KARAKTERISTIK INOVASI
DAN HAKIKAT INOVASI PENDIDIKAN
MAKALAH PERSENTASI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Inovasi Pendidikan

Oleh:
Didik Heryadi
Ita Rosita
Putri Hemas
|
1103653
1103777
1103804
|
S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS CIBIRU
BANDUNG
2012
Kata Pengantar
Puji
syukur kita sampaikan kepada Allah SWT,karna atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah persentasi dengan
judul “Karakteristik inovasi Pendidikan dan
Hakikat Inovasi Pendidikan”.
Makalah ini dibuat sebagai pemenuhan
salah satu tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan sebagai bahan dan prasyarat
persentasi . Dalam menyelesaikan makalah ini,penulis menghadapi kendala tetapi
atas bantuan dari berbagai pihak,akhirnya laporan ini dapat diselesaikan.
Oleh karena itu,pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Jenuri,S.Ag.M.Pd. sebagai dosen mata kuliah Inovasi
Pendidikan yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan laporan ini.
2.Teman-Teman sekelas yang ikut membantu dan memberi memotivasi
kepada penulis saat penulis menemukan masalah atau kendala dalam makalah ini.
3. Kepada semua pihak yang tak mungkin dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam
pembuatan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,bak pepatah tak ada gading
yang tak retak.oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar tugas ini menjadi lebih sempurna.Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.
Bandung, 24 September 2012
Penulis
|
DAFTAR
ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ………………………………………………………………....
Daftar Isi ……………………………………………………………………….
BAB I.
PENDAHULUAN ……………………………………………………
A. Latar
Belakang …………………………………...................................
B. Rumusan
Masalah …………………………………………….............
C. Tujuan
Penulisan ………………………………………………. . . . .
.
D. Meyode
Penulisan ………………………………………………. . . . .
E.
Sistematika Penulisan
………………………………………………….
BAB II. PEMBAHASAN ……………………………………………………..
A. Pengertian
Warganegara dan Kewarganegaraa ………………………..
B. Kriteria
Menjadi Warga Negara ……………………………………….
C. Asas-Asas
Kewarganegaraan ………………………………………….
D. Kedudukan
Warga Negara di Indonesia ……………………………….
E.
Warga Negara yang
Baik ……………………………………………...
BAB III. PENUTUP …………………………………………………………...
A.
KESIMPULAN
………………………………………………………..
B.
SARAN
………………………………………………………………...
Daftar Pustaka
|
i
ii
1
1
2
2
2
3
4
4
7
10
10
15
15
21
22
26
26
27
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat
dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan merupakan suatu
upaya untuk menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan jalan
memperkenalkan pembaharuan-pembaharuan yang cenderung mengejar efisiensi dan
efektivitas.
Mencurahkan
segala daya dan kemampuanya untuk selalu berinofasi menemukan sesuatu yang baru
yang dapat membantu hidup menjadi lebih baik itu adalah syarat mutlak untuk
tidak tertinggal atau tergerus oleh zaman yang selalu berkembang.
Pembaharuan mengiringi perputaran zaman yang tak
akan pernah berhenti sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan. Kebutuhan
akan layanan individual terhadap peserta didik dan perbaikan kesempatan belajar
bagi mereka telah menjadi pendorong
utama timbulnya pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu lembaga
pendidikan harus mampu mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus
menerus mengupayakan suatu program yang sesuai ndengan perkembangan anak,
perkembangan zaman, situasi, kondisi dan kebutuhan peserta didik.
Guru sebagai
pengajar atau pendidik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap
usaha pendidikan dengan pengajaran. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi
pembelajaran, khususnya mengenai masalah kurikulum dan peningkatan sumber daya
yang dimiliki oleh siswa yang dihasilkan oleh pembelajaran yang sering bermuara
pada faktor kemampuan guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru dituntut untuk
senantiasa berperan aktif dan eksis dalam dunia pendidikan sesuai dengan zaman
yang selalu berkembang. Keahlian dan kepribadian guru merupakan salah satu
faktor yang sangat berperan sekaligus menjadi loncatan bagi siswa untuk meraih
keberhasilan khususnya prestasi baik dari segi analisis maupun kemampuan
mendayagunakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dalam dunia pendidikan
Inovasi adalah tantangan penyelenggaraan pendidikan yang berkwalitas yang
merupakan cita-cita mulia bangsa Indonesia. Oleh karena itu, gagasan inovasi
pendidikan oleh seorang pendidik sangatlah diperlukan, dengan dukungan elemen
terkait supaya tidak terjadi kemandekan pada dunia pendidikan kemudian
akan berimbas pada pada elemen-elemen kehidupan yang lain seperti politik,
ekonomi, social dan lain-lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa saja karakteristik dari inovasi
pendidikan?
2.
Bagaimana hakikat dari inovasi
pendidikan?
3.
Apa sasaran dari inovasi pendidikan?
4.
Bagaimana hubungan antara pendidikan
dan paradigm Pembelajaran di Indonesia?
5.
Apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi inovasi pendidikan?
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan yang akan
menjadi sumber dan acuan dalam presentasi materi yang akan disampaikan oleh
mahasiswa semester 3 pada hari Senin, 1 Oktober 2012.
Lebih dari
itu, menyikapi perkembangan zaman yang begitu pesat dalam segi kehidupan maka
seharusnya mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar harus mampu menyeimbangkan
pendidikan yang dilaksanakan dengan perkembangan zaman ini agar mutu dan
kualitas para generasi bangsa Indonesia dapat bersaing dan kompetitif dalam
menghadapi kehidupan yang semakin kompleks, dan oleh karena itu semoga makalah
ini dapat menjadi bahan bacaan yang sangat bermanfaat untuk pengetahuan
mahasiswa.
D.
METODE PENULISAN
Makalah ini disusun dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui
metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan
konprehensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan
teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca
berbagai literature yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah
dengan teknik analisis isi melaui kegiatan mengeksposisikan data serta
mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.
E.
SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini membahas karakteristik
dan hakikat inovasi pendidikan. Oleh karena itu penulis meramu dan meumuskan
makalah ini dengan memaparkan berbagai karakteristik inovasi pendidikan,
definisi inovasi pendidikan, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan lebih
mendalam mengenai inovasi pendidikan beserta contoh-contoh penerapan inovasi
pendidikan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK INOVASI
Cepat
lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh
karakteristik inovasi itu sendiri. Misalnya penyebarluasan penggunaan
kalkulator dan blue jean, dalam waktu kurang 1 sampai 5 tahun sudah merata ke
seluruh Amerika Serikat, sedangkan penggunaan tali pengaman bagi pengendara
mobil baru tersebar merata setelah memakan waktu beberapa puluh tahun. Everett
M.Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakteristik inovasi yang dapat
mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:
1. Keuntungan Relatif
Keuntungan relative yaitu sejauh mana
inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau
kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya atau
mungkin dari factor status social (gengsi), kesenangan, kepuasan atau karena
mempunyai komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi pengguna maka
makin vepat tersebar inovasi.
2. Kompatibel (Compatibility)
Kompatibel adalah tingkat kesesuaian
inovasi dengan nilai (values), pengetahuan lalu, dan kebutuhan dari penerima.
Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai dengan norma atau nilai yang diyakini
oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang
ada. Misalnya penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang
mempunyai keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja
penyebaran inovasi akan terhambat.
3. Kompleksitas (complexity)
Kompleksitas adalah tingkat
kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi
yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh oleh penerima akan cepat
tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh
penerima akan lambat proses penyebarannya. Misalnya masyarakat pedesaan yang
tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman,
diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan
diminum, karena air yang tidak dimasak jika diminum dapat menyebabkan sakit
perut. Tentu saja ajakan itu sukar dimengerti, makin mudah dimengerti suatu
inovasi maka semakin mudah diterima oleh masyarakat.
4. Trialabilitas (trialability)
Trialabilitas adalah dapat dicoba
atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat
diterima oleh masyarakat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba terlebih
dahulu. Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cpat
diterima jika masyarakat dapat mencoba menanam dan dapat melihat hasilnya.
5. Dapat diamati (observability)
Observabilitas adalah mudah tidaknya
suatu inovasi diamati proses serta hasilnya. Suatu inovasi yang dapat diamati
hasil srta prosesnya dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat, sebaliknya
inovasi yang sukar diamati hasilnya akan lambat dan sukar untuk diterima
masyarakat. Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi, karena petani
dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit unggul
tersebut maka akan mudah inovasi
disebarluaskan dan diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk
belajar membaca dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk mambaca panduan
atau petunjuk yang diberikan.
Zaltman, Duncan dan Holbek
mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh
atributnya sendiri. Suatu inovasi dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam
atribut (Zaltman,1973:32-50). Untuk memperjelas kaitan antara inovasi dengan
cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi), maka kita lihat secara singkat
atribut inovasi yang dikemukakan oleh Zaltman, sebagai berikut:
1.
Pembiayaan (cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi
dipengaruhi oleh pembiayaan, baik pembiayaan pada awal penggunaan maupun
pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya. Walaupun diketahui pula bahwa biasanya
tingginya pembiayaan ada kaitannya dengan kualitas inovasi itu sendiri.
Misalnya penggunaan modul di sekolah dasar. Ditinjau dari perkembangan pribadi
anak, kemandirian dalam usaha belajar mempunyai nilai positif., tetapi karena
pembiayaan mahal maka akhirnya tidak dapat disebarluaskan.
2.
Balik modal (returns to investment), atribut ini hanya ada
dalam inovasi di bidang perusahaan atau industry. Artinya suati inovasi akan
dapat dilaksanakan kalau hasilnya dapat dilihat sesuai dengan modal yang telah
dikeluarkan (perusahaan tidak merugi). Untuk bidang pendidiakn atribut ini
sukar untuk dipertimbangkan karena hasil pendidikan tidak dapat diketahui
dengan nyata dalam waktu relative singkat.
3.
Efisiensi, inovasi akan cepat diterima jika ternyata
pelaksanaan dapat menghemat waktu dan juga terhindar dari berbagai masalah atau
hambatan.
4.
Resiko dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima jika
mengandung resiko yang sekecil-kecilnya bagi penerima inovasi.
5.
Mudah dikomunikasikan, inovasi akan mudah cepat diterima
bila isinya dapat dengan mudah dikomunikasikan dan mudah diterima klien.
6.
Kompatibilitas, cepat lambatnya penerimaan inovasi
tergantung dari kesesuaiannya dengan nilai-nilai (values) warga masyarakat.
7.
Kompleksitas, inovasi yang dapat dengan mudah digunakan oleh
penerima akan cepat tersebar dengan luas.
8.
Status Ilmiah, suatu inovasi yang dapat dengan mudah
dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan
inovasi yang sukar dimengerti dan sukar untuk digunakan oleh penerima akan
lambat proses penyebarannya.
9.
Kadar keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima
inovasi apabila dirasakan itu hal yang baru bagi mereka.
10. Dapat dilihat kemamfaatannya, suatu
inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat
dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati akan lama diterima oleh masyarakat.
11. Dapat dilihat batas sebelumnya,
suatu inovasi akan semakin cepat diterima oleh masyrakat apabila dapat dilihat
batas sebelumnya atau batas masa berlakunya.
12. Keterlibatan sasaran perubahan,
inovasi dapat dengan mudah diterima apabila warga masyarakat diikutsertakan
dalam setiap proses yang dijalani.
13. Hubungan interpersonal, jika
hubungan interpersonal baik dan dapat mempengaruhi temannya untuk menerima
inovasi, maka orang yang menetang akan menjadi lunak, orang yang simpati
akanmenjadi tertarik dan orang yang tertarik akan menerima inovasi.
14. Kepentinagn umum atau pribadi,
inovasi yang bermanfaat untuk kepentinagn umum akan lebih cepat tersebar
daripada inovasi yang hanya menguntungkan sekelompok orang saja.
15. Penyuluh inovasi (gatekeeper), untuk
melancarkan dalam usaha mengenalkan inovasi kepada organisasi sampai organisasi
dapat menerima inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat menjadi
penyuluh inovasi. Misalnya untuk pelaksanaan program KB, maka diperlukan
orang-orang yang bertugas untuk mendatangi masyarakat dan menjelaskan semua hal
penting mengenai program KB. Tersedianya
penyuluh inoivasi akan mempengaruhi kecepatan penerimaan inovasi.
Demikian berbagai atribut yang dapat
mempengaruhi cepat lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami atribut
tersebut para pendidik dapat menganalisis inovasi pendidikan yang sedang
dipersebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu
mempercepat proses penerimaan inovasi.
B.
HAKIKAT INOVASI PENDIDIKAN
Pendidikan kita dewasa ini
menghadapi berbagai tantangan dan persoalan, diantaranya:
1. Bertambahnya jumlah penduduk yang
sangat cepat dan sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat untuk untuk
mendapat pendidikan, yang secara kumulatif menuntuk tersedianya sarana pendidikan
yang memadai.\
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan yang
modern menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan
secara terus menerus, dan dengan demikina menuntut pendidikan yang lebih lama
sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup (life long education).
3. Berkembangnya teknologi yang
mempermudah manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya,
tetapi yang sering kali ditangani sebagai suatu ancaman terhadap kelestarian
peranan manusia.
Tantangan-tantangan tersebut lebih
berat lagi dirasakan karena berbagai persoalan datang, baik dari luar maupun
dari dalam system pendidikan itu sendiri, diantaranya:
1. Sumber-sumber yang makin terbatas
dan belum fimanfaatkannya sumber yang ada secara efektif dan efisien.
2. Sistem pendidikan yang semakin
lemahdengan tujan yang masih kabur, kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana
belum menarik dan sebagainya.
3. Pengelolaan pendidikan yang belum
mekar dan mantap, serta belum peka trehadap tuntutan dan perubahan keadaan,
baik masa kini maupun masa yang akan datang.
4. Masih kabur dan belum mantapnya
konsepsi tentang pendidika dan interpretasinya dalam praktik.
Keseluruhan tantangan dan persoalan
tersebut memerlukan pemikiran kembali yang mendalam dan pendekatan baru yang
progresif. Pendekatan ini harus selalu didahului dengan penjelajahan yang
mendahului percobaan, dan tidak boleh atas dasar sekedar coba-coba. Gagasan
baru sebagai hasil pemikiran kembali haruslah mampu memecahakan persoalan yang
tidak terpecahkan hanya dengan cara tradisional atau komersil, gagasan dan
pendekatan baru inilah yang disebut dengan inovasi pendidikan.
1.
Pengertian Inovasi Pendidikan
Pendidikan
adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan
dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah, perguruan
tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas
misalnya sistem pendidikan nasional
Inovasi
pendidikan menurut asrori (2011) adalah inovasi dalam bidang pendidikan untuk
memecahkan masalah dalam pendidikan. Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang
berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik dalam arti sempit tingkat
lembaga pendidikan maupun arti luas di sistem pendidikan nasional. Sehingga
dapat dikatakan inovasi kurikulum merupakan suatu hal yang dapat terjadi dalam
ruang lingkup pendidikan itu sendiri.
Jadi inovasi
pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati
sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik
berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan sehingga efisiensi,
relevansi, berkualitas dan efektivitas. Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
2.
Pentingnya
Inovasi Dalam Pendidikan
Setiap orang
atau individu dalam pendidikan hendaknya berperan melakukan inovasi dalam
pendidikan karena prestasi pendidikan tergantung dari prestasi individu dalam
pendidikan. Prestasi individu dalam pendidikan merupakan bagian dari prestasi
pendidikan yang pada gilirannya merupakan prestasi organisasi pendidikan.
Karena itu semua unsur di dalam dunia pendidikan, baik guru maupun yang
terlibat dalam proses pendidikan harus mempunyai niat dan perhatian serta
konsistensi yang terintegrasi dan berkesinambungan. Semua pihak yang berperan
serta dalam proses inovasi pendidikan harus mengetahui tujuan, sasarannya
dan perencanaan maupun strategi yang dipergunakan, sehingga hasilnya dapat
memenuhi harapan dalam pendidikan.
Saat ini
adalah era globalisasi dan revolusi informasi, di mana telah mengakibatkan
terjadinya persaingan secara bebas dalam berbagai hal, tidak lagi mengenal
batas-batas negara dan teritori. Semuanya bersaing dan berlomba-lomba meraih
kesempatan dalam sistem mekanisme pasar global. Apabila dunia pendidikan di
Indonesia tidak menghasilkan pendidikan yang berkwalitas maka akan kalah di
pasaran dan akan tergerus jaman yang semakin canggih dan inovatif. Inilah
tantangan bagi dunia pendidikan pendidikan. Bagaimana mengantisipasi perubahan
tersebut? langkah-langkah apa yang perlu dilakukan sehingga penyelenggara
pendidikan di Indonesia ini mampu menempatkan kualitas sumber daya manusia kita
pada level yang patut diperhitungkan di kancah global? Hal ini merupakan tugas
yang tidak ringan, terutama bagi penyelenggara kegiatan pendidikan. Di sini
dibutuhkan manajemen pendidikan yang baik (well manage) dan strategi
pelaksanaan inovasi agar organisasi pendidikan mampu menghasilkan SDM yang
berkualitas.
Dalam bidang
pendidikan, banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan
atau inovasi pendidikan. Inovasi yang terjadi dalam bidang pendidikan tersebut,
antara lain dalam hal manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media,
sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum, dsb.
Tahap demi tahap arah pentingnya
inovasi pendidikan Indonesia antara lain:
v Mengejar
ketinggalan-ketinggala yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu dan
teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajara
dengan kemjuan tersebut
v Mengusahakan
terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga
Negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan
Perguruan Tinggi.
Inovasi
pendidikan sangat penting untuk dilakukan sebagaimana diungkapkan antara lain
oleh Johnson dan Jacobson (dalam sisten inovasi, 2009), karena mempunyai fungsi
utama sebagai berikut :
v Menciptakan
pengetahuan baru.
v Memandu arah
proses pencarian penyedia dan pengguna teknologi, yaitu mempengaruhi arah agar
para pelaku mengelola dan memanfaatkan sumber dayanya.
v Memasok/menyediakan
sumber daya, yaitu modal, kompetensi dan sumber daya lainnya.
v Memfasilitasi
penciptaan ekonomi eksternal yang positif (dalam bentuk pertukaran informasi,
pengetahuan dan visi).
v Memfasilitasi
formasi pasar.
3.
Sasaran
Program Pembaruan (Inovasi) Dalam Bidang Pendidikan
Sasaran yang
dimaksud di sini adalah komponen-komponen apa saja dalam bidang pendidikan yang
dapat menciptakan inovasi. Pendidikan adalah suatu sistem maka inovasi
pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan,
baik sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang
lain, maupun sistem dalam arti yang luas, misalnya sistem pendidikan nasional.
Berikut ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan
atau komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh Miles (dalam
file.upi.edu, 2011), dengan perubahan isi disesuaikan dengan perkembangan
pendidikan dewasa ini.
v Pembinaan
personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial
tentu menentukan personal (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai
dengan komponen personel misalnya: peningkatan mutu guru, sistem kenaikan
pangkat, aturan tata tertib siswa, dan sebagainya.
v Banyaknya
personal dan wilayah kerja. Sistem sosial tentu menjelaskan
tentang berapa jumlah personalia yang terikat dalam sistem serta dimana wilayah
kerjanya. Inovasi pendidikan yang relevan dengan aspek ini misalnya: berapa
ratio guru siswa pada satu sekolah dalam sistem PAMONG pernah diperkenalkan ini
dengan ratio 1 : 200 artinya satu guru dengan 200 siswa). Sekolah Dasar di
Amerika satu guru dengan 27 siswa, perubahan besar wilayah kepenilikan, dan
sebagainya.
v Fasilitas
fisik. Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan mendayagunakan
berbagai sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan
yang sesuai dengan komponen ini misalnya: perubahan bentuk tempat duduk (satu
anak satu kursi dan satu meja), perubahan pengaturan dinding ruangan (dinding
batas antar ruang dibuat yang mudah dibuka, sehingga pada diperlukan dua
ruangan dapat disatukan), perlengkapan perabot laboratorium bahasa, penggunaan
CCTV (TVCT- Televisi Stasiun Terbatas), dan sebagainya.
v Penggunaan
waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan
penggunaan waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: pengaturan
waktu belajar (semester, catur wulan, pembuatan jadwal pelajaran yang dapat
memberi kesempatan mahasiswa untuk memilih waktu sesuai dengan keperluannya,
dan sebagainya.
v Perumusan
tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang
jelas. Inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: perubahan tujuan
tiap jenis sekolah (rumusan tujuan TK, SD disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan tantangan kehidupan), perubahan rumusan tujuan pendidikan nasional
dan sebagainya.
v Prosedur. Sistem
pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan
yang relevan dengan komponen ini misalnya: penggunaan kurikulum baru, cara
membuat persiapan mengajar, pengajaran individual, pengajaran kelompok, dan
sebagainya.
v Peran yang
diperlukan. Dalam sistem sosial termasuk sistem pendidikan
diperlukan kejelasan peran yang diperlukan untuk melancarkan jalannya
pencapaian tujuan inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: peran
guru sebagai pemakai media (maka diperlukan keterampilan menggunakan berbagai
macam media), peran guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, guru sebagai
anggota team teaching, dan sebagainya.
v Wawasan dan
perasaan. Dalam interaksi sosial biasanya berkembang suatu
wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran pelaksanaan
17 tugas. Kesamaan wawasan dan perasaan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai
tujuan pendidikan yang sudah ditentukan akan mempercepat tercapainnya tujuan.
Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: wawasan pendidikan seumur hidup,
wawasan pendekatan keterampilan, proses, perasaan cinta pada pekerjaan guru,
kesediaan berkorban, kesabaran sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan
kurikulum SD yang disempurnakan, dan sebagainya.
v Bentuk
hubungan antar bagian (mekanisme kerja). Dalam
sistem pendidikan perlu ada kejelasan hubungan antara bagian atau mekanisme
kerja antara bagian dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Inovasi
yang relevan dengan komponen ini misalnya: diadakan perubahan pembagian tugas
antara seksi di kantor departemen pendidikan dan mekanisme kerja antar seksi,
di perguruan tinggi diadakan perubahan hubungan kerja antara jurusan, fakultas,
dan biro registrasi tentang pengadministrasian nilai mahasiswa, dan sebagainya.
v Hubungan
dengan sistem yang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan
pendidikan dalam beberapa hal harus berhubungan atau bekerja sama dengan sistem
yang lain. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: dalam pelaksanaan
usaha kesehatan sekolah bekerjasama atau berhubungan dengan Departemen Kesehatan,
data pelaksanaan KKN harus kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, dan
sebagainya.
v Strategi. Yang
dimaksud dengan strategi dalam hal ini ialah tahap-tahap kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan.
Adapun macam
dan pola strategi yang digunakan sangat sukar untuk diklasifikasikan, tetapi
secara kronologis biasanya menggunakan pola urutan sebagai berikut:
v Desain.
Ditemukannya suatu inovasi dengan perencanaan penyebarannya berdasarkan suatu
penelitian dan obeservasi atau hasil penilaian terhadap pelaksanaan sistem
pendidikan yang sudah ada.
v Kesadaran
dan perhatian. Suatu potensi yang sangat menunjang berhasilnya
inovasi ialah adanya kesadaran dan perhatian sasaran inovasi (baik individu
maupun kelompok) akan perlunya inovasi. Berdasarkan kesadaran itu mereka akan
berusaha mencari informasi tentang inovasi.
v Evaluasi. Para
sasaran inovasi mengadakan penilaian terhadap inovasi tentang kemampuannya
untuk mencapai tujuan, tentang kemungkinan dapat terlaksananya sesuai dengan
kondisi situasi, pembiayaannya dan sebagainya.
v Percobaan. Para
sasaran inovasi mencoba menerapkan inovasi untuk membuktikan apakah memang
benar inovasi yang dinilai baik itu dapat diterapkan seperti yang diharapkan.
Jika ternyata berhasil maka inovasi akan diterima dan terlaksana dengan
sempurna sesuai strategi inovasi yang telah direncanakan.
4. Inovasi Pendidikan dan
Paradigma Dalam Pembelajaran Di Indonesia
Pembelajaran
dengan inovasi pendidikan memerlukan dukungan/proaktif, dan sikap-sikap positif
dari pihak-pihak terkait, karna tanpa hal tersebut maka tujuan inovasi
pendidikan akan menjedi tersendat. Era globalisasi yang harus di ikuti
oleh negara Indonesia agar tidak tertinggal dari negara-nagara lainnya
mengharuskan inovasi pendidikan untuk mendorong kemajuan dan modernisasi
dalam bidang pendidikan.
Penulis
berpendapat bahwa karakteristik guru yang diperlukan untuk mendukung inovasi
dalam pendidikan di Indonesia adalah sebagaimana di sebutkan diatas, inovasi di
kemudian diarahkan mengikuti dan memenuhi tuntutan dunia global
yang semakin berkembang pesat, dan terbuka terhadap hal-hal atau ilmu yang baru
secara positif.
Realisasi
inovasi pendidikan yang sudah dilakukan di Indonesia, beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut :
1)
Inovasi Kurikulum.
Melalui
strategi power coercive atau model inovasi Top Down Inovation
Inovasi model.
Diawali
tahun 1950 ada kurikulum SD “ Rencana Pelajaran Terurai”, tahun 1960 muncul
“Kurikulum Kewajiban Belajar Sekolah Dasar”, tahun 1968 dikenal “Kurikulum
1968”, pengganti kurikulum 1950. Lalu tahun 1970 muncul “Kurikulum Berhitung”.
Pada tahun 1975 “ Kurikulum 1975” yang berfokus pada pelajaran Matematika dan
Pendidikan Moral Pancasila serta Kewarganegaraan. Pada tahun 1984
menyempurnakan kurikulum 1975 dengan model “Kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA)”. Dilanjutkan pada tahun 1991 dihentikan, kemudian muncul
“Kurikulum 1994”. Tahun 2004 dikenal “Kurikulum Berbasis Kompetensi”
(KBK). Dan terakhir tahun 2006 muncul “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”
(KTSP).
2)
Strategi empirik rasional atau model
bottom up Inovation
Model
inovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai
upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan .Guru dapat
menciptakan strategi atau metode mengajar yang menurutnya sesuai dengan
akal yang sehat, berdasarkan pemikiran, idea, berkaitan dengan situasi dan
kondisi . Biasanya dilakukan oleh para guru di sekolah, bagaimana supaya
kegiatan dalam pembelajaran menjadi lebih menarik.
3)
Pembelajaran Berbasis Otak
Jika
ditinjau dari bidang neurosains, suatu pembelajaran diartikan sebagai merupakan
respons terhadap rangsangan sepanjang waktu (Dennison dalam edukasi
2010). Otak manusia merupakan bagian tubuh manusia yang paling kompleks dan
merupakan satu-satunya organ yang senantiasa berkembang sehingga ia dapat
mempelajari dirinya sendiri. Jika dirawat oleh tubuh yang sehat dan lingkungan
yang menimbulkan rangsangan, otak itu akan berfungsi secara aktif dan reaktif
selama lebih dari seratus tahun. Banyaknya bukti yang sekarang muncul mengenai
belajar dan perkembangan otak menghasilkan suatu gerakan menuju praktik
pendidikan yang mendukung pemahaman intuitif sebelumnya tentang belajar melalui
keterlibatan langsung dengan aktivitas. Beberapa riset sudah menunjukkan bahwa
janin yang masih berada dalam kandungan pun sudah belajar secara intens
mengenai dunia di luar. Paradigma pembelajaran yang berorientasi pada
pembentukan kecerdasan hendaknya mengacu pada perkembangan otak manusia
seutuhnya. Realitas pembelajaran dewasa ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar
mengajar lebih banyak mengacu pada target pencapaian kurikulum dibandingkan
dengan menciptakan siswa yang cerdas secara utuh. Sementara itu, kegiatan yang
terjadi di dalam ruang belajar masih bersifat konvensional yakni menempatkan
guru pada posisi sentral (teacher centered) dan siswa sebagai objek
pembelajaran.
Beberapa
sekolah sudah menerapkan sitem sekolah berbudaya lingkungan. Tidak hanya
strategi Pemberian rangsang terhadap dengan memberikan soal-soal untuk mengevaluasi
materi pelajaran tetapi soal-soal yang diberikan dikemas seatraktif
mungkin sehingga kemampuan berpikir siswa lebih otimal, seperti melalui
teka-teki, simulasi, permainan lingkungan dan sebagainya. Guru tidak hanya
memanfaatkan ruangan kelas untuk belajar siswa, tetapi juga tempat-tempat
lainnya, seperti di taman, di lapangan bahkan diluar kampus. Guru menghindarkan
situasi pembelajaran yang dapat membuat siswa merasa tidak nyaman, mudah bosan
atau tidak senang terlibat di dalamnya. Strategi pembelajaran yang digunakan
lebih menekankan pada diskusi kelompok yang diselingi permainan menarik serta
variasi lain yang kiranya dapat menciptakan suasana yang menggairahkan siswa
dalam belajar. Selain itu, guru juga mengupayakan dengan membuat
suasana pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang
aktif dan bermakna hanya dapat dilakukan apabila siswa secara fisik maupun
psikis dapat beraktivitas secara optimal. Strategi pembelajaran dikemas
sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara aktraktif dan interaktif,
melalui model pembelajaran yang bersifat demonstrasi.
4)
Melakukan inovasi pendidikan akhlak
berbasis manajemen qolbu
Inovasi ini
banyak dilakukan oleh lembaga pesantren/ lembaga keagamaan. Di dalam Qolbu
terhimpun perasaan moral, mengalami dan menghayati tentang salah-benar, baik
buruk serta berbagai keputusan yang harus dipertanggung jawabkannya secara
sadar, sehingga kualitas Qalbu akan menentukan apakah dirinya bisa tampil
sebagai subjek, bahkan sebagai wakil Tuhan di muka bumi, ataukah terpuruk dalam
kebinatangan yang hina. Untuk itu perlu upaya untuk membersihkan dan memberikan
pencerahan Qolbu, yaitu dengan cara penyucian jiwa (Tazkiyah An Nafs) yang
berarti menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, sesudah membersihkannya dari
sifat-sifat tercela. Dengan kata lain diri dibersihkan dari kotoran dan
kerusakannya diubah menjadi An Nafs Al Lawwamah (jiwa yang mencela) dan
akhirnya menjadi An Nafs Al Muthma’innah. Selanjutnya adalah dengan cara
menghapus kecintaan terhadap dunia serta menghilangkan segenap kesedihan,
kedukaan dan kekhawatiran atas segala sesuatu yang tidak berguna yaitu dengan
cara senantiasa dan terus menerus mengingat Allah (Dzikrullah).
5)
PAKEM
PAKEM
adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Aktif
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru
tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan
dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka
pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk
kepentingan dirinya dan orang lain.Kreatif juga dimaksudkan agar guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu
curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu
curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan
tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan
apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung,
sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
6)
Contextual Teaching and Learning
/CTL
Pendekatan
kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebihdipentingkan
daripada hasilDalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya.Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi.Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukansesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu
yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah
peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
7)
Cooperative Learning
Model
Pembelajaran
Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung
pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur.
Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson
& Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong
royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang
menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.Cooperative Learning adalah
suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau
lebih.Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar
dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
8)
Pembelajaran aktif (active learning)
Dimaksudkan
untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik,
sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai
dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran
aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak
didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
5.
Penolakan
dalam Inovasi Pendidikan
Setelah
memperhatikan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan suatu inovasi pendidikan,
misalnya penolakan para guru tentang adanya perubahan kurikulum dan metode
belajar-mengajar, maka perlu kiranya masalah tersebut dibahas. Namun
sebelumnya, pengertian tentang resisten itu perlu dijelaskan lebih dahulu.
Menurut definisi dalam “Cambridge International English Dictionary of English”
bahwa Resistance is to fight against (something or someone) to not be changed
by or refuse to accept (something). Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa penolakan (resistance) itu adalah melawan
sesuatu atau seseorang untuk tidak berubah atau diubah atau tidak mau menerima
hal tersebut.
Ada beberapa
hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh para
pelaksana inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut:
v Sekolah atau
guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan dan bahkan
pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru atau inovasi tersebut
dianggapoleh guru. atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan orang
lain yang tidak perlu dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau
kondisi sekolah mereka.
v Guru ingin
mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat sekarang,karena
sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dantidak
ingin diubah. Disamping itu sistem yang mereka miliki dianggap oleh
merekamemberikan rasa aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran
mereka.
v Inovasi yang
baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnyaDepdiknas) belum
sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa.
v Inovasi yang
diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan kecenderungan
sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari
pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau kalau finasial
dan keuangannya sudah tidak ada lagi. Dengan demikian pihak sekolah atau
guruhanya terpaksa melakukan perubahan sesuai dengan kehendak para inovator di
pusat dan tidak punya wewenang untuk merubahnya.
v Kekuatan dan
kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau guru
melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka dan
situasi sekolah mereka.
6. Faktor-Faktor yang Perlu
Diperhatikan Dalam Inovasi pendidikan
Untuk
menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor utama yang
perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan
fasilitas, dan program/tujuan.
Guru sebagai
ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru
sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya
di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak di
capai. Beberapa penekanan perubahan pikiran yang diperlukan adalah:
v Dari peran
guru sebagai transmiter ke fasilitator, pembimbing dan konsultan,
v dari peran
guru sebagai sumber pengetahuan menjadi kawan belajar,
v dari belajar
diarahkan oleh kurikulum menjadi diarahkan oleh siswa sendiri,
v dari belajar
dijadwal secara ketat menjadi terbuka, fleksibel sesuai keperluan,
v dari belajar
berdasarkan fakta menuju berbasis masalah dan proyek,
v dari belajar
berbasis teori menuju dunia dan tindakan nyata serta refleksi,
v dari
kebiasaan pengulangan dan latihan menuju perancangan dan penyelidikan,
v dari taat
aturan dan prosedur menjadi penemuan dan penciptaan,
v dari
kompetitif menuju kolaboratif,
v dari fokus
kelas menuju fokus masyarakat,
v dari hasil
yang ditentukan sebelumnya menuju hasil yang terbuka,
v dari belajar
mengikuti norma menjadi keanekaragaman yang kreatif
v dari
penggunaan komputer sebagai obyek belajar menuju penggunaan komputer sebagai
alat belajar,
v dari
presentasi media statis menuju interaksi multimedia yang dinamis,
v dari
komunikasi sebatas ruang kelas menuju komunikasi yang tidak terbatas,
v dari
penilaian hasil belajar secara normatif menuju pengukuran unjuk kerja yang
komprehensif.
Dalam
pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi
pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang
sangat besar bagi keberhasilansuatu inovasi pendidikan. Dalam suatu inovasi
pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran
yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter,
sebagai motivator dan lain sebagainya. Siswa Sebagai obyek utama dalam
pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peran yang
sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan
keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman,
kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini
bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan.
Siswa
sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar,
siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa
dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia,
daya motorik, pengalaman, kemauan dan
komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasipendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur- unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.
komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasipendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur- unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.
Kurikulum
pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan
perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di
sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang
peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya
kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi
pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh
karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan
perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan
pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.
Fasilitas
termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam
proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan
pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi
kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan
inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik.
Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial
dalam
mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan sebagainya.
mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan sebagainya.
Lingkup
Sosial Masyarakat. Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak
secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak,
baik positif maupun negatif, dalam pelaklsanaan pembahruan pendidikan.
Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak,
terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan
sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana
peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi
pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak
diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan
sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan
inovasi pendidikan. Kata Kunci : inovasi, perubahan, penolakan, kurikulum,
siswa, guru, fasilitas, inovator, pelaksana, masyarakat, sekolah, keterlibatan,
top-down-bottom-up, sosial, program pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Annehira. (2012) Inovasi Pendidikan. [online].
Tersedia: http://www.anneahira.com/artikel-pendidikan/inovasi pendidikan.htm/2011
Didaktika. (2010) Pentingnya Inovasi Dalam
Pendidikan. [online]. Tersedia:
http://didaktika.fitk-uinjkt.ac.id/2010/02/pentingnya-inovasi-dalam-pendidikan.html
Kusuma,Fajar. (2010) Hakikat dan Karakteristik
Inovasi Pendidikan. [online]. Tersedia : http://fajarkusuma.student.umm.ac.id
Miranda, Dian. (2010) Hakikat Inovasi Pendidikan.
[online]. Tersedia : http://dianmiranda.wordpress.com
Poejiadi,Anna. (2009) Pengertian Inovasi
Pendidikan. [online]. Tersedia: http://inovasipendidikan.wordpress.com
Saputra. (2009)
Karakteristik inovasi. [online]. Tersedia: http://h210189.blog.binusian.org
Staefudin,
Udin.S. (2008) Inovasi Pendidikan.Bandung:Alfabeta
_____ . (2012) Inovasi Pendidikan. [online].
Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/INOVASI_PENDIDIKAN/Modul_1Konsep_Dasar_Inovasi_Pendidikan.pdf
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cepat lambatnya penerimaan inovasi
oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Karakteristik
inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi adalah
keuntungan relative, kompatibel, kompleksitas, trialabilitas dan dapat diamati
atau tidak.
Zaman terus berkembang, canggihnya
teknologi dan informasi sangat memungkinkan banyak terjadinya perubahan-perubahan
social kehidupan di masyarakat, oleh karena itu perlu adanya keseimbangan
antara perkembangan zaman itu dengan pendidikan yang menjadi dasar dan modal
dalam menghadapi kehidupan dan perubahan social ini, maka pendidikan yang
dijalankan pun tidak bisa dijalankan secara biasa-biasa dan tradisional, tapi
harus ada inovasi-inovasi yang dapat membuat pendidikan nebjadi lebih terarah
dan menjadi lebih baik lagi.
Inovasi
pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati
sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik
berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan sehingga efisiensi,
relevansi, berkualitas dan efektivitas.
Realisasi
inovasi pendidikan yang sudah dilakukan di Indonesia, beberapa
diantaranya adalah inovasi kurukulum, Strategi empirik rasional atau model
bottom up Inovation, pembelajaran berbasis otak, inovasi pendidikan
berbasis manajemen qolbu, PAKEM, Contextual Teaching and Learning, cooperative
learning model, dan pembelajaran aktif.
Tentu tidak
mudah untuk membuat suatu inovasi dan langsung menerapkannya dalam system
pendidikan yang dijalankan di lingkup pendidikan itu sendiri, karena banyak
sekali hambatan dan halangan yang membatasi perkembangan dan laju dari inovasi
pendidikan, namun apabila para pendidik dan semua kalangan dalam ruang lingkup
pendidikan sudah mempunyai tekad dan cita-cita yang tinggi untuk menjadikan
pendidikan yang lebih baik lagi semua halangan dan rintangan itu dapat diatasi.
B. SARAN
Melihat
bahwa inovasi pendidikan sangat dipengaruhi oleh materi atau cost yang tinggi,
maka dinas pendidikan sebagai harus dapat merealisasikan anggaran 20% APBN
untuk pendidikan, dalam artian bahwa dana itu harus dapat terdistribusi dengan
baik dan merata ke seluruh pelosok negeri agar pendidikan dapat dilaksanakan
secara seksama dan tidak memandang kalangan.
Para
pendidik dan mahasiswa calon pendidik harus benar-benar mengasah pikiran dan
harus tanggap dan respon terhadap perkembangan zaman dan dapat beradaptasi agar
tidak tertinggal oleh perubahan.
Para
pendidik dan mahasiswa calon pendidik sebagai ujung tombak pendidikan harus
dapat mengoptimalkan kemampuan dirinya untuk terus berkarya dan berinovasi
dalam pendidikan, dari hal yang terkecil bahkan sampai hal yang besar dan
menyeluruh.