HAKIKAT INOVASI (DISCOVERY, INVENSI, INOVASI DAN MODERNISASI)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Inovasi Pendidikan
Dosen : Dr. Jaenuri S.Ag, M.Pd.

Oleh:
Ginanjar Agung
Jatmiko (1103248)
Intan Purnama Alam (1104242)
Marinda (1103048)
Kelas C/ Semester 3
PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karna berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Hakikat Inovasi
(discovery, invensi ,inovasi dan modernisai)”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan dan untu menambah
wawasan mahasiswa dalam pemahaman mengenai Inovasi Pendidikan dan juga kami
harap makalah ini bisa membantu semua orang di dalam materi Hakikat Inovasi.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Jaenuri S.Ag, M.Pd.
selaku dosen Inovasi Pendidikan yang telah memberikan bimbingannya dan kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusun makalah ini. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan penyusun makalah ini
berikutnya.
Semoga
makala ini dapat berguna bagi semua pihak. Kami meminta maaf apabila dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Terimakasih
atas perhatian semuanya.
Bandung,
24 September 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
.............................................................................................................
i
Daftar isi
........................................................................................................................ ii
Bab 1 : Pendahuluan
A.
Latar
belakang......................................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah
.................................................................................................. 2
C.
Tujuan
Penulisan
.................................................................................................... 2
D.
Manfaat
Penulisan
................................................................................................. 3
E.
Sistematika
Penulisan ............................................................................................ 3
Bab 2 : Pembahasan
A.
Discovery
............................................................................................................... 4
B.
Invesi
...................................................................................................................... 12
C.
Modernisasi...................................................................................................... ...... 16
D.
Inovasi
................................................................................................................... 23
Bab 3 : Penutup
A.
Kesimpulan
............................................................................................................ 28
B.
Saran
...................................................................................................................... 29
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang
Perubahan adalah suatu bentuk yang wajar terjadi, bahkan
para filosof berpendapat bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang abadi
kecuali perubahan. Tampaknya perubahan ini merupakan sesuatu yang harus terjadi
tetapi tidak jarang dihindari oleh manusia. Semua perubahan akan membawa
resiko, tetapi strategi mempertahankan struktur suatu kurikulum tanpa perubahan
akan membawa bencana dan malapetaka, sebab mengkondisikan kurikulum dalam
posisi status quo menyebabkan pendidikan tertinggal dan generasi bangsa tersebut
tidak dapat mengejar kemajuan yang diperoleh melalui perubahan. Dengan
demikian, inovasi selalu dibutuhkan, terutama dalam bidang pendidikan, untuk
mengatasi masalah-masalah yang tidak hanya terbatas masalah pendidikan tetapi
juga masalah-masalah yang mempengaruhi kelancaran proses pendidikan.
Kata inovasi seringkali dikaitkan dengan perubahan, tetapi
tidak setiap perubahan dapat dikategorikan sebagai inovasi. Rogers (1983 : 11)
memberikan batasan yang dimaksud dengan inovasi adalah suatu gagasan,
praktek, atau objek benda yang dipandang baru oleh seseorang atau
kelompok adopter lain. Kata "baru" bersifat sangat relatif, bisa
karena seseorang baru mengetahui, atau bisa juga karena baru mau menerima
meskipun sudah lama tahu
Berdasarkan batasan dan penjelasan
Rogers tersebut, dapat dikatakan bahwa munculnya inovasi karena ada
permasalahan yang harus diatasi, dan upaya mengatasi permasalahan tersebut
melalui inovasi (seringkali disebut dengan istilah "pembaharuan"
meskipun istilah ini tidak identik dengan inovasi). Inovasi ini harus merupakan
hasil pemikiran yang original, kreatif, dan tidak konvensional. Penerapannya
harus praktis di mana di dalamnya terdapat unsur-unsur kenyamanan dan
kemudahan. Semua ini dimunculkan sebagai suatu upaya untuk memperbaiki situasi
/ keadaan yang berhadapan dengan permasalahan.
Seperti telah dikemukakan bahwa
munculnya suatu inovasi adalah sebagai alternatif pemecahan masalah, maka
langkah pertama pengembangan suatu inovasi didahului dengan pengenalan terhadap
masalah (Rogers, 1983 ; Lehman, 1981). Identifikasi terhadap masalah inilah
yang kemudian mendorong dilakukannya penelitian dan pengembangan (R&D) atau
evaluasi kurikulum, yang dirancang untuk menciptakan suatu inovasi. Dalam hal
ini perlu untuk diperhatikan bahwa inovasi akan mempunyai makna jika inovasi
tersebut diterapkan atau diadopsi, sebab jika inovasi tersebut tidak
diterapkan/diadopsi/disebarluaskan maka inovasi tersebut hanya akan menjadi
inovasi yang tidak terpakai. Terhadap pengadopsian ini dikenal strategi
sentralisasi dan strategi desentralisasi. (disebut penyebaran/difusi inovasi
jika ditinjau dari sisi pengembang inovasi, sedangkan adopsi inovasi merupakan
prosedur yang dilihat dari sisi calon pemakai/adopter). Baik strategi
sentralisasi maupun desentralisasi akan memunculkan permasalahan baru pada saat
adopsi/difusinya.
Salah satu aspek penting dalam
konteks pendidikan di manapun adalah dengan memperhatikan kurikulum yang
diusung oleh pendidikan tersebut. Seringkali kurikulum dijadikan objek
penderita, dalam pengertian bahwa ketidakberhasilan suatu pendidikan
diakibatkan terlalu seringnya kurikulum tersebut berubah. Padahal, seharusnya
dipahami bahwa kurikulum seyogyanya dinamis, harus berubah mengikuti perubahan
yang terjadi dalam masyarakatnya. Cuban (1991 : 216) mengemukakan bahwa untuk
memahami perubahan kurikulum perlu untuk dipahami tiga pokok pemikiran tentang
perubahan tersebut yakni (a) rencana perubahan itu selalu baik, (b) harus
dipisahkan antara perubahan (change) dengan kemantapan (stability),
dan (c) apabila rencana perubahan sudah diadopsi maka perlu untuk dilakukan
perbaikan terhadap rencana tersebut (improvement).
B.
Rumusan Masalah
Dari
tinjauan latar belakang tersebut dapat dirumuskan rumusan makalah sebagai
berikut:
a. Apa pengertian dari discovery, invention,
inovasi dan modenisasi ?
b. Bagaimana discovery dalam
pembelajaran ?
c. Apa saja dampak-dampak yang timbul
dari moderenisasi?
C.
Tujuan penulisan
Dari
rumusan masalah diatas dapat dirumuskan tujuan prmasalahan yaitu :
a. Mengetahui pengertian dari discovery,
invention, inovasi dan modernisasi
b. Mengetahui discovery dalam
pembelajaran
c. Mengetahui dampak-dampak yang timbul
dari moderenisasi
D.
Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun agar pembaca
mampu memahami apa itu discovery,invention, moderenisasi dan inovasi. Dan juga
kita dapat memahami bagaimana proses terjadinya hal-hal tersebut, termasuk
mampu mengetahui dampak-dampak yang terjadi dalam kehidupan baik dampak positif
maupun dampak negatif. Selain itu pula setelah memahami apa-apa yang
dimaksudkan disini pembaca dapat meminimalisir dampak-dampak yang timbul
khusunya dampak negatif dari perubahan-perubahan yang ada.
E.
Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini sesuai dengan
buku pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Discovery
1.
Pengertian
Discovery
Diskoveri
(discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang
ditemukan itu sudah ada,tetapi belum diketahui orang lain. Anna Poejiadi (2001)
Umemberikan penjelasan: Secara harfiah to discover berarti membuka tutup.
Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu yang ada didalamnya belum diketahui
orang. Sebagai contoh perubahan pandangan dari geosentrisme menjjadi
heliosentrisme dalam astronomi. Nicolas Copernicus memerlukan waktu
bertahun-tahun guna melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan bahwa
bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan
bumi, bahwa planet-planet lain juga berputar mengelilingi matahari. Kesalahan
besar yang ia lakukan adalah bahwa ia yakin semua planet (termasuk bumi dan
bulan) mengelilingi matahari dalam bentuk lingkaran. Penemuan ini menggugah
Tycho Brahe melakukan pengamatan lebih teliti terhadap gerakan planet. Data
pengamatan kemudianmembuat Johanes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum
gerak planet yang tepat. Penemuan ketiga tokoh tersebut merupakan ”discovery”.
Banyak
ahli pendidikan yang menyamakan arti antara discovery dan inquiry, sedangkan
yang ahli pendidikan lainnya membedakan artinya. Carin (1985) menyatakan bahwa
”discovery” adalah suatu proses mental di mana individu mengasimilasi
konsep dan prinsip-prinsip. Dengan perkataan lain, ”discovery” terjadi
apabila individu terutama terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep atau prinsip. Misalnya,seseorang menemukan apakah
energi itu?, berarti ia membangun konseptentang energi, selanjutnya ia
menemukan suatu prinsip ilmiah ”energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan, hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain (energi
listrik berubah menjadi energi gerak dan sebaliknya).
2.
Discovery
dan Pembelajaran
Di
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
pendidikan Nasional pasal 1 ayat (20) dinyatakan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Berkenaan dengan proses pembelajaran, di dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pasal 19 ayat (1) dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta pasikologis peserta didik.
Pasal
19 ayat (1) tersebut di atas mengindikasikan bahwa proses pembelajaran
hendaknya lebih banyak berorientasi kepada penemuan. Jerome S. Bruner (1978)
telah mengembangkan belajar penemuan (discovery learning) yang
berdasarkan kepada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsipprinsip
konstruktivis. Pada discovery learning individu didorong untuk belajar
secara mandiri. Individu belajar melalui keterlibatan aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan pendidik mendorong individu untuk
mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka
menemukan konsep dan prinsip-prinsip. Menurut Carin dan Sund (1985), discovery
merupakan suatu proses di mana anak atau individu mengasimilasi proses konsep
dan prinsip-prinsip. Discovery terjadi apabila individu terlibat secara aktif
dalam menggunakan mentalnya agar memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan untuk
menemukan konsep atau prinsip. Proses-proses mental tersebut di atas melibatkan
keterampilan proses yang lebih tinggi tingkatannya (perumusan masalah,
merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksprimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan) melalui metode
ilmiah dengan memanfaatkan kreativitas peserta didik untuk menemukan konsep,
prinsip, atau generalisasi sebagaimana yang digariskan oleh Standar Isi mata
pelajaran. Di samping itu juga diperlukan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin
tahu dan terbuka (inilah yang dimaksud dengan sikap ilmiah). Dengan demikian
pendidik harus mampu menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan peserta
didik untuk melakukan kegiatan discovery, seperti halnya ilmuwan terdahulu. Discovery
learning memiliki beberapa keuntungan, yaitu: (1) pengetahuan yang diperoleh
dapat bertahan lebih lama dalam ingatan, atau lebih mudah diingat, dibandingkan
dengan cara-cara lain, (2) dapat meningkatkan penalaran individu dan kemampuan
untuk berpikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi
untuk memecahkan permasalahan, (3) dapat membangkitkan keingintahuan individu,
memotivasi individu untuk bekerja terus sampai mereka menemukan jawabannya.
Dalam proses discovery, berpikir kreatif tidak dapat muncul begitu saja, tetapi
perlu digali dan dilatihkan melalui sistem tertentu (Wellington, 1980). Hal ini
dimaksudkan karena berpikir kreatif mementingkan proses dan produk.
Sejumlah
ahli pendidikan berpendapat bahwa berpikir merupakan tujuan akhir dari proses
pembelajaran. Pendidik harus yakin bahwa peserta didik mampu berpikir, meskipun
tidak dapat diprediksi apa yang sedang dipikirkan. Berpikir kreatif , bernalar,
dan berpikir produktif termasuk berpikir tingkat tinggi yang dapat diterima secara
universal dan merupakan hal yang penting dalam proses pendidikan
(pembelajaran). Oleh karena itu, pendidik hendaknya menciptakan situasi dan
kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat menumbuh kembangkan kemampuan
kreatifnya. Juhariah Adang (1993) menyarankan bahwa dalam melatih berpikir
kreatif, kepada peserta didik perlu diberikan berbagai masalah, dan dengan
informasi atau fakta yang telah ada dalam dirinya, mereka mencoba memecahkan
masalah itu dengan berbagai cara.
Untuk
dapat menumbuh kembangkan kreativtas peserta didik, terlebih dahulu pendidiknya
harus kreatif. Gibbs mengemukakan bahwa pendidik yang kreatif adal
individu-individu yang percaya bahwa manusia itu adalah individu yang self
motivated dan bertanggung jawab terhadap ide-idenya (Moh. Amien, 1987).
Pendidik yang dapat membantu peserta didiknya menjadi kreatif melalui sikap
terbuka, tidak mengecam, menerima, menyukainya, mengurangi rasa takut, dan
membuat mereka menemukan dirinya sendiri, serta percaya pada diri sendiri dan
tidak mudah putus asa. Pendidik yang kreatif harus mampu memodifikasi dan
mengembangkan materi pembelajaran pada buku teks yang digunakan sehingga mampu
memicu peserta didik untuk berpikir kreatif. Untuk melatih kemampuan berpikir
kreatif individu, kita berdasar pada definisi operasional Torrance yang
menyatakan bahwa kreativitas sebagai proses menjadi tanggapnya seseorang
terhadap masalah-masalah, terhadap kekurangan-kekurangan, terhadap kesenjangan
dalam pengetahuan, terhadap sirnanya unsur-unsur, terhadap keserasian, dan
sebagainya; mengidentifikasi masalah, mencari pemecahan masalah, membuat dugaan
atau hipotesis, menguji dan menguji ulang hipotesis, dan mengkomunikasikan
hasilnya. Bagaimana langkah yang seyogyanya dapat ditempuh oleh pendidik dalam
pembelajaran?. Sebaiknya, langkah pertama adalah mengembangkan taksonomi
pertanyaan peserta didik untuk menentukan jenis pertanyaan yang dapat
menghantarkan mereka kepada kreativitas. Berbagai pertanyaan peserta didik di
dalam kelas akan memberikan gambaran kepada pendidik mengenai halhal yang
menarik mereka, sehingga dapat dijadikan suatu tema kegiatan dalam pembejalaran.
Perumusan dan identifikasi masalah merupakan langkah yang amat penting dalam
upaya pengembangan kreativitas peserta didik. Dalam melakukan kegiatan diskusi
misalnya, peserta didik dimotivasi untuk berpikir, untuk mengajukan hipotesis,
untuk merancang eksperimen, dan untuk menguji hipotesis. Akhirnya, mengevaluasi
temuannya.
Untuk
mengukur kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam pendidikan, tidak
digunakan test seperti biasa, tetapi mengamati perilaku dan sikap yang
ditampilkan oleh mereka pada situasi tertentu. Pertanyaanpertanyaan yang
mengarah pada provokasi dan saran-saran mereka dalam pemecahan masalah hendak
menjadi perhatian bagi pendidik dalam mengukur kemampuan berpikir kreatif.
Pendidik
akan mengalami kesulitan mengembangakan kemampuan berpikir kreatif peserta
didik dalam pembelajaran, kecuali jika: (1) bisa melakukan perubahan; (2)
merasa diri berkepribadian; (3) merasa diri berprofesi; (4) menjalin hubungan
dengan orang lain atau profesi lain; (5) menguasai struktur pembelajaran; (6)
mempertimbangkan peserta didik sebagai individu; dan (8) luwes terhadap isi
kurikulum.
Pengembangan
kreativitas dalam pembelajaran tidak lepas dari fase-fase pengembangan yang
berlaku secara umum, sebagaimana yang dijelaskan oleh Conny Semiawan,
dkk.(1991) yang meliputi seperti berikut ini.
a.
Fase Persiapan (preparation)
Pada
fase ini ide itu datang dan timbul dari berbagai kemungkinan. Tetapi, biasanya
ide itu berlangsung dengan hadirnya suatu keterampilan, keahlian, atau ilmu
pengetahuan tertentu sebagai latar belakang atau sumber dari mana ide itu lahir.
b.
Fase Inkubasi (incubation)
Pada
fase ini diharapkan hadirnya suatu pemahaman serta kematangan terhadap ide yang
tadi timbul (dierami). Berbagai teknik dalam menyegarkan dan meningkatkan
kesadaran itu, seperti meditasi, latihan peningkatan kreativitas, dapat
dilangsungkan untuk memudahkan “perembetan”, perluasan, dan pendalaman ide.
c.
Fase Iluminasi (Illumination)
Fase
ini berangkat dari suatu tingkat penemuan saat inspirasi yang tadi diperoleh,
dikelola, digarap, kemudian menuju kepada pengembangan suatu hasil. Pada fase
ini terjadi komunikasi terhadap hasilnya dengan orang yang signifikan (yang
penting) bagi penemu, sehingga hasil yang telah dicapai dapat lebih
disempurnakan lagi.
d.
Fase Verifikasi (Verification)
Fase
ini merupakan fase perbaikan dari perwujudan hasil dan tanggung jawab terhadap
hasil. Diseminasi dari perwujudan karya kreatif untuk diteruskan kepada
masyarakat yang lebih luas terjadi setelah perbaikan dan penyempurnaan terhadap
karya itu berlangsung.
Kreativitas
dalam proses pembelajaran juga terjadi jika individu melakukan penemuan ilmiah
untuk mereka sendiri, walaupun informasi semacam itu telah diketahui oleh orang
lain. Hal ini cukup beralasan karena penemuan ilmiah itu tercantum di dalam
buku-buku teks, tetapi penerapan khusus atau inovasinya perlu ditentukan oleh
individu. Untuk melatih kreativitas dalam pembelajaran, individu hendaknya diberikan
kesempatan dalam hal berikut ini :
1.
Mengajukan pertanyaan yang menantang individu untuk berpikir selama pembelajaran
berlangsung.
2.
Membaca buku-buku yang menantang individu untuk melakukan kegiatan belajar
lebih lanjut.
3.
Merasakan kemudahan dalam mengambil isu atau dalam mempertanyakan ide atau
proses yang telah diterima dan meyita pikiran.
4.
Memodifikasi atau menolak usulan yang orisinil dari seseorang tanpa mencemohkannya.
5.
Merasa bebas dalam mengajukan tugas pengganti yang memiliki potensi kreatif.
6.
Menerima pengakuan yang sama untuk berpikir kreatif.
Jika
proses berpikir kreatif berkembang dalam pendidikan formal, khususnya dalam
pembelajaran diharapkan individu mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang dihadapinya, meskipun masalah itu baru dengan berbagai alternatif
pemecahan. Selain itu, para individu diharapkan mampu menentukan hubungan sebab
akibat mengenai hal-hal yang diamati, baik yang sederhana maupun yang lebih
kompleks di luar materi yang diajarkan, yang memungkinkan memperoleh penemuan
baru.
Untuk
dapat mengembangkan kreativitas melalui proses pembelajaran Moh. Amien (1987)
mengemukakan beberapa prinsip, yakni sebagai berikut:
1.
Menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda dan bersifat unik
2.
Proses berpikir yang bersifat analisis-sintesis dikemukan
3.
Dorongan yang bersifat motivasi merupakan suatu prasyarat untuk proses kreatif.
Proses itu sendiri merupakan suatu tension-relieving agent.
4.
Kondisi atau situasi yang bersifat ujungakhir yang terbuka harus diterapkan
5.
Hasil-hasilnya tidak dapat diduga lebih dahulu.
6.
Kondisi disiapkan untuk membuat/menimbulkan possible preconscious thinking.
7.
Individu dipacu untuk melahirkan dan mengembangkan gagasan-gagasan mereka
sendiri.
8.
Perbedaan-perbedaan, keunikan-keunikan perseorangan dan keaslian harus
ditekankan dan dihargai.
9.
Proses sama pentingnya dengan produk.
10.
Kondisi-kondisi tertentu harus disiapkan atau diatur sedemikian rupa untuk
memberikan peluang timbulnya kreativitas.
11.
Pembelajaran berorientasi pada kesuksesan daripada kegagalan.
12.
Persyaratan harus dibuat untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan, tetapi
ketentuan juga dibuat untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam
situasi-situasi pemecahan masalah yang baru.
13.
Belajar berinisiatif sendiri secara mandiri(self-initiated learning)
harus dipacu.
14.
Keterampilan mengkritik secara konstruktif dan keterampilan evaluasi harus
dikembangkan.
15.
Gagasan-gagasan dan obyek-obyek harus digunakan dan dieksplorasi
16.
Harus menggunakan proses demokrasi.
17.
Metode yang digunakan adalah unik untuk pengembangan kreativitas
Berdasarkan
prinsip-prinsip di atas, maka dalam pembelajaran pendidik harus dapat melakukan
hal-hal berikut ini:
1.
Mengembangkan keinginan aspirasi dan kemampuan individu untuk berpikir dan
memecahkan masalah.
2.
Membantu individu menemukan harga diri sendiri dan nilai-nilai orang lain.
3.
Membantu individu mengembangkan serangkaian keunikan bakatbakatnya dan
kemampuan-kemampuannya.
4.
Membantu individu mengembangkan keterampilan inkuiri.
5.
Membantu individu menjadi lebih disiplin dan bertanggung jawab atas belajar dan
perilakunya.
Jika
prinsip-prinsip dan upaya-upaya pendidik tersebut di atas dapat terlaksana
dalam pembelajaran, maka terdapat sejumlah kemampuan yang dapat berkembang pada
diri individu, antara lain sebagai berikut:
1.
Kemampuan untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya.
2.
Kemampuan untuk menanggapi.
3.
Kemampuan untuk berinteraksi.
4.
Kemampuan untuk bertanya.
5.
Kemampuan untuk mencipta.
6.
Kemampuan untuk menemukan jati diri.
Discovery
sebagai metode pembelajaran terdiri atas 8 jenis sebagaimana yang dikemukakan
oleh Moh. Amien (1987) seperti berikut ini.
a.
Guide Discovery
Dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode guide discovery pendidik
menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada peserta didik.
Misalnya, dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) pendidik menyediakan
penuntun kegiatan laboratorium.
b.
Modified Discovery
Dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode modified discovery pendidik
hanya memberikan permasalahan saja, kemudian peserta didik digiring untuk
menemukan solusi dari masalah tersebut melalui metode ilmiah dengan
memanfaatkan sebanyak-banyaknya keterampilan proses dan berpikir kreatif. Pendidik
memberikan bantuan kepada peserta didik berupa pertanyaan-pertanyaan yang
memungkinkan mereka dapat berpikir kreatif dan menggunakan keterampilan proses
yang menyatu di dalam metode ilmiah untuk menemukan solusi masalah yang
dihadapi.
c.
Free Discovery
Dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan free discovery pendidik
memperhadapkan peserta didik kepada suatu masalah, kemudian mereka secara
individu atau berkelompok diberi kebebasan melakukan aktivitas yang
berorientasi kepada keterampilan proses, kreativitas, dan metode ilmiah dalam
rangka menemukan solusi masalah yang mereka hadapi. Free discovery biasanya
digunakan oleh peserta didik pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (SMA dan
Perguruan Tinggi).
d.
Invitation into Discovery
Dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan invitationdiscovery pendidik
memperhadapkan peserta didik kepada suatu masalah, berbagai keterampilan
proses, pemikiran kreatif, dan metode ilmiah seperti halnya ilmuwan terdahulu
dalam menemukan solusi masalah yang mereka hadapi. Kegiatan yang mereka lakukan
berlangsung secara terkontrol dan sistematis sehingga mereka berperan sama
dengan ilmuwan terdahulu.
e.
Discovery Role Aproach
Dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan discovery role approach merupakan
pelaksanaan pembelajaran yang melibatkan peserta didik ke dalam tim tertentu
yang masing terdiri atas 4 anggota untuk menemukan solusi masalah.
Masing-masing anggota tim diberi tugas tertentu, sehingga setiap anggota tim
memiliki peranan: (1) team coordinator, (2) technical advisor; (3) data
recorder; dan (4) process evaluator untuk menemukan solusi masalah yang mereka
hadapi.
f.
Pictorial Riddle
Dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pictorial riddle pendidik
harus berusaha mengembangkan motivasi dan minat peserta didik dalam kecil atau
dalam kelompok besar untuk dapat menemukan solusi dari masalah yang dihadapi
dengan memanfaatkan alat peraga atau situasi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, Suatu riddle, biasanya berupa
gambar di papan tulis, poster, tayangan gambar yang diproyeksikan. Selanjutnya,
pendidik mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan riddle.
g.
Synectic lesson
Dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan menggubakan synectic lesson pendidik
harus berusaha memicu tumbuhnya bakat-bakat kreatif siswa. Gordon dalam Moh.
Amien (1987) percaya bahwa proses-proses kreatif dapat diungkapkan dan
dikembangkan oleh peserta didik melalui perpaduan berbagai mata pelakan,
misalnya mata pelajaran IPA dipadukan dengan IPS. Pada dasarnya, synectics memusatkan
perhatian kepada keterlibatan peserta didik untuk membuat berbagai macam
“metaphor” agar integensi mereka dapat terbuka dan pada gilirannya intelegensi
mereka dapat terbuka dan mengembangkan daya kreativitasnya.
h.
Value Clarification
Dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan menggubakan value clarification pendidik
harus mampu membantu peserta didik dalam mengembangkan proses-proses yang
digunakan dalam menentukan nilai mereka sendiri. Oleh karena itu seorang tenaga
pendidik harus bersikap terbuka dan menerima pandangan peserta didik, membantu
mengungkapkan nilai-nilai lainnya. Guru harus menyakinkan kepada siswa bahwa
sikapnya itu juga berlaku bagi setiap peserta didik.
B. INVENSI
Invensi
(invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil
kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum
ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Misalnya penemuan teori
belajar, teori pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastik, mode pakaian,
dan sebagainya. Tentu saja munculnya ide atau kreativitas berdasarkan hasil
pengamatan, pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada, tetapi wujud yang
ditemukannya benar-benar baru.
Contoh
lainnya dari invensi yang mempengaruhi perubahan-perubahan lainnya yaitu ;
penemuan pesawat radio dapat menyebabkan perubahan di bidang lain, seperti
pendidikan, pemerintahan, pertanian, perekonomian, jasa dll. penemuan pesawat
dapat membawa pengaruh pada sistem transportasi udara, yang kemudian dapat mempengaruhi
alat tempur, selanjutnya mempengaruhi bagi perubahan organisasi militer dan
seterusnya. Penemuan kapal laut, peta bumi, dan alat penentu arah (kompas)
dapat menumbuhkan sikap kolonialisme, dan masih banyak invensi lainnya.
Kekurangan
pada sistem dan infrastruktur yang mendukung inovasi memang merupakan salah
satu faktor penting. Namun kekurangan itu sebenarnya juga disebabkan oleh
paradigma kita yang kurang bisa membedakan antara penemuan (invention) dengan
inovasi (innovation). Perbedaan tersebut sangat penting untuk diketahui karena
tidak semua invention adalah innovation. Hanya dengan mengetahui perbedaan
antara kedua kata tersebut, kita bisa berada pada jalur yang benar untuk
merubah invention menjadi innovation.
Karya-karya
cipta yang sering kita dengar, seperti yang ditunjukkan di lomba-lomba karya
cipta mahasiswa di tingkat regional, nasioinal, atau pun internasional,
sebenarnya banyak yang kreatif. Tetapi karya-karya tersebut masih termasuk
dalam kategori invention, dalam arti para peserta berhasil menciptakan
karya-karya yang bisa dipakai untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang
dianggap penting oleh pembuatnya.
Sementara
innovation sendiri adalah karya-karya yang memang dianggap penting oleh
sekelompok orang (dalam jumlah yang cukup banyak) dan berpotensi untuk
menghasilkan keuntungan ekonomis bagi pembuatnya (atau penyandang dananya).
Sepintas kita
tidak melihat adanya perbedaan yang berarti. Bukankah mayoritas hasil karya
invention pasti berguna untuk orang lain dan berpotensi untuk dijual secara
menguntungkan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat contoh
sederhana di bawah ini:
Andaikata ada
seorang penulis perangkat lunak (programmer) kita yang berhasil membuat sebuah
perangkat lunak untuk membantu penulisan blog di Internet. Apakah karya
tersebut bisa langsung disebut inovasi? Bila perangkat lunak tersebut tidak
lebih baik dibanding perangkat lunak sejenis seperti WordPress atau Typepad,
maka dipastikan tidak ada orang lain yang bersedia memakainya, kecuali mungkin
oleh pembuatnya sendiri.
Sekarang,
katakanlah perangkat lunak yang dihasilkan lebih baik dari perangkat lunak
blogging lainnya. Pertanyaan berikutnya adalah: bagaimana dia bisa membuat
sekolompok pengguna blog untuk percaya bahwa perangkat lunaknya memang lebih unggul
dan lebih mampu menjawab kebutuhan mereka? Ingat, dalam dunia pemasaran:
persepsi adalah realita. Bila kelebihan tersebut tidak bisa dikomunikasikan
dengan baik dan benar, entah karena pembuatnya tidak mengetahui saluran
marketing communications yang sesuai atau karena salahnya message yang hendak
dikomunikasikan, maka kelebihan tersebut tidak pernah ada.
Sekarang,
katakanlah programmer kita tersebut mengetahui cara-cara pemasaran dan mampu
mengkomunikasikan kelebihan prouknya dengan tepat. Apakah secara otomatis para
pemakai blog akan beramai-ramai memakai produknya? Belum tentu juga. Kenapa?
Jawaban sederhananya: karena apa yang dianggap sebagai kelebihan oleh
pembuatnya, bisa jadi merupakan hal yang tidak dibutuhkan oleh calon pemakai.
Di sini,
pembuatnya bisa jadi kurang mendalami consumer insights sehingga tidak bisa
menangkap kebutuhan pemakai dengan baik. Pola pikir penulis perangkat lunak
yang cenderung product-oriented sering menjadi sumber masalah di sini,
sementara untuk memahami pengguna, dibutuhkan pola pikir yang lebih
consumer-oriented.
Mari kita
maju selangkah lagi. Andaikata kelebihan tersebut memang dibutuhkan oleh
pemakai dan sekelompok pemakai yang mengetahui keberadaan perangkat lunak
tersebut mulai memakainya. Apakah itu sudah layak disebut inovasi? Mungkin
belum, karena para blogger yang sudah terlanjur memakai WordPress, misalnya,
tidak bisa berpindah begitu saja ke perangkat lunak lain karena masalah
kompatibilitas database dan kerumitan yang mungkin dihadapi selama proses
migrasi.
Bagaimana
bila proses migrasi dipermudah? Apakah para pengguna akan melakukan migrasi
tersebut? Lagi-lagi, belum tentu. Di sini, faktor reputasi memegang peranan
penting. Bila mereka percaya bahwa perangkat lunak tersebut memiliki masa depan
yang panjang dan mampu menyediakan layanan purna jual yang baik untuk
seterusnya, mereka mungkin akan melakukannya. Namun, bila tidak, mereka pasti
akan berpikir berkali-kali (atau malah tidak bepikir sama sekali dengan
mengabaikan perangkat lunak baru tersebut).
Permasalahan
lain pada tahap ini adalah: Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh kompetitor
untuk meniru kelebihan tersebut? Bila programmer kita tersebut hanya bekerja
sendirian, sementara para kompetitornya mempekerjakan puluhan atau ratusan
progammers dengan memakai sistem open source, mungkin hanya dalam hitungan hari
atau minggu saja kelebihan tersebut sudah hilang. Tanpa kemampuan penambahan
fitur-fitur baru secara kontiniu, kelebihan tersebut hanya akan berumur pendek.
Contoh di
atas menunjukkan sekilas tantangan yang harus dihadapi untuk merubah penemuan
menjadi inovasi yang bisa diterima pasar. Sejauh ini kita hanya membahas
bagaimana membuat software tersebut bersedia dipakai oleh sekelompok orang, dan
belum menginjak ke tahap bagaimana membuat mereka bersedia membayar untuk
software tersebut.
Tantangan
seperti itu sebenarnya bukan cuma dihadapi negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Di negara maju sekalipun, jumlah hak paten yang dikeluarkan jauh
melebihi jumlah produk yang terjual di pasaran. Perusahaan besar yang memiliki
sumber daya raksasa seperti P&G sendiri mengakui hanya sekitar 15% dari
produk barunya sukses di pasaran. Namun untuk Indonesia, masalah ini lebih
berat karena kita belum memiliki paradigma yang berorientasi pada inovasi.
Dengan
sedikit perubahan paradigma, semoga kita sekarang bisa melihat bahwa penemuan
(invention) saja tidak cukup untuk membawa produk tersebut menjadi inovasi yang
bisa diterima pasar. Selain kemampuan teknis, cara berpikir yang
business-oriented sangat dibutuhkan. Para penemu harus mampu bergulat dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa kebutuhan konsumen penting yang belum
terpenuhi? Seberapa banyak konsumen yang memiliki kebutuhan tersebut? Bagaimana
caranya mengenali kebutuhan tersebut dengan lebih baik? Bagaimana cara
menyampaikan pesan ke target konsumen tersebut? Bagaimana meyakinkan mereka
untuk mencoba? Bagaimana membuat fitur-fitur yang dibutuhkan tersebut yang
sulit ditiru oleh kompetitor? Bagaimana dengan upaya untuk membangun reputasi
dan strategi branding yang baik? Dan lain sebagainya. Kadang,
pertanyaan-pertanyaan yang berorientasi bisnis tersebut justru lebih sulit
untuk dijawab dibanding permasalahan teknis, terutama apabila para penemu
tersebut tidak dilengkapi dengan pengetahuan dunia bisnis. Di sisi lain, kita
juga kesulitan mencari orang yang memiliki kedua kemampuan tersebut.
Untuk
mengatasi masalah itu, kita bisa meniru kompetisi-kompetisi iptek serupa di
negara-negara maju. Kompetisi iptek, misalnya, tidak semata-mata menghadirkan
hasil karya-karya teknologi, tapi juga dilengkap dengan business plan untuk
memasarkan karya-karya tersebut. Karena jarang ada penemu yang juga memiliki
latar belakang dunia bisnis, maka karya-karya yang ditampilkan tersebut umumnya
diwakili oleh sebuah tim yang terdiri dari para penemu dan setidaknya satu
orang yang berlatar belakang pendidikan bisnis.
Dengan
bekerjasama dalam tim, kedua belah pihak bisa saling melengkapi dan belajar
satu sama lainnya. Penyerbukan silang antara dunia iptek dan bisnis tersebut
secara perlahan-lahan mampu membangun masyarakat yang menghargai pentingnya
kerjasama iptek dengan dunia bisnis untuk menghasilkan inovasi.
Bangsa kita
memang masih jauh dalam hal inovasi, walau dibandingkan dengan beberapa negara
Asia sekalipun. Sistem dan infrastruktur nasional sangat ketinggalan. Namun,
membuat kompetisi iptek yang menggabungkan bakat-bakat teknik dengan bisnis
bukanlah sasaran yang jauh. Kompetisi iptek bisa dijadikan sebagai kompetisi
business plan. Selain itu, dunia usaha bisa memikirkan cara-cara untuk
bekerjasama dengan lembaga perguruan tinggi untuk menghasilkan produk-produk
baru dengan biaya yang relatif lebih rendah.
Dengan
upaya-upaya tersebut, setidaknya kita bisa berharap bangsa kita tidak hanya
berjalan di tempat dalam hal inovasi meski kita belum bias bermimpi untuk
mengejar, kecuali ada keseriusan dari pemerintah untuk menjadikan inovasi
sebagai salah satu agenda utama pembangunan nasional.
C.
MODERNISASI
1. Pengertian
Moderenisasi
Modernisasi
secara etimologi berasal dari kata modern yang mempunyai banyak sekali arti,
istilah modern ini tidak di gunakan hanya kepada orang-orang saja tetapi juga
untuk system politik, Negara, ekonomi lembaga seperti contohnya perguruan
tinggi, rumah sakit, sekolah, perumahan, pom bensin dan lain-lain. Pada umumnya
kata modern itu lebih menunjukan kepada sesuatu perubahan yang menuju ke arah
yang lebih baik lagi dan tentunya ke arah yang lebih maju dari sebelumnya, dan
tentunya menimbulkan kesenangan, kegembiraan dan meningkatkan kesejahteraan
hidup. Dengan modern ini apapun akan lebih efektif dan efesien dan akan sesuai
dengan tuntutan zaman.
Modernisasi
adalah pergeseran mentalitas dan sikap sebagai warga masyrakat untuk bisa
sesuaidengan tuntutan hidup masa kini dan perkembangan zaman yang terus semakin
berkembang dan dinamis.
Adapun
terdapat banyak arti secara terminology dari berbagai sudut pandang yg
berbeda-beda dari banyak ahli yaitu :
Daniel Lerner
Menurut
Daniel lerner modernisasi mrupakan sebuah istilah baru untuk suatu proses
panjang –proses perubahan social, dimana mayarakat yang kurang berkembang itu
memperoleh cirri-ciri yang biasa bagi masyarakat yang lebih berkembang.
Astrid S. Susanto.
Modernisasi adalah suatu proses pembangunan yang
memberikan kesempatan ke arah perubahan
demi kemajuan.
J.W. Schoorl.
Modernisasi merupakan penerapan pengetahuan ilmiah pada
semua kegiatan, bidang kehidupan, dan aspek kemasyarakatan.
Koentjaraningrat.
Modernisasi adalah usaha untuk hidup
sesuai dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang.
Soerjono Soekanto.
Soerjono Soekanto.
Modenisasi identik dengan suatu
bentuk dai perubahan sosial yang biasanya terarah dan didasarkan pada suatu
perencanaan.
Wilbert E. Moore.
Wilbert E. Moore.
Modernisasi adalah suatu
transformasi total kehidupan bersama, dari yang tradisional ke arah pola-pola negara
barat yang telah stabil.
Modernisasi
memang merupakan suatu keharusan dalam sejarah manusia, modernisasi sangat
mempengaruhi di dalam kehiduan manusia, baik individual manusia itu sendiri
maupun masyarakat, dengan adanya modernisasi tersebut tidak menutup kemungkinan
prilaku,sikap,budaya dan watak pun akan berubah sangat drastis, baik menuju
perubahan ke arah yang lebih baik ataupun perubahan ke arah yang malah lebih
buruk.
Modernisasi
itu identik dengan kehidupan yang serba ada, seba mudah, serba canggih dn
praktis sehingga memudahkan manusia dalam menjalani kehidupannya, modernisasi
merupakan salah satu ciri-ciri dari preadaban manusia yang maju, dalam
sosiologi modernisasi itu merupakan perbuahan sosial masyarakat yang primitive
untuk mencpai tahap yang telh di almi oleh masyaakat yang telah maju
peradabannya.
Modernisasi
merupakan suatu kelanjutan yang wajar di dalam perkembangan zaman yang terus
bergerak secara dinamis, dan di dalam perkembangan manusia yang di tandai
dengan adanya kreatifitas pada diri manusia untuk mencari jalan dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan hidupnya di dunia ini, namun perlu di phami bahwa
kreatifitas manusia tersebut merupakan suatu kelanjutan hasil usaha manusia
sebelumnya, oleh karena itu modernisai itu merupakan sesatu yang tidak bisa di
hindarkan di dalam kehduan manusia, cepat atau lambat modenisasi itu akan terus
bermunculan secara perlahan selaras dengan perkembangan, peradaban, dan
kreatifitas manusia.
2. Syarat modernisasi
Menurut
soerjono soekanto modernsasi memiliki beberapa syarat yaitu sebagai berikut:
- Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
- Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu.
- Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
C. Karakteristik Manusia Modern
Menurut Inkeles
ada beberapa aspek yang menjadi tanda (Karakteristik) manusia modern, yaitu :
1.
Bersikap terbuka terhadap pengalaman
baru, artinyajika menghadapi tawaran atau ajakan hal-hal yang baru yang lebih
menguntungkan untuk kehidupannya, akan sealu mau memikirkan dan kemudian mau
menerimanya, tidak meutup diri terhadap perubahan.
2.
Selalu siap menghadapi perubahan sosial
artinya, siap unutk menerima erubahan-erubahan yang terjadi masyarakat,
misalnya partisiasi dalam bidang politik, eningkatan esempatan kerja bagi
wanita, perpindahan penduduk, pergaulan atau hubungan orang tua dengan pemuda
dan sebagainya. Manusia modern siap untuk memahami perubahan yang terjdi di
sekitarnya.
3.
Bepandangan yang luas artinya,
pendapat-pendaptnya tidak hanya berdasarkan apa yang ada ada dirinya tetapi mau
menerima pendapat yang datang dari luar dirinya, serta dapat memahami adanya
perbedaan pandangan dengan orang lain. Ia dapat memahami sikap orang lain yang
berbeda dengan dirinya.
4.
Mempunyai dorongan ingin tau yang kuat
artinya, manusia modern akan selalu mencari informasi tentang apa yang terjadi
di lingkungannya, dan juga inforasi yang bermanfaat untuk eningkatan
kehidupannya.
5.
Manusia modern lebih berorientasi pada
masa sekarang dan masa yang akan datang dari pada masa yang lampau. Manusia
modern tidak hanya mengenang kejayaan atau kegagalan di masa lalu, tetapi lebih
berfikir bagaimana masa sekarang dan masa yang akan datang.
6.
Manusia modern berorientasi dan juga
percaya pada perencanaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Kehidupan
manusia moden selalu di rencanakan sebelumnya baik perencanaan jangka pendek mauun
perencanaan jangka panjang.
7.
Manusia modern lebih percaya pada hasil perhitungan manusia dan pemikian
manusia dari pada takdir tau pembawaaan . Ia percaya bahwa manusia dapat
mengontrol kejadian di sekitarnya.
8.
Manusia modern menghargai ketermpilan
tekhnik dan juga menggunakanya sebagai dasar pemberian imbalan.
9.
Wawasan pendidikan dan pekerjaan
artinya, manusia modern memiliki wawasan yang lebih maju tentang pendidikan dan
pekerjaan.
10.
Manusia modern menghargai kemuliaan
orang lain teruatama orang yang lemah seperti wanita, anak-anak dan bawahannya.
11.
Memahami perlunya produksi artinya,
manusia modern dalam mengambil keputusan akan mempertimbangkan juga sejauh mana
dampak terhadap hasil industri dalam
suatu produksi.
Modernisasi
dimana perkembangan dan peradaban manusia itu di mulai, tentunya mempunyai
dampak baik positif maupun negaif yaitu :
Dampak positif :
a.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin canggih, mempermudah
cara kita untuk berkomunikasi, komunikasi jarak jauh sekalipun dapat di
jangkau, selain berkomunikasi juga, dapat memberikan dampak yang sangat baik
bagi pendidikan, pengtahuan menjadi sangat mudah untuk di dapatkan, informasi
yang terbaru dari luar maupun dari dalam negri mudah kita dapatkan baik itu
dalam bidang pendidikan itu sendiri, maupun dalam bidang-bidang lainnya.
b.
Perubahan tata nilai dan sikap
Dengan
adanya modernisasi pada masyarakat khususnya menimbulkan suatu perubahan pola
pikir yang lebih rasional, lebih menggunakan akal pikiran dalam menyelesaikan
suatu hal yang terlihat dari sikap-sikap yang di tunjukan dari
masyakat-masyarakat itu sendiri.
c.
Tingkat kehidupan yang lebih baik
Dengan
banyaknya industri yang maju berdasarkan tekhnologi yang sudah maju juga, menjadikan
nilai dalam memproduksi alat-alat transportasi dan komunikasi yang canggih, dan
juga mengurangi pengangguran, sehingga taraf hidup masyarakat tentunya akan
meningkat.
Dampak Negatif pada modernisasi :
a.
Sikapnya mejadi lebih individualistik
Sikap
individualistik ini terlahir karena masyrakat yang telah mengalami modernisasi
sudah merasa puas akan tekhnologi dan apapun yang telah canggih sehingga
kebutuhan masyrakat tersebut selalu mudah untuk di penuhi sehingga tidak lagi
membutuhkan bantuan dari manusia yang lainnya sehingga lahirlah sikap
individualstik tersebut.
b.
Gaya hidup kebarat-baratan
(westernisasi)
Karena
tidak adanya pembatasan terhadap budaya yang masuk dari luar, khususnya warga
indonesia yang terkenal sebagai bangsa yang adab dan ramah, kehilangan akan
jati dirinya dimana tata krama dan nilai-nilai yang seharusnya di jalankan
menjadi terabaikan dengan lebih mengadopsi kebiasaan-kebiasaan masyarakat
barat, bak itu dari segi berpakaian, tingkah laku, gaya hidup, daan lain
sebagainya.
c.
Pola hidup konsumtif
Perkembangan
teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan
barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik
untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan
masing – masing.
Dengan
modernisasi ini memudahkan masyarakat untuk mendapatkan segala sesuatu yang ia
butuhkan, sehingga masyarakat menjadi lebih konsumtif tanpa memikrkan terlebih
dahulu apa-apa yang ia beli, apakah itu kebutuhuan prime atau sekunder, bahkan
sering kali sesuatu yang sebenarnya tidak di perlukan mereka membeli sesuatu
tersebut demi kepuasaan yang ia rasakan.
Contoh
modernisasi yang terjadi di indonesia
Perubahan
cara untuk membajak sawah
Pada zaman dahulu para petani
menggunakan kerbau untuk membajak sawah, mereka memukul kerbau agar mau
berjalan untuk membajak sawah.
Seiring
berjalannya zaman, tehnology yang semakin berkembang. Para petani menggunakan
traktor untuk membajak sawah untuk mempermudah pekerjaanya.
Perubahan
Cara berjualan
Dari zaman ke zaman ke zaman mengalami sebuah perubahan yang
significant termasuk cara berjualan. Misalnya penjual jamu dahulu berjualan
dengan menggendong sebuah bakul dan berkeliling kampung dengan berjalan
kaki
Karena terciptanya sepeda para penjual jamu itu pun berubah
cara berjualannya dengan menggunakan sepeda karena lebih mudah untuk
mengelilingi kampung sambil berjualan.
Alat transportasi pun semakin mengarah ke kemajuan, dengan
terciptanya motor para penjual membeli motor untuk berjualan . karena sangat
mudahnya berjualan dengan motor, tidak terasa capek, cepat, dan lebih praktis.
D.
INOVASI
Inovasi berasal dari kata Innovation (bahasa inggis)
sering di terjemahkan segala hal yang bru tau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972;Santoso
S. Hamijoyo, 1996), tetapi ada yng menjadikan kata innovation menjadi kata
indonesia yaitu inovasi.
Secara garis besar inovasi ialah suatu ide, barang,
kejadian, metode yang disarankan atau di amati sebagai suatu hal yang ba bagi
seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention
ataupun discovery. Inovasi diadakan untuk memecahkan suatu masalah tertentu
atau mencapai suatu tujuan tertentu.
Adapun pengertian inovasi menurut para ahli yaitu :
Pengertian
Inovasi menurut Everett M. Rogers
Mendefisisikan bahwa inovasi adalah
suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai
suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
Pengertian
Inovasi menurut Stephen Robbins
Mendefinisikan, inovasi sebagai
suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu
produk atau proses dan jasa.
Pengertian Inovasi menurut Van de Ven, Andrew H
Inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru oleh
orang dimana dalam jangka waktu tertentu melakukan transaksi-transaksi dengan
orang lain dalam suatu tatanan organisasi.
Pengertian Inovasi menurut Kuniyoshi Urabe
Inovasi bukan merupakan kegiatan satu kali pukul (one time phenomenon),melainkan
suatu proses yang panjang dan kumulatif yang meliputi banyak proses
pengambilan keputusan di dan oleh
organisasi dari mulai penemuan gagasan sampai
implementasinya di pasar.
Pengertian Inovasi menurut UU No. 18 tahun 2002
Inovasi adalah kegiatan penelitian,
pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan
praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau
proses produksi.
Adapun beberapa jenis
inovasi yatitu :
1.
Penemuan
Kreasi suatu produk
atau jasa atau proses baru yang belum pernah ada di lakuakn sebelumnya, konsep
ini cenderung di sebut revolisisoner seperti contohnya penemuan pesawat terbang
oleh wright bersaudara, penemuan telepo\hon oleh graham bell dan lain
sebagainya.
2.
Pengembangan
Pengembangan suatu
proses atau jasa atau suatu proses yang sudah ada konsep seperti ini menjadi
aplikasi ide yang telah ada berbeda.
3.
Duplikasi
Peniruan suatu produk,
jasa atau suatu proses yang sudah ada, duplikasi bukan semata meniru tetapi
duplikasi di sini yaitu menambahkan sentuhan keatif untuk memperbaiki konsep
agar lebih mampu memenangkan persaingan.
4.
Sintesis.
Perpaduan konsep dan
faktor-faktor yang sudah ada menjadi formulasi baru. Proses ini meliputi
engambilan sejumlah ide atau produk yang sudah ditemukan dan dibentuk sehingga
menjadi produk yang dapat diaplikasikan dengan cara baru.
Contoh dari Inovasi yaitu :
1.
Pedal
Sepeda Yang Memahami Anda
Bersepeda
merupakan satu hal yang cukup mengasyikkan bila dilakukan dengan santai dan
sebagai bentuk pemenuhan olahraga sekaligus bermanfaat untuk hiburan. Tetapi
kondisinya menjadi berbeda ketika kita sudah berkaitan dengan waktu atau dengan
kata lain sepeda tersebut kita andalkan untuk melakukan suatu aktifitas yang mendesak.
Sehingga perlu kecepatan dan kemahiran agar dapat mengejar waktu dan sampai
tujuan dengan selamat.
Pernahkah terjadi pada diri anda ketika sedang mengayuh sepeda tiba-tiba kaki anda terlepas atau meleset dari pedalnya? Tentu sangat menyebalkan belum lagi bila akibat hal tersebut kaki anda menjadi terluka. Bila anda ingin merasakan hal nyaman saat berkendara dengan sepeda dan terhindar dari hal tersebut, sebuah pedal yang sangat memahami anda sepertinya layak untuk menjadi inovasi baru.
Pernahkah terjadi pada diri anda ketika sedang mengayuh sepeda tiba-tiba kaki anda terlepas atau meleset dari pedalnya? Tentu sangat menyebalkan belum lagi bila akibat hal tersebut kaki anda menjadi terluka. Bila anda ingin merasakan hal nyaman saat berkendara dengan sepeda dan terhindar dari hal tersebut, sebuah pedal yang sangat memahami anda sepertinya layak untuk menjadi inovasi baru.
Pedal
ini memiliki fungsi yang sangat baik sebagai pijakan kaki agar tetap pada
posisi yang sebenarnya, bahkan dengan desain yang sempurna mampu dapat mengikat
sepatu anda bagai magnet. Jika sudah demikian anda tidak perlu khawatir lagi
saat bersepeda, baik saat harus mengayuh dengan cepat terlebih ketika bersepeda
santai.
2. Inovasi coca cola
Inovasi
adalah salah satu kunci keberhasilan yang menjadikan Coca-Cola Indonesia
semakin besar, dikenal luas, serta memberikan kontribusi bagi masyarakat dan
bangsa Indonesia. Melalui riset dan pengembangan (Research & Development),
Coca-Cola terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan, strategi
pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas, kreatif,
serta mempunyai ciri khas tersendiri.
Dengan
memahami kebutuhan dan perilaku konsumen, serta potensi kekayaan alam
Indonesia, Coca-Cola berinovasi dengan menciptakan produk-produk baru yang
menjadikan produk minuman cepat saji Coca-Cola mempunyai rasa dan pilihan yang
beragam. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih spesifik, pada tahun
2002 Coca-Cola meluncurkan AQUARIUS, minuman isotonik yang diperuntukkan bagi
mereka yang aktif dan gemar berolahraga. Pada tahun yang sama, Coca-Cola
Indonesia meluncurkan Frestea, teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga
melati yang khas. Pada tahun 2003, Fanta menghadirkan campuran dua rasa buah,
orange dan mango, yang disebut “Fanta Oranggo”, setelah pada tahun sebelumnya
sukses meluncurkan Fanta Nanas. Pada tahun ini pula, Coca-Cola Indonesia meluncurkan
Sunfill – produk minuman Sirup dan Serbuk instan rasa buah. Dengan inovasi,
Coca-Cola yakin bahwa produk-produk yang ditawarkan akan mampu memenuhi
kebutuhan pasar di Indonesia.
Selain
berinovasi pada produk-produk baru, Coca-Cola juga mencoba mengembangkan desain
kemasan minuman, serta meningkatkan kualitasnya. Setelah meluncurkan Frestea
dalam kemasan botol, pada akhir tahun 2002, Coca-Cola Indonesia meluncurkan
Frestea dalam kemasan Tetra Wedge yang lebih mudah dan praktis untuk dibawa.
Pada akhir 2003, Coca-Cola, Sprite, dan Fanta hadir dalam kemasan kaleng
ramping baru yang unik. Pada tahun 2004 ini, Coca-Cola hadir dengan inovasi
terbaru yaitu botol gelas berbobot lebih ringan 30 % dengan desain mungil,
imut, tapi kuat. Inovasi kemasan produk akan terus dikembangkan sesuai dengan
perkembangan teknologi terbaru.
Strategi
pemasaran Coca-Cola mempunyai ciri khas tersendiri, yang unik dan kreatif.
Berbagai program promosi diadakan sesuai dengan event yang sedang berlangsung,
baik melalui konser musik, pameran, promo penukaran tutup botol, hadiah
kejutan, maupun iklan TV. Pada tahun 2004 ini, iklan Coca-Cola versi Kabayan
dinobatkan sebagai iklan paling efektif dalam bulan Pebruari dan Maret versi
survey TV Ad Monitor MRI. Promo Coca-Cola juga memanfaatkan momentum tertentu,
misalnya: Demam Piala EURO 2004. Dengan memanfaatkan event berskala nasional
maupun internasional, Coca-Cola mencoba tampil dengan strategi pemasaran baru
yang menarik masyarakat.
Selain
berinovasi dalam produk, kemasan, dan strategi pemasaran; perlengkapan
penjualan baru juga dikembangkan ke arah yang lebih baik. Berkaitan dengan
inovasi ini, Coca-Cola Indonesia menciptakan jenis krat baru yang lebih ringan,
dibuat dari bahan yang ramah lingkungan.
Kunci sukses
inovasi tersebut adalah kolaborasi yang baik antara Coca-Cola Bottling
Indonesia dan Coca-Cola Company, pengembangan varian minuman cepat saji dengan
rasa baru, serta keinginan untuk menjadikan Coca-Cola Indonesia sebagai
perusahaan minuman cepat saji yang lengkap.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Diskoveri
(discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang
ditemukan itu sudah ada,tetapi belum diketahui orang lain. Anna Poejiadi (2001)
Umemberikan penjelasan: Secara harfiah to discover berarti membuka tutup.
Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu yang ada didalamnya belum diketahui
orang. Sebagai contoh perubahan pandangan dari geosentrisme menjjadi
heliosentrisme dalam astronomi. Nicolas Copernicus memerlukan waktu
bertahun-tahun guna melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan bahwa
bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan
bumi, bahwa planet-planet lain juga berputar mengelilingi matahari. Kesalahan
besar yang ia lakukan adalah bahwa ia yakin semua planet (termasuk bumi dan
bulan) mengelilingi matahari dalam bentuk lingkaran. Penemuan ini menggugah
Tycho Brahe melakukan pengamatan lebih teliti terhadap gerakan planet. Data
pengamatan kemudianmembuat Johanes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum
gerak planet yang tepat. Penemuan ketiga tokoh tersebut merupakan ”discovery”.
Di
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
pendidikan Nasional pasal 1 ayat (20) dinyatakan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Berkenaan dengan proses pembelajaran, di dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pasal 19 ayat (1) dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta pasikologis peserta didik.
Invensi
(invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil
kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum
ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Misalnya penemuan teori
belajar, teori pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastik, mode pakaian,
dan sebagainya. Tentu saja munculnya ide atau kreativitas berdasarkan hasil
pengamatan, pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada, tetapi wujud yang
ditemukannya benar-benar baru.
Modernisasi
secara etimologi berasal dari kata modern yang mempunyai banyak sekali arti,
istilah modern ini tidak di gunakan hanya kepada orang-orang saja tetapi juga
untuk system politik, Negara, ekonomi lembaga seperti contohnya perguruan
tinggi, rumah sakit, sekolah, perumahan, pom bensin dan lain-lain. Pada umumnya
kata modern itu lebih menunjukan kepada sesuatu perubahan yang menuju ke arah
yang lebih baik lagi dan tentunya ke arah yang lebih maju dari sebelumnya, dan
tentunya menimbulkan kesenangan, kegembiraan dan meningkatkan kesejahteraan
hidup. Dengan modern ini apapun akan lebih efektif dan efesien dan akan sesuai
dengan tuntutan zaman.
Inovasi berasal dari kata Innovation (bahasa inggis)
sering di terjemahkan segala hal yang bru tau pembaharuan (S. Wojowasito,
1972;Santoso S. Hamijoyo, 1996), tetapi ada yng menjadikan kata innovation
menjadi kata indonesia yaitu inovasi.
Dampak-dampak yang terjadi akibat
modernisasi :
Dampak positif :
a.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi.
b.
Perubahan tata nilai dan sikap
c.
Tingkat kehidupan yang lebih baik
Dampak Negatif pada modernisasi :
a. Sikapnya
mejadi lebih individualistik
b. Gaya
hidup kebarat-baratan (westernisasi)
c. Pola
hidup konsumtif
B.
SARAN
Semoga
makalah ini dapat membantu kita dalam memahami apa itu discovery,invention,
moderenisasi dan inovasi. Dan juga kita dapat memahami bagaimana proses
terjadinya hal-hal tersebut, termasuk mampu mengetahui dampak-dampak yang
terjadi dalam kehidupan baik dampak positif maupun dampak negatif. Selain itu
pula setelah memahami apa-apa yang dimaksudkan disini pembaca dapat
meminimalisir dampak-dampak yang timbul khusunya dampak negatif dari
perubahan-perubahan yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Sa’ud, Udin Syaefudin. (2008) . Inovasi Pendidikan. Bandung :Alfabeta
Sa’ud,
Udin Syaefudin dan Ayi Suherman . (2010). Inovasi Pendidikan. Bandung :
Bahan Belajar Mandiri