



BELAJAR
& PEMBELAJARAN
diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran

oleh
Nunung
Fitriani
3C
PGSD
1104342
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS CIBIRU
BANDUNG
2012
RESUME
A.
Hakikat
Belajar, Mengajardan Pembelajaran
Belajar merupakan usaha aktif yang dilakukan secara sadar untuk mengubah perilakunya sendiri sebagai proses.
Perubahan yang terjadi tentunya perubahan ke arah yang lebih baik dan sebagai perbuatan akibat mengalami sendiri, baik berupa perbaikan perbuatan, pengetahuan ataupun keterampilan yang
hasilnya dapat benar ataupun salah supaya individu mampu memperbaiki kemampuannya. Hampir semua perilaku dapat dikatakan perubahan.
Selanjutnya berikut ini pendapat beberapa ahli pendidikan dan psikologi
tentang belajar yaitu:
1. Belajar menurut
pandangan Skinner
Belajar menurut pandangan B. F. Skinner (1958) merupakan suatu perubahan
yang terjadi dalam peluang munculnya respon.
2. Belajar menurut
pandangan Robert M. Gagne
Meunurut Robert M. Gagne (1970), belajar merupakan perubahan yang terjadi
dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus,
bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Jenis-jenis belajarnya
adalah belajar
isyarat (signal learning), belajar stimulus respon, belajar merantaikan
(chaining), belajar asosiasi verbal (verbal Association), belajar membedakan
(discrimination), belajar konsep (concept learning), belajar dalil (rule
learning), dan belajar memecahkan masalah (problem solving).
3. Belajar menurut
pandangan Piaget
Jean Piaget seorang psikologis Swiss (1896-1980) mengemukakan pendapatnya
mengenai pengertian belajar adalah perubahan struktural yang saling melengkapi
antara proses penyesuaian dan penyusunan kembali (pengubahan) informasi baru
terhadap informasi yang telah kita miliki sehingga informasi baru tersebut
dapat disesuaikan dengan baik.
4. Belajar menurut
pandangan Carl R. Rogers
Menurut pendapat Carl R. Rogers (ahli psiko terapi) belajar adalah suatu
kebebasan atau kemerdekaan untuk mengetahui sesuatu yang baik dan yang buruk,
tetapi dengan penuh tanggung jawab.
5. Belajar menurut
pandangan Benjamin Bloom
Menurut Benjamin Bloom (1956) belajar adalah perubahan kualitas kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai
pribadi, sebagai masyarakat, maupun sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
6. Belajar menurut
pandangan Jerome S. Bruner
Jerome S. Bruner (1960) seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli
psikologi belajar kognitif. Menurutnya belajar adalah suatu cara bagaiman orang
memilih, mempertahankan, dan mentransformasi informasi secara efektif.
Bertitik tolak dari
pandangan para ahli tersebut yang berbeda-beda, namun diantara mereka terdapat
kesamaan makna dari pengertian belajar yaitu menunjukkan kepada ”suatu proses perubahan perilaku atau pribadi
seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu”. Hal-hal pokok
dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku
karena pengalaman dan latihan, perubahan itu utamanya didapat karena kemampuan
baru, dan perubahan itu terjadi karena disengaja.
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan
pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi
bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan
pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru
lakukan di dalam kelas. Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar. Sedangkan menurut Gagne dan Briggs (1979:3), Instruction
atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar
siswa yang bersifat internal. Pembelajaran merupakan aktivitas paling utama antara pendidik dan peserta didik, dimana keberhasilan belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan yang
bergantung kepada proses pembelajaran yang efektif. Pembelajaran merupakan proses
membelajarkan anak.
Adapun beberapan ciri dari pembelajaran yaitu merupakan upaya sadar dan disengaja,
pembelajaran harus membuat siswa belajar,
tujuan
harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, dan
pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya.
B. Ciri – Ciri Belajar :
a. Merupakan
proses aktif, dimana siswa mengalami sendiri
b. Terjadi secara individual
c. Proses
belajar diperoleh melalui pengalaman dan ini sangat mempengaruhi perkembangannya
d. Menggunakan alat indera
e. Dipengaruhi oleh kebutuhan yang terasa oleh pengajar dan bertugas sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing siswanya
f. Dipengaruhi oleh keadaan fisik lingkungan (teori
Maslow) sebagai aktualisasi diri
Didorong dan dihambat oleh hasil belajar.
C. Tujuan Belajar
Tujuan belajar dapat
diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah
individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat
terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga
pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk
memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup.
D.
Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
1. Faktor Internal
Faktor
Internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan psikologis.
a. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya
sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan
bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Kedua, keadaan fungsi
jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi
pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra.
Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan
baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala
informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat
mengenal dunia luar.
b.
Faktor
Psikologis
Faktor-faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
2.
Faktor Eksternal
Dalam hal
ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan
faktor lingkungan nonsosial.
a. Lingkungan
sosial
·
Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi
lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan
teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilikinya.
·
Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan
ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya
dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota
keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
·
Lingkungan sosial sekolah, seperti
guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi
bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua,
dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau
peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak
memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
b. Lingkungan
nonsosial.
Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
·
Lingkungan alamiah, seperti
kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak
terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan
tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
·
Faktor instrumental, yaitu
perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahragd dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.
Faktor materi pelajaran (yang
diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan
siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
kondisi siswa.
E. Tujuan pembelajaran
Tujuan
pembelajaran pada hakekatnya mempunyai kedudukan yang sangat penting. Tujuan
pembelajaran ini merupakan landasan bagi:
a.
Penentuan isi (materi)
bahan ajar.
b.
Penentuan dan
pengembangan strategi pembelajaran.
c.
Penentuan dan pengembangan
alat evaluasi.
Tujuan pembelajaran
dapat diklasifikasikan atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah
pernyataan umum tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada
struktur orientasi, sedangkan tujuan khusus adalah pernyataan khusus tentang
hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada konstruk tertentu.
Tujuan
umum pembelajaran dapat dibedakan atas:
a. Tujuan yang bersifat
orientatif, dapat diklasifikasikan pula atas 3
tujuan, yakni:
·
Tujuan orientatif konseptual, tekanan utama pembelajaran adalah
agar siswa memahami konsep-konsep penting yang tercakup dalam suatu bidang
studi.
·
Tujuan orientatif procedural,
tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa belajar menampilkan prosedur.
·
Tujuan orientatif
teoritik, tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami hubungan kausal
penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.
b. Tujuan pendukung dapat diklasifikasikan menjadi 2 tujuan, yakni:
·
Tujuan pendukung
prasyarat, yaitu tujuan pendukung yang menunjukkan apa yang harus diketahui
oleh siswa agar dapat mempelajari tugas yang didukungnya.
·
Tujuan pendukung
konteks, yaitu tujuan pendukung yang membantu menunjukkan konteks dari suatu
tujuan tertentu dengan tujuan yang didukungnya.
Selain tujuan umum dan
tujuan khusus di atas, terdapat pula tujuan pembelajaran yang lain yaitu untuk
mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.
Guru mempunyai peranan penting terhadap siswanya, yakni mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti dimana guru mampu membentuk sikap dan prilaku baik terhadap anak (afektif).
Mengajar lebih ditekankan pada pembentukan kognitif anak supaya cerdas dan berilmu pengetahuan, sedangkan melatih merupakan pembentukan dan pengembangan keterampilan anak (psikomotorik).
Seorang
guru harus memiliki kompetensi
guru sesuai UU 14 Tahun 2005 tentang Kode Etik Guru dan Dosen, dimana guru
harus memiliki:
a. Kompetensi Pedagogik (ilmu mendidik siswanya),
b. Kompeten siSosisal (mampu bersosial dan berinteraksi dengan baik terhadap semua lapisan masyarakat baik di sekolah maupun di lingkungan lainnya),
c. Kompetensi Kepribadian (memilki kepribadian yang
mantap, berwibawa dan mampu memberikan figure yang
baik untuk dicontoh dan ditiru oleh siswanya), serta
d. Kompetensi Profesional (kemampuan bidang ilmu sesuai garapan disiplin imu).
F. Proses Pembelajaran
Pada proses pembelajaran, terdapat beberapa tahap
yakni (Meier, 2002) :
a. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk
belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama
sekali. Salah satu tujuan penyiapan peserta belajar adalah mengajaknya memasuki
kembali dunia kanak-kanak mereka, sehingga kemampuan bawaan mereka untuk
belajar dapat berkembang sendiri.
b. Penyampaian (Presentation)
Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan
peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara
positif dan menarik. Tahap penyampaian dapat dilakukan dengan kegiatan
presentasi di kelas. Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan menelan
informasi, maka presentasi dilakukan semata-mata untuk mengawali proses belajar
dan bukan untuk dijadikan fokus utama.
c. Latihan (Practice)
Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengarruh terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan.
Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung.
d. Penampilan Hasil (Performance)
Proses belajar seringkali mengabaikan tahap adahal ini sangat penting disadari
bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan
proses belajar. Tujuan tahap
penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat
dan berhasil diterapkan, membantu peserta belajar menerapkan danmemperluas
pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar
akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat seperti; penerapan di
dunia maya dalam tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, dan
aktifitas penguatan penerapan.
G. Prinsip Belajar
Adapun
prinsip-prinsip dalam belajar yakni,
·
Perhatian
dan Motivasi
Bahwa
seorang pendidik dalam mendidik siswanya dengan menggunakan metode yang
bervariasi dan memilih bahan ajar yang diminati siswa.
·
Keaktifan
Bahwa dalam
mendidik kita harus memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan eksperimen
sendiri.
·
Keterlibatan
Langsung atau Pengalaman
Bahwa dalam
pembelajaran pendidik dapat melibatkan siswa dalam menacri informasi, merangkum
informasi, dan menyimpulkan informasi.
·
Pengulangan Belajar
Merancang
hal-hal yang perlu diulang agar siswa lebih paham.
·
Tantangan
Semangat
Dalam suatu
pembelajaran seorang pendidik agar memberikan tugas pada siswa dalam pemecahan
permasalahan agar menjadi tantangan bagi siswa tersebut.
·
Balikan dan
Penguatan
Bahwa
pendidik agar memberikan jawaban yang benar dan memberikan kesimpulan dari
materi yang telah dijelaskan atau dibahas.
·
Perbedaan
Invidual
Bahwa
seorang pendidik agar dapat menentukan metode sehingga dapat melayani seluruh
siswa.
H. Azas pembelajaran
§ Perhatian
dan motivasi
§ Keaktivan
§ Keterlibatan
langsung / berpengalaman
§ Pengulangan
§ Tantangan
§ Balikan dan
penguatan
§ Perbedaan
individual
I.
Teori
Belajar Berdasarkan Beberapa Aliran
1.
Teori
Belajar Behavioristik
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Ada beberapa ahli yang yang mengemukakan teori belajar behavioristic yaitu
Pavlov, thorndike, skinner, Clark hull dan John Watson.
a)
Ivan
P. Pavlop
Inti dari teori
Pavlov adalah (classical conditioning)
disebutkan bahwa perubahan tingkah laku itu dapat dikendalikan dari luar diri
seseorang dengan memberikan perangsang (stimulus). Perangsang
asli dan netral itu
dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan.
Sehingga perubahan tingkah laku seseorang bisa diamati dan diramalkan
dikarenakan adanya stimulus yang dapat mempengaruhi individu dan membawanya
kearah perilaku (respon) yang diharapkan. Implementasi dalam belajar dan pembelajaran adalah dimana
siswa diberi stimulus (seperti reward) sebelum dan setelah siswa tersebut
terbiasa melakukan hal-hal yang diharapkan, dengan frekuensi yang tidak konstan
karena adanya masa penurunan yang dilanjutkan dengan masa penguatan.
b) Edward Lee Thorndike
Inti dari teori
thorndike adalah Connectionism
atau dapat juga di sebut Trial
and
Error
Learning.
Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru
dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau
pujian. Thorndike menemukan hukum-hukum belajar yaitu Hukum kesiapan (Law of
Readiness), Hukum latihan, dan Hukum akibat ( Efek ). Selanjutnya Thorndike
menambahkan hukum tambahan yaitu Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response), Hukum
Sikap (Set/Attitude), Hukum
Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of
Element), Hukum Respon
by Analogy, dan Hukum perpindahan
asosiasi (Associative Shifting).
c) Burrushm Frediric
Skinner
Teori operant conditioning yang
dikemukakan oleh Skinner pada umumnya menerangkan bahwa belajar itu ditentukan
oleh stimulus yang diberikan dan proses belajar tersebut juga dipengaruhi oleh
lingkungan sehingga perlu adanya kondisi yang dapat dikontrol secara baik.
Dalam teori operant conditioning juga terdapat unsur reinforcement dan
direinforcement. Reinforcement diberikan setelah terjadi respon dari stimulus
tertentu.
d) Clark Hull
Clark Hull mendasarkan teori belajarnya pada tingkah laku.
Pada dasarnya, teori belajar hull berpusat pada perlunya memperkuat suatu
pengetahuan yang sudah ada. Clark Hull menggunakan variable hubungan antara
stimulus dan respon untuk menjelaskan definisi belajar. Namun. Hull sangat
terpengaruh oleh teori Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi,
semua fungsi tingkah laku bermanfaat khususnya untuk mengajar agar organisme
tetap bertahan hidup. Oleh karena itu, Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis
dan pemuasan kebutuhan biologi adalah penting dan menempati posisi sentral
dalam seluruh kegiatan manusia. Hal ini mengakinatkan stimulus dalam belajarpun
hamper selalu dihubungkan dengan kebutuhan biologis, meskipun respon yang akan
muncul dapat bermacam – macam. Penguatan tingkah lakupun masuk dalam teori ini,
tapi juga dihubungkan dengan kondisi biologis.
e) John Watson
Inti
dari teori John Watson adalah Classical Conditioning yang menjelaskan beberapa respon
emosional seperti kebahagiaan, kesukaan, kemarahan, dan kecemasan yaitu karena
orangtersebut mengalami stimuli khusus. Sebagai contoh, seorang anak yang
memilikipengalaman menyenangkan dengan roller coaster kemungkinan belajar
merasakan kesenangan justru karena melihat bentuk roller coaster tersebut.
Prosedur classical conditioning untuk merawat fobia (rasa takut) dan perilaku
yang tidak diinginkan lainnya seperti kecanduan alkohol dan psikotropika. Untuk
merawat fobia terhadap objek-objek tertentu, pakar psikologi melakukan terapi
dengan menghadirkan objek yang ditakuti oleh penderita secara berangsur-angsur
dan berulang-ulang ketika penderita dalam suasana santai.
2.
Teori
Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif
merupakan suatu teori yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut aliran kognitif, belajar
merupakan proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan
perilaku seseorang yang tampak sesungguhnya hanyalah refleksi dari perubahan
internalisasi persepsi dirinya terhadap sesuatu yang sedang diamati dan dipikirkannya.
Ada beberapa ahli dalam teori belajar kognitif yaitu Jean Piaget, David
Ausubel, Bruner, Vigotsky, dan Howard Gardner earl.
a) Jean Piaget
Teori
dasar dasi teori piaget adalah adaptasi terhadap lingkungan yang melibatkan
akomodasi dan asimilasi sehingga mencapai equilibrium. inti dari
pemikiran Piaget tentang proses belajar seseorang adalah mengikuti pola dan
tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Adapun tahap – tahap
perkembangan dalam teori piaget yaitu tahap sensori motoric 0-2 th ( melihat /
meraba objek koordinasi indra dan alat tubuh ), tahap praoprasional konkrit 2 –
7 th ( konsep sederhana, kemiripan ), tahap oprasional konkrit 7 – 11 th (
memahami dengan benda konkrit ), tahap formal 11 th ( berfikir abstrak).
b)
David Ausubel
Inti dari
teori ini adalah belajar bermakna. Pembelajaran
bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan
dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui
pembelajaran.Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan
fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu
mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur
kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan
konsep-konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru
tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor
intelektual-emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
c) Bruner
Teori Bruner mempunyai ciri khas dari pada teori belajar
yang lain yaitu tentang ”Discovery Learning” yaitu belajar dengan
menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak
menuntut pengulangan-pengulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut
”kurikulum spiral (a Spiral Curriculum)”. Secara singkat, kurikulum
spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari
yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan
suatu saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang
lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu
pengetahuan secara utuh. Menurut Bruner cara
menyajikan pelajaran harus disesuaikan dengan derajat berfikir anak. Ada tiga
tahap berfikir anak yaitu tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.
d) Vigotsky
Vygotsky
mengemukakan teori sosiokulturan yaitu teori yang menyatakan bahwa proses
belajar individu dipengaruhi merupakan kegiatan-kegiatan yang tidak terlepas
dari interaksi sosial. Dari interaksi sosial tersebut , individu mendapatkan
pengalaman-pengalaman kemudian membangun sendiri pengetahuan yang telah
didapatkannya dari pengalaman tersebut. Sehingga dalam teori yang dikemukakan
oleh Vygotsky terdapat pembahasan yang berkaitan dengan konstruktivis. Seorang anak
membutuhkan bantuan dari orang-orang dewasa yang ada disekitarnya untuk
membangun dan mengembangkan pengetahuan. Vygotsky juga menekankan bahasa dalam
perkembangan kognitif. Bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang
lain. Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak
mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk membantu
memecahkan masalah.
e) Howard Gardner
Inti dari
teori Howard Gardner adalah tentang kecerdasan majemuk. Setiap individu
diciptakan berbeda satu sama lain, sehingga setiap individu memiliki
kecerdasannya masing-masing. Ada 10 temuan mengenai kecerdasan yaitu
linguistic, matematis logis, ruang, kinestik badani, musical, interpersonal,
intrapersonal, lingkungan, eksistensial, dan spiritual. Teori ini sangat
humanistik, menjunjung nilai-nilai kemanusian. Karena menurutnya tidak ada
manusia yang bodoh di dunia ini. Setiap manusia memiliki kemampuan dan setiap
kemampuan bisa saja memiliki lebih dari satu kecerdasan yang dibutuhkan. Karena
itu, mengapa teori ini disebut sebagai teori kecerdasan majemuk.
3.
Teori
Belajar Humanistik
Teori
belajar humanistik yang di pelopori oleh Abraham Maslow mencoba untuk
mengkritisi teori Freud dan behaveoristik. Menurut Abraham hal yang terpenting
dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat
pada sisi perkembangan kepribadian
manusia daripada berfokus pada “ketidak normalan” atau “sakit” seperti yang
dilihat oleh teori Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit”
tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal
– hal positif. Kemampuan positif ini disebut potensi yang ada dalam manusia dan
pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan pada hal – hal positif
ini. Adapun beberapa ahli dalam teori humanistic yaitu Bloom, Maslow, Roger,
Arthur Coms, David.
a) Benyamin S. Bloom
Pada intinya, teori
belajar menurut Bloom lebih menekankan pada pribadi orangnya dan pada hasil
yang dicapai. Dengan merujuk pada 3 domain belajar yang disebut dengan taksonomi
belajar, belajar merupakan perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat dan
mahluk Tuhan.
b)
Abraham
Maslow
Di kenal sebagai pelopor aliran
humanistik. Maslow percaya bahwa manusia bergerak untuk memahami dan menerima
dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang paling di kenal adalah teori tentang Hierarchy
of Needs ( Hirarki kebutuhan ). Dia mengemukakan bahwa individu berperilaku
dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri orang
memiliki rasa takut yang dapat membahayakan apa yang sudah ia miliki dan
sebagainya, tetapi di sisi lain memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah
keutuhan. Manusia juga bermotivasi untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidupnya.
c)
Carl Roger
Teori belajar humanisme memandang
manusia secara utuh sebagai manusia. dan tujuan belajarnya adalah untuk
memanusiakan manusia. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama
para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu
masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.
d)
Arthur
Comb
Inti dari teori ini adalah belajar terjadi bila mempunyai
arti bagi individu, guru tidak bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau
tidak relevan dengan kehidupan mereka. Peranan siswa lebih dominan,
karena guru terfokus pada fasilitator yang coba memberikan arahan kepada siswa. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini
adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
e) David A. Kolb
Menurut kolb belajar
sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman
(Experiental Learning). Kolb juga
mengemukakan empat proses pembelajaran (style of learning inventory) yang
terbagi dalam empat kutub yaitu: 1. Tahap pengalaman konkret (concrete
experience) berdasarkan Feeling, 2. Tahap
pengematan aktif dan reflektif (Reflective Observation) / WATCHING,Tahap
konseptualisasi (Abstract Conceptualization) / THINGKING dan Tahap Eksperimen
Aktif (Active Experimentation) / DOING.keempat kutub ini muncul tanpa disadari.
Dari keempat kutub tersebut memunculkan kembali pertemuan antara kutub sehingga
mengahasilakan gaya belajar yaitu diverger yaitu kombinasi dari kutub feeling (Concrete Experience) dan
watching (Reflective Observation), Converger kombinasi dari thinking (Abstract
Conceptualization) dan Doing (Active Experimentation),assimilation yaitu
gabungan dari kutub thinking (Abstract Conceptualization) dan watching
(Reflective Observation) dan Accomodator
gabungan dari kutub feeling (Concrete Experience) dan Doing( Active
Experimentation).
J.
Proses
Pembelajaran
Pembelajaran
adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta dan sumber untuk
mencapai tujuan. Dalam pembelajaran terkandung beberapa komponen yaitu siswa,
guru, tujuan, bahan ajar, metodologi, fasilitas / media, dan evaluasi. Selain
itu ada beberapa metodologi dalam pembelajaran yang meliputi pendekatan,
strategi, metode, teknik dan taktik.
Dalam proses
pembelajaran harus menggunakan metode yang baik dan benar. Terdapat banyak
metode yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran diantaranya metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif, metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran
dengan menggunakan percobaan, Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan
cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang
relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan, metode diskusi
adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah
(problem solving), Metode karya wisata adalah cara mengajar
yang dilaksanakan dengan jalan mengajak para murid keluar kelas mengu karya
wisata adalah cra mengajar yang dilaksanakan dengan jalan mengajak para murid
keluar kelas mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari atau menyelidiki hal
tertentu, dibawah bimbingan guru. Dan banyak lagi metode yang lainnya yang
dapat dilakukan oleh guru.
Ada empat rumpun model
pembelajaran menurut Joice dan Well
yaitu rumpun pengalihan informasi yang meliputi berfikir induktif, pencapaian
konsep, memorisasi, mengemas awal dan penelitian ilmiah. Rumpun interaksi sosial
yang meliputi bermain pern, penelitian kelompok, dan latihan dalam
laboratorium. Rumpun Personal Humanistik yang meliputi non directive,
meningkatkan harga diri, dan sintektiks. Rumpun modifikasi tingkah laku yang
meliputi belajar tuntas, operan condition dan simulasi.
K. Kemampuan Dasar Mengajar
Sebagai seorang guru tentunya harus dapat
menguasi delapan keterampilan dasar dalam mengajar yaitu keterampilan dasar
bertanya yang artinya segala ucapan dari guru yang memerlukan respon dari
siswa, keterampilan memberikan penguatan yang artinya respon positif atas
kinerja siswa yang baik, keterampilan mengadakan variasi yang artinya perubahan
dalam proses pembelajaran, keterampilan menjelaskan yang artinya menyajikan
informasi yang terorganisasi, sistematis, dan mudah dipahami, keterampilan
membuka dan menutup pelajaran yang artinya penciptaan siap mental dan
mengakhiri kegiatan inti. Keterampilan membimbing kelompok kecil yang artinya
membimbing diskusi kelompok yang beranggotakan 3 – 9 siswa dengan tujuan dan
topic yang jelas, keterampilan mengelola kelas artinya keterampilan menciptakan
kelas yang kondusif ddan optimal, dan yang terakhir yaitu keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan artinya membimbing siswa dan memudahkan dalam
belajar serta merencanakan dan melaksankan KBM.