terbuka, ketika gagasan baru benar-benar dipraktekan. Masalah-masalah
mengenai bagaimana secara pasti menggunakan inovasi mungkin muncul pada tahap
implementasi.Implementasi biasanya mengikuti tahap keputusan secara langsung. Masalah
implementasi kemungkinan menjadi lebih serius ketika pengambil inovasi adalah
suatu organisasi dan bukan individu. Sebab ketika pengambil inovasi tersebut
berada dalam latar keorganisasian, terdapat sejumlah orang yang biasanya terlibat
dalam proses keputusan inovasi, dan para pelaksana seringkali adalah orang-orang
yang berbeda dari pembuat keputusan. Lain hal nya jika si pengambil keputusan
itu adalah individu, maka ia bebas menentukan keputusan terhadap inovasi
tersebut. Dan ketika pada pelaksanaannya pun dilakukan oleh orang yang sama,
yakni orang yang menjadi pengambil keputusan pada awlnya. Tahap ini mungkin
berlanjut selama periode waktu yang panjang, karena tergantung pada sifat
inovasi. Tetapi poin dicapai ketika gagasan baru menjadi terlembagakan.Inovasi
pada akhirnya kehilangan kualitas khususnya ketika identitas terpisah dari
gagasan baru itu hilang. Poin ini biasanya dianggap sebagai akhir dari tahap
implementasi, dan disebut sebagai rutinitas atau pelembagaan.
Mendefinisikan Re- Invention
Kebanyakan
para ahli di masa lalu telah membuat perbedaan antara invensi dan inovasi.
Invensi adalah proses dimana gagasan baru ditemukan atau dibuat, sementara
adopsi adalah keputusan untuk menggunakan penuh suatu inovasi sebagai rangkaian
tindakan terbaik. Oleh karena itu, adopsi adalah proses untuk mengadopsi
gagasan yang ada. Perbedaan antara invensi dan adopsi ini tidaklah begitu jelas
ketika kita mengakui bahwa inovasi bukanlah sifat yang tetap ketika melebur
dalam sistem sosial. Untuk alasan inilah, “re-invensi”tampaknya merupakan kata
yang tepat untuk menggambarkan sejauh mana suatu inovasi itu berubah atau
dimodifikasi oleh pengguna dalam proses adopsi dan implementasinya. Jadi,
Re-invensi adalah sejauh mana suatu inovasi itu berubah atau dimodifikasi oleh
pengguna dalam proses pengambilan dan implementasinya. Re-invensi terjadi pada
tahap implementasi untuk inovasi tertentu dan pengadopsi tertentu.
5.
Tahapan Konfirmasi
Pada tahap konfirmasi, individu atau
seorang yang membuat keputusan, mencari pemantapan atau berupa penguatan untuk
keputusan inovasi yang telah dibuat, tetapi dia dapat membalikan dan ia dapat
menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh informasi yang bertentangan
dengan informasi semula. Selama periode yang tidak dapat dipastikan dan
berlangsung tak terbatas, tahap konfirmasi ini berlanjut setelah keputusan
untuk mengambil atau menolak. Sepanjang tahap konfirmasi individu berusaha
menghindari tahap disonansi atau menguranginya jika hal itu terjadi. Perubahan pada
perilaku manusia atau individu termotivasi sebagian oleh keadaan
ketidakseimbangan internal atau disonansi, suatu keadaan pikiran tidak nyaman
yang berusaha dikurangi atau ditiadakannya. Ketika seseorang merasakan
disonansi, dia akan termotivasi untuk menghilangkannya atau paling tidak ia mengurangi
kondisi ini dengan merubah pengetahuan, sikap atau tindakannya.
Dalam kenyataannya kadang-kadang orang akan sulit
untuk mengubah keputusan yang sudah terlanjur mapan dan disenangi, walaupun
secara rasional diketahui adanya kelemahannya. Oleh karena sering terjadi untuk
menghindari timbulnya disonansi, maka itu hanya berubah mencari informasi yang
dapat memperkuat keputusannya. Dengan kata lain orang itu melakukan seleksi
informasi dalam tahap konfirmasi. Pada tahap konfirmasi dalam proses keputusan
inovasi, agen perubahan memiliki peran khusus. Di masa lalu, agen-agen
perubahan terutama tertarik dalam mencapai keputusan-keputusan adopsi, tetapi
pada tahap konfirmasi, mereka memiliki tanggung jawab tambahan untuk memberikan
pesan-pesan yang mendukung kepada orang-orang.
Selain dari yang telah dikemukakan oleh Rogers, ada
beberapa tahapan lain mengenai proses keputusan inovasi. Seperti yang telah
kita ketahui sebelumnya, keputusan inovasi pun terdapat dua tipe keputusan,
yakni keputusan
otoritas
dan keputusan
individual. Dari
masing-masing tipe tersebut terdapat beberapa tahapan proses keputusan inovasi.
Adapun tahapan tersebut, sebagai berikut:
1. Keputusan Otoritas
Keputusan otoritas ini merupakan keputusan yang dipaksakan
kepada seseorang oleh individu yang berada dalam posisi atasan, misalnya
birokrasi pemerintahan, pabrik, sekolah dan sebagainya. Berikut, tahap-tahap dalam proses
keputusan otoritas:
·
Tahap Pengenalan
Ini merupakan tahap paling penting
dalam proses keputusan otoritas. Pada tahap ini pengambil keputusan mengetahui
adanya inovasi. Pengenalan terhadap suatu inovasi itu mungkin karena
dikomunikasikan oleh bawahan kepada atasan. Bawahan kemudian menunggu
persetujuan resmi dari unit pengambil keputusan. Unit pengambil keputusan juga
dapat memperoleh pengetahuan mengenai inovasi dari sumber di luar orgnisasi
seperti konsultan yang memainkan peranan yang menentukan dalam membangkitkan
kebutuhan untuk berubah dalam sistem formal.
·
Tahap Persuasi
Tahap persuasi ditandai dengan pencarian informasi lebih
banyak lagi termasuk penilaian terhadap biaya, kelayakan, kemungkinan
pelaksanaan, dan sebagainya yang hakikatnya pada tahap ini organisasi sedang
mengadakan suatu percobaan hipotetis.
Jika dapat menaksir lebih tepat
konsekuensi-konsekuensi inovasi, maka akan dapat lebih baik dalam memutuskan
manakah inovasi yang akan diambil dan mana yang akan dibuang.
·
Tahap Keputusan
Setelah unit
mengambil keputusan mencari tahu lebih jauh mengenai inovasi itu dan telah
menilainya berdasarkan kemamfaatan yang tampak, kelayakannya dan konsekuensi-
konsekuensi yang diharapkan, pada tahap ini unit menetapkan untuk menerima atau
menolak inovasi itu.
·
Tahap Komunikasi
Tahap komunikasi merupakan suatu tahap
yang menentukan, karena pengadopsian atau penolakan suatu inovasi tidak dapat
dilaksanakan sebelum ada perintah kepada unit adopsi untuk melaksanakannya.
·
Tahap Tindakan
Yang dimaksud tindakan dalam hal ini yaitu tahap dimana
penggunaan inovasi mulai dilaksanakan oleh unit adopsi juga merupakan
tahap akhir dalam keputusan inovasi otoritas. Pada tahap ini akan tampak jelas
konsekuensi yang berupa tingkah laku baik itu menyenangkan maupun mengecewakan.
Seiring dengan berjalannya waktu, ada kecenderungan seseorang untuk merubah
sikap mereka (suka atau tidak suka) yang tidak cocok dengan tindakan yang
dituntut oleh organisasi atau melanjutkan pengadopsian atau penolakan inovasi
tetapi menyelewengkan atau merubah inovasi itu sedemikian rupa sehingga cocok
dengan sikap mereka. Kecenderungan yang terakhir ini seseorang tetap
mempertahankan sikapnya semula.
2. Keputusan Individual
Keputusan
Individual merupakan keputusan di mana individu yang bersangkutan ambil
peranan dalam pembuatannya.
Dalam keputusan
individual ini terdiri atas duamacam
:
a. keputusan
opsional yakni keputusan yang dibuat oleh seseorang, terlepas dari
keputusan-keputusan yang dibuat oleh anggota sistem.Pandangan tradisional
mengenai proses keputusan inovasi, yang disebut “proses adopsi”, di kemukakan
komisi ahli-ahli sosiologi pedesaan pada tahun 1955. Berikut tahapan dalam keputusan
opsional :
·
Tahap Kesadaran, di mana
seseorang mengetahui adanya ide-ide baru tetapi kekurangan informasi mengetahui
hal itu.
·
Tahap Menaruh Minat, di mana
seseorang mulai menaruh minat terhadap inovasi dan mencari informasi lebih
banyak mengenai inovasi tersebut.
·
Tahap Penilaian, di mana
seseorang mengadakan penilaian terhadap ide baru yang dihubungkan dengan
situasi dirinya sendiri saat ini dan masa mendatang dan menentukan mencobanya
atau tidak.
·
Tahap Pencobaan, di mana
seseorang menerapkan ide-ide baru itu dalam skala kecil untuk menentukan
kegunaannya, apakah sesuai dengan situasi dirinya.
·
Tahap Penerimaan, (adopsi)
di mana seseorang menggunakan ide baru itu secara tetap dalam skala yang luas.
b. Keputusan
kolektif yakni keputusan yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam
sistem sosial melalui konsensus.Proses ini melibatkan lebih banyak individu.
Pengambilan keputusan inovasi kolektif ini prosesnya lebih panjang atau banyak
memakan waktu.Tahap-tahap dalam proses keputusan inovasi kolektif adalah sebagai berikut :
·
Stimulasi, merupakan minat ke arah
kebutuhan akan ide-ide baru.
·
Inisiasi, yaitu ide-ide baru ke dalam
sistem sosial.
·
Legitimasi, yaitu ide-ide baru yang
ditimbulkan oleh pemegang kekuasaan atau legitimator.
B. Contoh Tahapan Proses Keputusan
Inovasi
Setelah penulis memaparkan mengenai
tahapan-tahapan dalam proses keputusan inovasi dan beberapa tahapan proses
keputusan inovasi yang lain meurut masing-masing tipe keputusan inovasi,
berikut contoh mengenai tahapan proses keputusan inovasi itu sendiri.
Misal mengenai rumus cepat
matematika
Satuan
panjang
Soal :
17 hm + 12 m + 5 dm = .............. cm
1. Cara
di sekolah : menggunakan tangga
![]() |

Jawab :
17 hm = 17 x 10.000 = 170.000 cm
12 m = 12
x 100 = 1.200 cm

171.250 cm
Jadi, 17 hm + 12 m + 5 dm = 171.250 cm
2. Cara
Cepat : menggunakan lift
![]() |
17 hm + 12 m + 5 m = 171.250 cm
Penjelasan : Setiap nilai tempat satuan diposisikan
di satuan panjang yang ditempatinya. Kemudian angka puluhan atau ratusan dan
selanjutnya (kalau ada) disimpan di sebelah kirinya. Untuk satuan yang tidak
ada angkanya diberi angka nol, kecuali satuan yang berada di sebelah kanan
satuan yang merupakan tujuan konversi. Hasilnya adalah angka yang tertera pada
“Lift”.
(Penjelasan lebih rincinya ketika presentasi)
Ketika pertama kali dikenalkan :
1. Tahap
Pengetahuan
Orang–orang “Oh gitu..”
2. Tahap
bujukan / persuasion
Orang-orang menggunakan perasaannya “gunain ga
ya...”
3. Tahap
keputusan / Decision
Orang-orang akan “menerima atau menolak”
4. Tahap
Implementasi
Orang-orang kalau “menerima dan mempraktekannya”
5. Tahap
Konfirmasi
Orang-orang “menemukan informasi sebagai penguatan
atau pelemahan terhadap inovasi tersebut dan bisa menarik kembali keputusan
semula”
(bentuk aplikasinya akan dipaparkan ketika
presentasi)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
materi yang dibahas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
a.
Tahapan
proses keputusan inovasi menentukan seseorang dapat mempertimbangkan dahulu
keputusan dalam sebuah inovasi untuk menerima ataupun melakukan penolakan
terhadap inovasi tersebut.
b.
Terdapat
lima tahapan proses keputusan inovasi menurut Rogers serta beberapa tahapan
lain dalam setiap tipe proses keputusan inovasi itu sendiri.
c.
Contoh
dari tahapan proses inovasi dapat dilihat pula pada kehidupan sehari-hari kita,
misalnya dalam bidang pendidikan. Bagaimana cara menghitung cepat dalam
matematika, dan siswa yang harus melalui beberapa tahap dalam proses keputusan
inovasi, apakah ia akan menggunakan cara cepat tersebut atau tidak. Dan banyak
lagi contoh tahapan proses keputusan inovasi lainnya dari mulai mengetahui
inovasi hingga ia melakukan pengambilan keputusan dan mengimplementasikannya di dalam kehidupan sehari-harinya.
B.
Saran
Ketika seorang individu dihadapkan
kepada suatu inovasi yang baru, ia harus mampu mempertimbangkan dengan baik
keputusan menerima atau menolak inovasi tersebut sebagaimana yang telah
dijelaskan pada tahapan tahapan proses keputusan inovasi. Sudah selayaknya kita
selaku insan pendidikan melakukan inovasi-inovvasi yang sangat berguna untuk
masa depan, karena kalau bukan oleh kita sendiri mau siapa lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Asrori M. 2011. Proses Keputusan
Inovasi. [Online]. Tersedia; http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/proses-keputusan-inovasi-pendidikan.html
·
Jendriadi dkk. 2009. Proses Keputusan Inovasi.
[Online]. Tersedia; http://srihendrawati.blogspot.com/2009/11/proses-keputusan-inovasi.html
·
Sutarno M, Fatmawati S.2012. Inovasi dan
Pendidikan.[Online]. Tersedia; http://physicsmaster.orgfree.com/Artikel%20Ilmiah%2013.html
·
Syaefudin, Udin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
·
2009.Proses Keputusan Inovasi.[Online].
Tersedia: http://srihendrawati.blogspot.com/2009/11/proses-keputusan-inovasi.html\
·
2011.Proses Keputusan Inovasi. [Online].Tersedia: http://bhaktiprima.blogspot.com /2011/03/proses-keputusan-inovasi.html
·
2011.Proses Keputusan Keputusan Inovasi
Pendidikan. [Online].Tersedia; http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/proses-keputusan-inovasi-pendidikan.html
·
2012.Proses Keputusan
Inovasi.[Online].Tersedia: http://genk10z.blogspot.com/2012/04/proses-keputusan-inovasi.html