SISTEM
PERUBAHAN SOSIAL DAN STRATEGI PERUBAHAN SOSIAL
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
perkuliahan
Inovasi
Pendidikan
Disusun oleh :
Ila
Kurnianti (1103738)
Nuni A
Solihat (1104261)
Siska
Alwiyah (1103097)
3C Reguler
S1
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
BANDUNG
2012
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah swt. berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sistem Perubahan
Sosial dan Strategi Perubahan Sosial”.
Makalah
ini kami susun dalam rangka pemenuhan tuga pada mata kuliah Inovasi Pendidikan
pada program S1 PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru. Penyusun
mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, diantaranya :
1. rekan-rekan yang telah memotivasi penyusun dalam menyusun makalah ini;
2. semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah swt. memberikan balasan yang
berlipat ganda.
Makalah
ini bukanlah karya tulis ilmiah yang sempurna karena masih memiliki kekurangan
baik dalam sistematika, isi maupun teknik penulisannya. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan pada makalah berikutnya. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi penyusun dan
pembaca. Amin.
Bandung, September 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR
ISI …………………………..…………………………………………….. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………...…….................... 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………......….. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ………………………………………………………… 2
D. Metode Penulisan
................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem
Perubahan Sosial …………………………………………………………. 3
B. Strategi
Perubahan Sosial ………………………………………………………… 5
C. Petunjuk
Penerapan Strategi di Sekolah …………………………………………. 12
BAB III
PENUTUP
A. Simpilan …………………………………………………………………………… 20
B. Saran ……………………………………………………………………………….. 21
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia adalah merupakan makhlik individu yang tidak
dapat lepas dari hubungan dengan manusia lainnya. Dari hubungan-hubungan
tersebut maka lahirlah kelompok-kelompok sosial yang dilandasi oleh
kesamaan-kesamaan dan kepentingan bersama. Namun bukan berarti semua himpunan
manusia dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, untuk dapat dikatakan sebagai
kelompok sosial terdapat persyaratan-persyaratan tertentu yang harus terpenuhi.
Setelah terbentuknya kelompok-kelompok sosial maka akan terjadi perubahan,
karena pada dasarnya perubahan merupakan hal yang mutlak terjadi dimanapun
tempatnya.
Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan
interaksi antar orang, organisasi atau komunitas. Perubahan sosial dapat
menyangkut struktur sosial atau pola nilai dan norma serta peran. Jika dilihat
dari pengertian di atas maka istilah yang lebih lengkap sebaiknya adalah
“Perubahan Sosial Kebudayaan” karena hubungan antara manusia sebagai makhlik
sosial tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan itu sendiri. Cara yang paling
sederhana untuk dapat mengetahui perubahan sosial yang telah terjadi adalah
dengan membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat tersebut.
Sama seperti hal lainnya, perubahan sosial juga memiliki
sistem yang mendukung perubahan sosial yang akan dilakukan. Sistem tersebut
banyak macamnya tergantung kepada yang ingin membuat perubahan tersebut.
Sistemnya tentulah harus. Mendukung dalam perubahan sosial. Selain sistem,
dalam perubahan sosial juga dibutuhkan strategi yang tepat dan akurat untuk
keberhasilan perubahan sosial.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang di atas penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah system
perubahan social ?
2.
Bagaimanakah strategi
yang digunakan dalam perubahan social ?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penyusunan makalah ini sebagai
berikut :
1. Untuk
mengetahui system perubahan social.
2. Untuk
mengetahui strategi dalamperubahan social.
D.
Metode
Penulisan Makalah
Makalah ini di susun dengan harapan
memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Dan dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca sekalian.
BAB II
A.
Sistem
Perubahan Sosial
Sistem pengelolaan perubahan
sosial (change management system) ialah pengorganisasian, perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian dari Setiap program sosial yang bertujuan untuk
mengadakan perubahan sosial. Sistem ini terbuka, yang artinya mau menerima
pengaruh dari luar sistem. Ada 4 macam konsep dasar yang merupakan
karakteristik dari sistem yaitu: batas (boundary), kekuatan (tension),
keseimbangan (equilibrium), dan umpan balik (feedback).
Sistem pengelolaan perubahan
sosial memiliki tiga sub sistem yaitu organisasi, komunikasi dan target
perubahan. Subsistem organisasi merupakan masukan utama ke dalam sistem.
Subsistem komunikasi membantu melaksanakan program perubahan sosial yang telah
ditentukan dalam subsistem organisasi. Subsistem target perubahan merupakan
output dari sistem. Tiap program perubahan social tentu memiliki tiga jenis
variable yaitu: bentuk pengaruh (influence structure), nilai (cost) dan saluran
(channel). Dengan penjelasan masing-masing sebagai berikut:
Ø bentuk pengaruh (influence structure) ialah cara atau
sarana yang digunakan untuk mempengaruhi sasaran yang telah ditentukan.
Ø nilai (cost) ialah sejumlah sumber atau hal yang berharga
yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk mengikuti perubahan sosial.
Ø
saluran
(channel) ialah dengan apa informasi dapat disebarluaskan kesasaran yang telah
ditentukan.
Kehidupan yang bahagia dan sejahtera merupakan keinginan
setiap manusia sebagaimana dikodratkan oleh Tuhan. Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi memberikan sumbangan yang besar dalam mewujudkan hidup yang
bahagia dan sejahtera. Pengelolaan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
tantangan yang harus dijawab dalam rangka pengelolaan perubahan sosial.
Dalam perubahan social dan kebudayaan terdapat
proses-proses yang merupakan bagian dari perubahan social. Proses-proses
tersebut antara lain :
1. Penyesuaian
masyarakat terhadap perubahan (social
equilibrium)
Keharmonisan dan
keserasian dalam hubungan masyarakat tentunya merupakan hal yang sangat di
idam-idamkan oleh setiap masyarakat. Keharmonisan dan keserasian ini
dimaksudkan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok mengisi serta
menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik. Setiap kali ada perubahan atau
penolakanmasyarakatterhadap perubahan dan hal-hal baru lembaga-lembaga
kemasyarakatan dapat mengatasinya dengan baik sehingga masyarakat dapat
menerima unsur-unsur baru.
Biasanya, jika terdapat unsure-unsur baru
sering bertentangan dengan unsure-unsur lama, dimana nantinya akan berpengaruh
terhadap norma-norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, itu berarti
telah terjadi gangguan yang kontinu dalam masyarakat. Apabila ketidakserasian
dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan, keadaan tersebut
dinamakan penyesuaian (adjusment). Bila sebaliknya yang terjadi, maka dinamakan
ketidakpenyesuaian sosial (maladjustment).
2.
Saluran-saluran perubahan
sosial dan kebudayaan (channel of change)
Saluran-saluran perubahan sosial dan
kebudayaan (channel of change) merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu
proses perubahan. Pada umumnya saluran-saluran ini adalah lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama dan
seterusnya. Lembaga yang menjadi titik tolak perubahan biasanya tergantung
kepada cultural focus masyarakat pada suatu masa tertentu.
3.
Disorganisasi (disintegrasi) dan reorganisasi
(reintegrasi)
Disorganisasi
(disintegritasi) merupakan suatu proses memudarnya norma-norma dan nilai-nilai
di lembaga kemasyarakat yang diakibatkan oleh suatu perubahan. Sedangkan reorganisasi
(reintegrasi) merupakan suatu proses pembentukan nilai-nilai dan norma-norma
baru agar serasi dengan lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan.
Sebagai
contoh system perubahan social yang terjadi yaitu adanya pergerakan-pergerakan mahasiswa
dengan kekhassan atau keunikannya masing-masing. Seperti pergerakan-pergerakan intra kampus semacam BEM, dan lembaga-lembaga
internal lainnya. Tentulah terdapat perbedaan-perbedaan yang mencolok pada
setiap lembaga, perbedaan tersebut disebabkan oleh anutan nilai dan paradigma
yang dikembangkan oleh setiap lembaga tersebut. Namun, meskipun memiliki
keberagaman paradigma dan anutan nilai, pergerakan-pergerakan kemahasiswaan
memiliki satu visi yang sama yaitu bagaimana caranya melakukan perubahan social.
B.
Strategi
Perubahan Sosial
Strategi ialah salah satu factor yang menentukan efektivitas
pelaksanaan program perubahan social. Tentulah bukan perkara mudah dalam
menentukan suatu strategi yang tepat guna mencapai tujuan atau target perubahan
social tertentu, karena pada hakekatnya berbagaimacam strategi itu terletak
pada suatu continum dari tingkat yang paling lemah tekanan atau paksaannya dari
luar, ke arah yang paling kuat tekanan atau paksaan dari luar. Dengan bagan
sebagai berikut :
Tekanan
dari Tekanan
dari
luar dalam
paling
lemah paling kuat
Ÿ Ÿ
Pendidikan Bujukan Paksaan
(education) (persuasive) (power)
Fasilitative
(Sumber : Zaltman, 1977)
Terdapat
4 macam strategi perubahan social, yaitu : strategi fasilitatif (facilitative strategies), strategi
pendidikan (re-education strategies),
strategi bujukan (persuasive strategies),
dan strategi paksaan (power strategies).
Agar dapat dipahami lebih jelas, berikut ini penjelasan dari setiap macam
strategi tersebut :
² Strategi
Fasilitatif (Facilitative Strategies)
Pelaksanaan program perubahan social dengan
menggunakan strategi fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan social
yang telah ditentukan, diutamakan penyediaan fasilitas dengan maksud agar
program perubahan social akan berjalan dengan mudah dan lancar.
Strategi ini akan dapat dilaksanakan dengan
tepat jika memperhatikan hal-hal berikut ini :
a. Strategi
fasilitatif dapat digunakan dengan tepat jika sasaran perubaha (klien):
A Mengenal
masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target perubahan
(tujuan),
A Merasa
perlu adanya perubahan atau perbaikan,
A Bersedia
menerima bantuan dari luar dirinya, dan
A Memiliki
kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau memperbaiki dirinya.
b. Strategi
fasilitatif dilaksanakan dengan disertai program menimbulkan kesadaran pada
klien atas tersedianya fasilitas atau tenaga bantuan yang diperlukan.
c. Strategi
fasilitatif tepat juga digunakan sebagai kompensasi motivasi yang rendah
terhadap usaha perubahan social.
d. Menyediakan
berbagai fasilitas akan sangat bermanfaat bagi usaha perbaikan social jika
klien menghendaki berbagai macam kebutuhan untuk memenuhi tuntutan perubahan
sesuai yang diharapkan.
e. Penggunaan
strategi fasilitatif dapat juga dengan cara menciptakan peran yang baru dalam
masyarakat jika ternyata peran yang sudah ada di masyarakat tidak sesuai dengan
penggunaan sumber atau fasilitas yang diperlukan.
f. Usaha perubahan dengan menyediakan berbagai
fasilitas akan lebih lancer pelaksanaannya jika pusat kegiatan organisasi pelaksanaan
perubahan social, berada di lokasi tempat tinggal sasaran.
g. Strategi
fasilitatif dengan menyediakan dana serta tenaga akan sangat diperlukan jika
klien tidak dapat melanjutkan usaha perubahan social karena kekurangan sumber
dana dan tenaga.
h. Perbedaan
sub bagian dalam klien akan menyebabkan perbedaan fasilitas yang diperlukan
untuk penekanan perubahan tertentu pada waktu tertentu.
i.
Strategi fasilitatif
akan kurang efektif jika :
A Digunakan
pada kondisi sasaran perubahan yang sangat kurang untuk menentang adanya
perubahan social.
A Perubahan
diharapkan berjalan dengan cepat, serta tidak sikap terbuka dari klien untuk
menerima perubahan.
Contoh penggunaan strategi fasilitatif di bidang pendidikan.
Dengan adanya kurikulum baru di bidang pendidikan dengan pendekatan
keterampilan proses maka perlu adanya perubahan dan pembaharuan pada kegiatan
belajar mengajar. Jika perubahan itu menggunakan strategi fasilitatif maka
lebih mengutamakan program pembaharuan dengan menyediakan berbagai macam
fasilitas dan sarana yang diperlukan. Tetapi fasilitas dan sarana itu tidak
akan memberikan manfaat dan menunjang perubahan apabila guru sebagai pendidik atau
pelaksana pendidikan sebagai sasaran perubahan (klien) tidak memahami
permasalahan yang sedang dihadapi, tidak merasa perlu adanya perubahan, merasa
tidak perlu atau tidakj bersedia menerima bantuan dari luar, tidak memiliki
kemauan untuk bergerak dalam usaha perubahan. Jika demikian, maka fasilitas dan
sarana akan sia-sia saja. Oleh karena itu, sebaiknya penggunaanstrategi
fasilitas diiringi dengan program untuk membangkitkan kesadaran sasaran
perubahan (klien) akan perlunya perubahan serta perlunya memanfaatkan
semaksimal mungkin fasilitas, sarana serta bantuan tenaga yang disediakan. Agar
perubahan yang dilakukan di bidang pendidikan tersebut dapat berjalan dengan
sukses dan lancar.
² Strategi
Pendidikan (re-educative strategies)
Strategi
pendidikan berarti untuk mengadakan perubahan social dengan cara menyampaikan
fakta dengan maksud orang akan menggunakan fakta atau informasi itu untuk
menentukan tindakan yang akan dilakukan. Zaltman menggunakan istilah
“re-education” (re berarti mengulang kembali) dengan alasan bahwa seseorang
harus belajar lagi tentang sesuatu yang dilupakan yang sebenarnya telah
dipelajari sebelum mempelajari tingjah laku atau sikap yang baru.
Agar
penggunaan strategi pendidikan dapat berlangsung secara efektif, perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Strategi
pendidikan akan dapat digunakan secara tepat dalam kondisi dan situasi sebagai
berikut.
A Apabila
perubahan social yang diinginkan, tidak harus terjadi dalam waktu yang singkat
(tidak ingin segera cepat sembuh).
A Apabila
sasaran perubahan (klien) belum memiliki keterampilan atau pengetahuan tertentu
yang diperlukan untuk melaksanakan program perubahan social.
A Apabila
menurut perkiraan akan terjadi penolakan yang kuat dari klien terhadap
perubahan yang diharapkan.
A Apabila
dikehendaki perubahan yang sifatnya mendasar dari pola tingkah laku yang sudah
ada ke tingkah laku yang baru.
A Apabila
alasan atau latar belakang perlunya perubahan telah diketahui dan dimengerti
atas dasar sudut pandang klien sendiri, serta diperlukan adanya control dari
klien.
b. Strategi
pendidikan untuk melaksanakan program perubahan akan efektif jika :
A Digunakan
untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai untuk digunakan sebagai
dasar tindakan yang selanjutnya sesuai dengan tujuan perubahan social yang akan
dicapai.
A Disertai
dengan keterlibatan berbagai pihak misalnya dengan adanya : sumbangan dana,
donator, serta berbagai penunjangyang lain.
A Digunakan
untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau kembali ke keadaan semula.
A Digunakan
untuk menanamkan pengertian tentang hubungan antara gejala dan masalah,
menyadarkan adanya masalah dan memantapkan bahwa masalah yang dihadapi dapat
dipecahkan dengan adanya perubahan.
c. Strategi
pendidikan akan kurang efektif jika :
A Tidak
tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan pendidikan.
A Digunakan
dengan tanpa dilengkapi strategi yang lain.
² Strategi
Bujukan (persuasive strategies)
Program
perubahan social dengan menggunakan stratebi bujukan, artinya untuk mencapai
tujuan perubahan social dengan cara membujuk agar sasaran perubahan mau
mengikuti perubahan dengan cara member alas an, mendorong atau mengajak untuk
mengikuti contoh yang diberikan. Strategi bujukan dapat berhasil berdasarkan
alas an yang rasional, pemberian fakta yang akurat, tetapi justru mungkin juga
dengan fakta yang salah sama sekali (rayuan gombal). Untuk yang terakhir ini
hasilnya tidak akan bertahan lama melainkan akan merugikan untuk selanjutnya.
Strategi bujukan ini biasanya digunakan untuk kampanye atau reklame pemasaran
hasil perusahaan. Demikian pula saat berkomunikasi dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari, baik disadari ataupun tidak digunakannya strategi bujukan.
Untuk keberhasilan penggunaan strategi bujukan perlu mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Strategi
bujukan tepat digunakan bila klien (sasaran perubahan) :
A Tidak
berpartisipasi dalam proses perubahan social.
A Berada
pada tahap evaluasi atau legitimasi dalam proses pengambilan keputusan untuk
menerima atau menolak perubahan social.
A Diajak
untuk mengalokasikan sumber penunjang perubahan dari suatu kegiatan atau
program ke kegiatan atau program yang lain.
b. Strategi
bujukan tepat digunakan jika :
A Masalah
dianggap kurang penting jika cara pemecahan masalah kurang efektif.
A Pelaksanaan
program perubahan tidak memiliki control secara langsung terhadap klien.
A Mengandung
suatu resiko yang dapat menimbulkan perpecahan.
A Perubahan
yang akan dilakukan tidak dapat dicobakan, sukar dimengerti dan tidak dapat
diamati kemanfaatannya secara langsung.
A Dimanfaatkan
untuk melawan penolakan terhadap perubahan pada saat awal diperkenalkannya
perubahan social yang diharapkan.
² Strategi
Paksaan (power strategis)
Pelaksanaan
program perubahan social dengan menggunakan strategi paksaan, artinya untuk
mencapai tujuan perubahan social dengan cara memaksa agar sasaran perubahan mau
mengikuti perubahan social yang direncanakan. Kemampuan untuk melaksanakan
paksaan tergantung daripada hubungan (kontrak) antara pelaksanaan perubahan
dengan klien (sasaran perubahan). Jadi, keberhasilan target perubahan diukur
dari kepuasan pelaksana perubahan.
Sedangkan kekuatan paksaan artinya sejauh
mana pelaksana perubahan dapat memaksa klien tergantung dari tingkat
ketergantungan klien dengan pelaksana perubahan. Kekuatan paksaan juga
dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain : ketatnya pengawasan yang
dilakukan pelaksana perubahan terhadap klien, tersedianya berbagai alternative
untuk mencapai tujuan perubahan, danjuga tergantung tersedianya dana atau biaya
untuk menunjang pelaksanaan program, misalnya untuk member hadiah kepada klien
yang berhasil atau member hukuman n kepada yang tidak mau dipaksa.
Penggunaan strategi paksaan perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Strategi
paksaan dapat digunakan apabila partisipasi klien terhadap proses perubahan
social rendah dan tidak mau meningkatkan partisipasinya.
b. Strategi
paksaan juga tepat digunakan apabila klien tidak merasa perlu untuk berubah
atau tidak menyadari perlunya perubahan social.
c. Strategi
paksaan tidak efektif jika klien tidak memiliki sarana penunjang untuk
mengusahakan perubahan dan pelaksana perubahan juga tidak mampu mengadakannya.
d. Strategi
paksaan tepat digunakan jika perubahan social yang diharapkan harus terwujud
dalam waktu yang singkat. Artinya tujuan perubahan harus segera tercapai.
e. Strategi
paksaan juga tepat dipakai untuk menghadapi usaha penolakan terhadap perubahan
social atau untuk cepat mengadakan perubahan social sebelum usaha penolakan
terhadapnya bergerak.
f. Strategi
paksaan dapat digunakan jika klien sukar untuk mau menerima perubahan social
artinya sukar untuk dipengaruhi.
g. Strategi
paksaan dapat juga digunakan untuk menjamin keamanan percobaan perubahan social
yang telah direncanakan.
Dalam pelaksanaan program perubahan
social sering juga dipakai kombinasi antara berbagai macam strategi,
disesuaikan dengan tahap pelaksanaan program serta kondisi dan situasi klien
pada berlangsungnya proses pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak
perubahan social, agar perubahan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
Selain strategi yang telah dipaparkan
sebelumnya, terdapat pula beberapa strategi pada perubahan social. Perubahan
social bisa juga dilakukan dengan revolusi (people’s
power), strategi persuasive (persuasive
strategy) dan strategi normative-reedukatif (normative reeducative strategy). Dengan penjelasan sebagai berikut
:
Ø Revolusi
(people’s power)
Merupakan bagian dari power strategy atau strategi perubahan social dengan kekuasan. Dan
revolusi merupakan puncak dari semua bentuk perubahan social. Karen, revolusi
menyentuk segenap sudut dan dimensi social secara radikal, missal, cepat,
mencolok dan mengundang gejolak intelektual dan emosional dari semua orang yang
terlibat didalamnya.
Ø Strategi
Persuasif (persuasive strategy)
Dalam
strategi ini, media masa bisa sangat berperan. Karena, pada umunya strategi
persuasive dijalankan lewat pembentukan opini dan pandangan masyarakat yang
tidak lain melalui media masa. J.A.C. Brown memasukkan propaganda dalam
strategi persuasive untuk melakukan perubahan social (Ritzer, 2003).
Ø Strategi
Normatif-Reedukatif (normative
reeducative strategy)
Norma
adalah kata sifat dari norm atau norma yang berarti aturan yang berlaku di
masyarakat. Posisis kunci norma-norma social dalam kehidupan bermasyarakat
telah diakui secara luas oleh hamper semuailmuan social. Norma termasyarakatkan
lewat pendidikan (education). Oleh
sebab itu, strategi normative umumnya digandengkan dengan upaya pendidikan
ulang atau reeducation untuk menanamkan dan mengganti paradigm berpikir
persuasive dan bertahap.
Setelah
kita ketahui berbagai macam strategi yang ada, maka dalam pelaksanaan program
social, seorang pelaksana diharuskan untuk memahami berbagai macam strategi
perubahan social tersebut, sehingga nantinya ia dapat memilih dan menentukan
strategi mana yang akan digunakan dan atau diutamakan untuk mencapai suatu
tujuan perubahan social tertentu, meskipun sebenarnya ia akan mengkombinasikan
berbagai macam strategi yang akan digunakannya.
C. Petunjuk Penerapan
Strategi di Sekolah
Di
dalam buku yang ditulis oleh J. Loyd Trum dan William Geogiades yang berjudul “How to Change Your School” (1978)
diuraikan tentang petunjuk penerapan inovasi padasuatu sekolah. Uraian ini akan
membantu untuk memudahkan dalam memilih strategi mana yang akan digunakan
sebagai penunjang dalam melakukan perubahan di sekolah. Petunjuk penerapan
inovasi pada suatu sekolah dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Buatlah
rumusan yang jelas tentang perubahan yang akan diterapkan.
Untuk
mempermudah perumusan tentang kebutuhan dan perubahan yang akan diterapkan,
disarankan menggunakan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
Apakah
Anda akan :
(1)
Mengatur system
kepenasehatan siswa ?
(2)
Mengubah cara kerja
konselor ?
(3)
Mengumpulkan data untuk
digunakan sebagai bahan mendiagnosis dirinya sendiri (self-diagnosis) oleh siswa, guru, dan supervisor yang memperhatikan
bagaimana kelompok menggunakan waktu, dalam kegiatan apa saja, dimana kegiatan
dilakukan, dengan siapa dilakukan, dan apa hasilnya, dengan tujuan agar dapat
mengadakan rediagnosa untuk mencapai perubahan yang konstruktif?
(4)
Mengembangkan
pengembangan tugas dewan guru dalam menunjang kelancaran program sekolah ?
(5)
Mengembangkan system
pengelolaan sekolah agar program sekolah dapat berjalan secara efektif di bawah
pimpinan kepala sekolah ?
(6)
Membagi wewenang dan
tanggung jawab kepala sekolah kepada para guru, sehingga semua merasa ikut
bertanggung jawab atas baik dan buruknya sekolah ?
(7)
Mengusahakan lebih
produktif lagi dalam hal mendayagunakan waktu, uang, fasilitas, personal dan
berbagai macam sumber yang lain ?
(8)
Mengembangkan cara
manila program sekolah yang lebih reliable dan valid (lebih andal dan shahih) ?
(9)
Membantu orang tua
murid atau yang lain untuk mengembangkan sikap positif terhadap program sekolah
dengan cara meningkatkan saling pengertian serta ikut berpartisipasi secara
positif dalam kebijakan dan prosedur untuk memperbaiki sekolah ?
(10)
Menambah, mengurangi
atau merubah persyaratan kurikulum ?
(11)
Menambah jumlah dan macam
mata pelajaran pilihan ?
(12) Mengadakan
kursus singkat (mini courses) atau
menambah apa yang sudah ada ?
(13) Memiliki
pengalaman yang lebih mendalam lagi tentang belajar jarak jauh ?
(14) Menyarankan
lebih banyak lagi atau dikurangi pemberian pekerjaan rumah bagi siswa ?
(15) Mengadakan
studi tentang bagaimana hubungan antara jumlah uang yang digunakan di sekolah
dengan peningkatan produktivitas yang dicapai setiap orang ?
(16) Mengubah
tahun ajaransekolah menjadi lebih lama atau lebih pendek ?
(17) Memperluas
penggunaan system kredit ?
(18) Mengubah
peraturan kehadiran guru dan siswa agar mereka dapat bekerja dengan tempat yang
memadai ?
(19) Menghubungkan
antara besar kecilnya jumlah anggota kelompok siswa dengan tujuan instruksional
?
(20) Menambah
atau mengurangi jumlah siswa yang akan diterima di sekolah ?
(21) Mengubah
model bangunan gedung sekolah agar dapat mendayagunakan berbagai fasilitas yang
ada dengan efisien dan efektif ?
(22) Menambah
atau mengubah sesuatu yang lain dalam arti mengusahakan agar lebih sesuai
dengan kebutuhan local, permasalahan yang ada, kesempatan yang tersedia, dan
personal yang ada ?
Berikut ini ada beberapa pertanyaan
penuntun untuk mempermudah dalam membuat keputusan tentang apa yang harus
dilakukan untuk meningkatkan mutu sekolah :
(1)
Apakah anda secara
pribadii menggunakan cara pendekatan komunikasi dua arah untuk memberikan
motivasi kepada guru, siswa, orang tua murid, warga masyarakat dan juga pegawai
kantor (tata usaha) untuk mencari cara yang tepat guna meningkatkan efektivitas
proses belajar mengajar ?
(2)
Apakah anda dengan
rekan-rekan telah mempertimbangkan sejumlah besar alternative dari segala macam
aspek persekolahan yang mungkin perlu dilengkapi atau disempurnakan ?
(3)
Adakah kebutuhan siswa,
guru dan orang di luar sekolah yang saat ini belum dilayani oleh program
sekolah ?
(4)
Data apa yang telah
dimiliki atau mungkin akan segera diperoleh yang akan membantu untuk memberikan
motivasi perlunya ada perubahan ?
(5)
Bagaimana anda akan
menentukan perubahan yang mungkin dapat diterapkan dan mudah menanganinya
sesuai dengan situasi di sekolah ?
(6)
Langkah positif yang
mana yang dapat dilakukan untuk menekan oposisi (perlawanan) yang selalu muncul
dalam berbagai macam bentuk dan tingkatan jika anda mengadakan perubahan atau
inovasi ?
(7)
Bagaimana anda akan
bersikap dalam situasi yang tidak dapat diatasi atau merupakan dilemma dan
sukar diselesaikan ?
(8)
Maukah anda secara
pribadi menerima beban tanggung jawab untuk bekerjasama dengan orang lain dalam
usaha menerapkan inovasi di sekolah dimana anda bekerja ?
2. Gunakan
metode atau cara yang member kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam
usaha merubah pribadi ataupun sekolah.
Merubah
sekolah sebenarnya merubah orang yang berada di sekolah. Berikut ini akan diuraikan
tentang bagaimana guru dan kepala sekolah yang akan mengadakan pembaharuan atau
menerapkan inovasi.
a. Tujuan
diadakannya inovasi perlu dimengerti dan diterima oleh guru, siswa, serta orang
tua dan juga masyarakat. Usaha untuk memperjelas informasi perubahan perlu
mendayagunakan segala fasilitas yang ada.
b. Motivasi
positif harus digunakan untuk memberikan rangsangan agar mau menerima inovasi.
Orang yang akan memberikan motivasi kepada orang lain harus memperhatikan
adanya perbedaan individual. Usah penerapan perubahan harus dapat diterima oleh
guru dan siswa sebagai anggota masyarakat sekolah.
c. Harus
diusahakan agar individu ikut berpartisipasi dalam mengambil keputusan
perubahan. Guru, siswa maupun orang tua siswa diberi kesempatan untuk ikut
berperan dalam mengambil keputusan menerima atau menolak perubahan. Mereka
diberi kesempatan untuk memikirkan, mendiskusikan dan mempertimbangkan perlunya
perubahan. Untuk itu perlu dipersiapkan berbagai alternative bagaimana cara
pemecahan masalah atau memenuhi kebutuhan yang diperlukan.
d. Perlu
direncanakan tentang evaluasi keberhasilan program perubahan. Kejelasan tujuan
dan cara menilai keberhasilan penerapan perubahan, merupakanmotivasi yang kuat
untuk menyempurnakan pelaksanaan perubahan.
Di
samping keempat hal telah sidebutkan tadi, perlu juga diperhatikan tentang
urutan langkah pelaksanaan program hendaknya dibuat dengan fleksibel. Artinya
jadwal kegiatan disusun disesuaikan dengan mengingat perbedaan individual baik
dalam kemampuan, kesempatan dan kesibukan. Yang sangat penting dibuat adalah
kejelasan tentang pembagian tugas. Dalam manejement terkenal dengan menggunakan
pendekatan PERT (program evolution review
technique). Perlu juga dipikirkan tentang kemungkinan terjadinya
penyimpangan penerapan perubahan.
3. Gunakan
berbagai macam alternative pilihan (option) untuk mempermudah penerapan
perubahan.
Dengan
memberikan banya peluang untuk memilih berarti memberikan banyak peluang kepada
semua pihak untuk ikut mengambil bagian sesuai dengan minat dan kemampuan yang
dimilikinya. Demikian pula dalam hal cara menilai dan penggunaan metode, makin
banyak pilihannya makin banyak kesempatan untuk mau melaksanakan sesuai dengan
kemampuan dan situasi kondisi setempat.
4. Gunakan
data atau informasi yang sudah ada untuk bahan pertimbangan dalam menyusun
perencanaan dan penerapan perubahan.
Sebelum
memulai merumuskan ide perubahan sebaiknya perlu diketahui terlebih dahulu
mengenai data yang akurat tentang kondisi dan situasi yang ada di sekolah.
5. Gunakan
tambahan data untuk mempermudah fasilitas terjadinya penerapan perubahan.
Perubahan
di sekolah memerlukan perspektif yang sangat luas. Berbagai data dari berbagai
bidang sudut pandang perlu didayagunakan. Data-data yang biasa digunakan atau
diperlukan dalam penerapan peubahan di sekolah antara lain :
a. Permainan
dan partisipasi individu terhadap program yang ada.
b. Pengertian
tentang program yang baru.
c. Tingkat
kemajuan tentang program baru.
d. Analisis
kemudahan dan kesukaran untuk mencapai tujuan.
e. Penilaian
terhadap bahan media instruksional yang diproduksi sekolah.
f. Jumlah
dan macam diagnostic tes dari siswa.
g. Perubahan
penampilan (performance) siswa
berdasarkan instrument yang telah dibakukan.
h. Perubahan
isi kurikulum dan organisasi kurikulum.
i.
Pandangan para ahli
tentang hasil pengamatannya terhadap program baru.
Perlu diperhatikan juga
hubungan perubahan dengan lembaga-lembaga di luar sekolah yang berkaitan dengan
pelaksanaan pendidikan. Sebelum mengadakan perubahan, badan atau lembaga di
luar sekolah yang ada hubungannya dengan aturan atau pengaruh terhadap
pelaksanaan pendidikan perlu untuk dihubungi dan diberikan penjelasan terlebih
dahulu, agar tidak terjadi salah paham ataupun hal-hal yang tidak diinginkan
dari lembaga-lembaga di luar sekolah yang berkaitan dengan pendidikan.
6. Gunakan
kemanfaatan dari pengalaman sekolah atau lembaga yang lain.
Terdapat sepuluh hal yang dapat dipakai
untuk melancarkan penerapan perubahan inovasi di sekolah,yaitu :
a. Gunakan
guru penasehat atau guru pembimbing. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok
besar ataupun kecil, dan setiap kelompok memiliki guru penasehat atau guru
pembimbing. Guru penasehat atau guru pembimbing membantu siswa dalam
melaksanakan program belajarnya.
b. Sediakan
pilihan (option) dalam pengelolaan program belajar perlu disediakan berbagai
macam pilihan, baik mengenai mata pelajaran yang harus diambil maupun cara
belajarnya.
c. Mengembangka
material (bahan media). Seagai konsekuensi adanya pilihan cara belajar maka
perlu dikembangkan berbagai macam media instruksional.
d. Merevisi
kurikulum dengan menggunakan kursus singkat (mini courses). Kursus singkat tentang penilaian, cara membuat
persiapan, cara menyusun tes dan sebagainya.
e. Membuat
tempat belajar yang lebih baik dalam gedung yang ada. Misalnya dibuat ruang
belajar sendiri, tempat belajar kelompok dan sebagainya.
f. Buatlah
jadwal yang fleksibel. Untuk pelajaran yang banyak menggunakan latihan atau
praktik perlu waktu yang lebih lama dari pelajaran yang hanya dengan ceramah,
dan sebagainya.
g. Ditingkatkan
penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Siswa diberi tugas untuk
mengamati dan mengadakan wawancara dengan warga masyarakat dalam melakukan
kegiatan belajar.
h. Diadakan
penilaianprogram penerapan pendidikan.
i.
Diadakan penilaian dan
pelaporan hasil belajar siswa.
j.
Dibuat tim supervise,
untuk mengawasi kegiatan di bidang-bidangtertentu.
7. Dunia berbuatlah secara positif untuk
mendapatkan kepercayaan.
Dunia pendidikan sangat sukar untuk
memperoleh dana guna mengadakan perubahan. Namun sebagai seorang pemimpin
pendidikan harus melakukan langkah untuk mensukseskan usahanya, yaitu dengan :
a. Kepala
sekolah harus benar-benar memahami apa yang perlu dilakukan untuk perbaikan
sekolahnya.
b. Kepala
sekolah harus menghayati kenyataan bahwa perubahan memang perlu diadakan untuk
perbaikan.
c. Kepala
sekolah harusyakin bahwa memang sekolahnya tepat untuk menerapkan perubahan.
d. Kepala
sekolah harus banyak mencurahkan waktu dan tenaganya baik untuk kegiatan di
sekolah, luar sekolah, dan dimasyarakat yang memerlukan tenaganya guna menjalin
hubungan yang akrab dengan segala pihak, agar mau mengerti dan memberikan
bantuan untuk kelancaran program perubahan.
8. Menerima
tanggung jawab pribadi.
Dalam masyarakat yang sedang mengalami
perubahan dengan sangat cepat, kepala sekolah, guru, dan siswa akan menjumpai
tantangan yang sangat kompleks pada tingkatan dimana mereka bekerja atau
belajar. Tujuannya adalah bukan untuk menciptakan kesukaran dalam hidup, tujuan
yang hendak dicapainyaialah mencapai kepuasan yang diperoleh karenatelahberbuat
sesuatuyang sifatnya konstruktif untuk membantu membangun dunia indahdimasa
kinidanmasayangakandatang.
9. Usahakan
adanya pengorganisasian kegiatan yang memungkinkan terjadinya kepemimpinan yang
efektif.
Berdasarkan
pengalaman para pelaksana “Model Shools Project” di Amerika Serikat, disarankan
digunakannya Team Manajemen Pengawasan” (Supervisory
Management = SM Team). Ada dua element dasar untuk meningkatkan
kepemimpinan sekolah di dalam team SM. Pertama,
peranan kepemimpinan harus disebarluaskan melalui perluasan konsep team
manejemen pengawasan. Kedua, team SM
harus menggunakan pendekatan partisipatif dalam membina hubungan dengan segenap
personal disekolah maupun dengan warga masyarakat. Kegiatan untuk meningkatkan
efektivitas proses belajar mengajar, dilakukan oleh semua personalia sekolah,
sesuai dengan bidang garapannya masing-masing.
10. Mencari
jawaban atas beberapa pertanyaandasar tentang perubahan di sekolah.
Tujuan
utama pendidikan di sekolah adalah untuk meningkatkan kualitas sekolah.
Perubahan disekolah seharusnya untuk meningkatkan kualitas sekolah, tetapi
sering terjadi perubahan sekolah diadakan dengan tujuan yang tidak benar. Hal
seperti itu seharusnya dihindari karena akan sangat merugikan nama sekolah.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Sistem pengelolaan perubahan sosial (change management
system) ialah pengorganisasian, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dari
Setiap program sosial yang bertujuan untuk mengadakan perubahan sosial. Sistem
ini terbuka, yang artinya mau menerima pengaruh dari luar sistem. Setiap
program perubahan social tentu memiliki tiga jenis variable yaitu: bentuk
pengaruh (influence structure), nilai (cost) dan saluran (channel). Sebagai
contoh dari system perubahan social adalah dengan adanya pergeraka mahasiswa
baik intern maupun ekstern.
Strategi merupakan salah satu factor yang ikut menentukan
efektivitas pelaksanaan program social. Ketepatan dalam menentukan strategi
sangatlah dibutuhkan, tetapi bukanlah suatu perkara yang mudah untuk dapat
menentukan strategi yang akan digunakan. Terdapat beberapa macam strategi,
diantaranya : strategi fasilitatif (facilitative strategies), strategi
pendidikan (re-education strategies),
strategi bujukan (persuasive strategies),
strategi paksaan (power strategies),
revolusi (people’s power), strategi
persuasive (persuasive strategy) dan
strategi normative-reedukatif normative
reeducative strategy).
Petunjuk
penerapan perubahan pada suatu sekolah akan membantu jika mengalami kesulitan
dalam menentukan strategi. Petunjuk tersebut antara lain : buatlah rumusan yang
jelas tentang perubahan yang akan diterapkan, gunakan metode atau cara yang
member kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam usaha merubah pribadi
ataupun sekolah, gunakan berbagai macam alternative pilihan (option) untuk
mempermudah penerapan perubahan, gunakan data atau informasi yang sudah ada
untuk bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan dan penerapan perubahan,
gunakan tambahan data untuk mempermudah fasilitas terjadinya penerapan inovasi,
gunakan kemanfaatan dari pengalaman sekolah atau lembaga yang lain, dunia
berbuatlah secara positif untuk mendapatkan kepercayaan, menerima tanggung
jawab pribadi, usahakan adanya pengorganisasian kegiatan yang memungkinkan
terjadinya kepemimpinan yang efektif, dan mencari jawaban atas beberapa
pertanyaan dasar tentang perubahan di sekolah.
B.
Saran
Seiring perkembangan jaman yang
terus meningkat terjadi pula perubahan di berbagai bidang khususnya di bidang
social. Oleh Karen itu, kita perlu untuk mengetahui strategi-stragei apa saja
yang baik untuk perubahan dalam suatu bidang yang diperlukan, dan bagaimana
agar perubahan tersebut dapai tercapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D. (2010).
Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Udin S. Winataputra, dkk. (2009). Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Phopshop.
(2012). Perubahan Sosial. [Online].
Tersedia: http://phopshop.blogspot.com/2012/02/perubahan-sosial.html
Rasetyowidi. (2010). Definisi
Perubahan Sosial dan tipe-tipe perubahan social. [Online]. Tersedia: http://rasetyowidi.wordpress.com/2010/01/03definisi-perubahan-sosial-dan-tipe-tipe-perubahan-sosial.html
Infosos. Perubahan Sosial. [Online].
Tersedia: http://infosos.wordpress.com/kelas-xii-ips/perubahan-sosial.html
Cicinyulianti.
(2011). Reka Sistem. [Online].
Tersedia: http://cicinyulianti.wordpress.com/2011/04/08/reka-sistem.html