Aspek
perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan yang
lain. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan sosial, emosi,
dan kognitif ataupun sebaliknya. Perkembangan-perkembangan tersebut akan
terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungan anak. Untuk itu perlu
adanya suatu pengemasan pembelajaran yang mengacu pada terwujudnya keterpaduan
pembelajaran yang hal ini disesuaikan dengan khakikat perkembangan anak yang
terjadi secara holistik, karakteristik belajar anak, serta kondisi objektif dan
kebutuhan anak. Adapun beberapa aspek yang sangat mendasari dalam
pengimplementasian pembelajaran terpadu, yakni sebagai berikut.
a.
Perkembangan
Sosio Emosi Anak
·
Perkembangan sosial pada anak usia SD/MI ditandai
dengan adanya perluasan hubungan, baik dengan keluarga, teman sebaya maupun
dengan masyarakat di sekitarnya. Pada usia ini, anak mulai memliki kesanggupan
menyesuaikan diri dari sikap berpusat kepada diri sendiri (ogosentris) kepada
sikap bekerja sama (kooperatif) atau sosiosentris (mau memperhatikan
kepentingan orang lain. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan
perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan
tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (seperti membersihkan
kelas dan halaman sekolah_, maupun tugas yang membutuhkan pikiran tentunya
haruslah memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan
prestasinya. Dengan bekerja kelompok, siswa dapat belajar tentang bagaimana
cara ia bersosialisasi, bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa dan
bertanggung jawab.
·
Pada usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa
pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima. Oleh karena itu, dia mulai
belajar untuk mengendalikan dan mengontrol emosinya. Kemampuan mengontrol emosi
diperolehnya melalui peniruan dan latihan (pembiasaan) yang dia dapat dari
lingkungannya baik dari orang tua maupun guru.
Emosi
merupakan faktor dominan yang memengaruhi tingkah laku individu. Emosi positif
akan mempengaruhi individu untuk mengosentrasikan dirinya terhadap aktifitas
belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif berdiskusi
dll. Sebaliknya, apabila yang menyertai proses belajar itu emosi yang negatif,
maka proses belajar tersebut akan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak
dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia
akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.
Oleh karena
itu, seharusnya guru mempunyai kepedulian untuk menciptakan suasana proses
belajar mengajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses
belajar siawa yang efektif tentu salah satunya adalah dengan menggunakan
pembelajaran terpadu.
b. Perkembangan Verbal
Perkembangan verbal
berupa cara berkomunikasi dengan orang lain, di mana pikiran dan perasaan
dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, atau isyarat. Melalui bahasa, setiap
manusia dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan
nilai-nilai moral atau agama.
Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya
kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Di sekolah,
perkembangan bahasa anak ini diperkuat dengan diberikannya mata pelajaran
bahasa, baik bahasa indonesia, bahasa ibu, maupun bahsa inggris. Dengan
diberikannya pelajaran bahasa di sekolah, para siswa diharapkan dapat menguasai
dan menggunakannya sebagai alat untuk : (1) berkomunikasi secara baik dengan
orang lain, (2) mengekspresikan pikiran, perasaan, sikap, atau pendapatnya, (3)
memahami isi dari setiap bahan bacaan yang dibacanya.
Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa atau
keterampilan berkomunikasi anak melalui tulisan, maupun nontulis..
c.
Perkembangan
Kognitif Anak
Pada usia
sekolah dasar anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau
melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemamapuan intelektual atau
kemampuan kognitif. Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk
menjadi dasar diberikanya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola
piker atau daya nalarnya meskipun masih belum luas. Untuk mengembangkan daya
nalarnya, daya cipta,kreatifitas anak maka anak perlu diberi peluang-peluang
untuk bertanya berpendapat atau menilai tentang berbagai hal tentang pelajaran
atau peristiwa yang terjadi di lingkungan.