Hakikat Inovasi (Discovery, Invensi, Inovasi dan Modernisasi)


HAKIKAT INOVASI (DISCOVERY, INVENSI, INOVASI DAN MODERNISASI)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Inovasi Pendidikan
Dosen : Dr. Jaenuri S.Ag, M.Pd.
Oleh:
Ginanjar Agung Jatmiko                (1103248)
                                                                  Intan Purnama Alam        (1104242)
                                                                  Marinda                                (1103048)
                                                                  Kelas C/ Semester 3

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karna berkat rahmat dan hidayah-Nya kami telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Hakikat Inovasi (discovery, invensi ,inovasi dan modernisai)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan dan untu menambah wawasan mahasiswa dalam pemahaman mengenai Inovasi Pendidikan dan juga kami harap makalah ini bisa membantu semua orang di dalam materi Hakikat Inovasi. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Jaenuri S.Ag, M.Pd. selaku dosen Inovasi Pendidikan yang telah memberikan bimbingannya dan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusun makalah ini. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan penyusun makalah ini berikutnya.
Semoga makala ini dapat berguna bagi semua pihak. Kami meminta maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Terimakasih atas perhatian semuanya.


Bandung, 24 September 2012


Penyusun





DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................................        i
Daftar isi ........................................................................................................................        ii
Bab 1 : Pendahuluan
A.     Latar belakang.........................................................................................................         1
B.     Rumusan Masalah ..................................................................................................         2
C.     Tujuan Penulisan ....................................................................................................         2
D.     Manfaat Penulisan .................................................................................................          3
E.      Sistematika Penulisan ............................................................................................          3

Bab 2 : Pembahasan
A.     Discovery ...............................................................................................................         4
B.     Invesi ......................................................................................................................         12
C.     Modernisasi......................................................................................................    ......      16
D.     Inovasi ...................................................................................................................          23
Bab 3 : Penutup
A.     Kesimpulan ............................................................................................................         28
B.     Saran ......................................................................................................................         29
Daftar Pustaka








BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latarbelakang
Perubahan adalah suatu bentuk yang wajar terjadi, bahkan para filosof berpendapat bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang abadi kecuali perubahan. Tampaknya perubahan ini merupakan sesuatu yang harus terjadi tetapi tidak jarang dihindari oleh manusia. Semua perubahan akan membawa resiko, tetapi strategi mempertahankan struktur suatu kurikulum tanpa perubahan akan membawa bencana dan malapetaka, sebab mengkondisikan kurikulum dalam posisi status quo menyebabkan pendidikan tertinggal dan generasi bangsa tersebut tidak dapat mengejar kemajuan yang diperoleh melalui perubahan. Dengan demikian, inovasi selalu dibutuhkan, terutama dalam bidang pendidikan, untuk mengatasi masalah-masalah yang tidak hanya terbatas masalah pendidikan tetapi juga masalah-masalah yang mempengaruhi kelancaran proses pendidikan.
Kata inovasi seringkali dikaitkan dengan perubahan, tetapi tidak setiap perubahan dapat dikategorikan sebagai inovasi. Rogers (1983 : 11) memberikan batasan yang dimaksud dengan inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek benda yang dipandang baru oleh seseorang atau kelompok adopter lain. Kata "baru" bersifat sangat relatif, bisa karena seseorang baru mengetahui, atau bisa juga karena baru mau menerima meskipun sudah lama tahu
Berdasarkan batasan dan penjelasan Rogers tersebut, dapat dikatakan bahwa munculnya inovasi karena ada permasalahan yang harus diatasi, dan upaya mengatasi permasalahan tersebut melalui inovasi (seringkali disebut dengan istilah "pembaharuan" meskipun istilah ini tidak identik dengan inovasi). Inovasi ini harus merupakan hasil pemikiran yang original, kreatif, dan tidak konvensional. Penerapannya harus praktis di mana di dalamnya terdapat unsur-unsur kenyamanan dan kemudahan. Semua ini dimunculkan sebagai suatu upaya untuk memperbaiki situasi / keadaan yang berhadapan dengan permasalahan.
Seperti telah dikemukakan bahwa munculnya suatu inovasi adalah sebagai alternatif pemecahan masalah, maka langkah pertama pengembangan suatu inovasi didahului dengan pengenalan terhadap masalah (Rogers, 1983 ; Lehman, 1981). Identifikasi terhadap masalah inilah yang kemudian mendorong dilakukannya penelitian dan pengembangan (R&D) atau evaluasi kurikulum, yang dirancang untuk menciptakan suatu inovasi. Dalam hal ini perlu untuk diperhatikan bahwa inovasi akan mempunyai makna jika inovasi tersebut diterapkan atau diadopsi, sebab jika inovasi tersebut tidak diterapkan/diadopsi/disebarluaskan maka inovasi tersebut hanya akan menjadi inovasi yang tidak terpakai. Terhadap pengadopsian ini dikenal strategi sentralisasi dan strategi desentralisasi. (disebut penyebaran/difusi inovasi jika ditinjau dari sisi pengembang inovasi, sedangkan adopsi inovasi merupakan prosedur yang dilihat dari sisi calon pemakai/adopter). Baik strategi sentralisasi maupun desentralisasi akan memunculkan permasalahan baru pada saat adopsi/difusinya.
Salah satu aspek penting dalam konteks pendidikan di manapun adalah dengan memperhatikan kurikulum yang diusung oleh pendidikan tersebut. Seringkali kurikulum dijadikan objek penderita, dalam pengertian bahwa ketidakberhasilan suatu pendidikan diakibatkan terlalu seringnya kurikulum tersebut berubah. Padahal, seharusnya dipahami bahwa kurikulum seyogyanya dinamis, harus berubah mengikuti perubahan yang terjadi dalam masyarakatnya. Cuban (1991 : 216) mengemukakan bahwa untuk memahami perubahan kurikulum perlu untuk dipahami tiga pokok pemikiran tentang perubahan tersebut yakni (a) rencana perubahan itu selalu baik, (b) harus dipisahkan antara perubahan (change) dengan kemantapan (stability), dan (c) apabila rencana perubahan sudah diadopsi maka perlu untuk dilakukan perbaikan terhadap rencana tersebut (improvement).
B.     Rumusan Masalah
Dari tinjauan latar belakang tersebut dapat dirumuskan rumusan makalah sebagai berikut:
a.       Apa pengertian dari discovery, invention, inovasi dan modenisasi ?
b.      Bagaimana discovery dalam pembelajaran ?
c.       Apa saja dampak-dampak yang timbul dari moderenisasi?

C.    Tujuan penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan tujuan prmasalahan yaitu :
a.       Mengetahui pengertian dari discovery, invention, inovasi dan modernisasi
b.      Mengetahui discovery dalam pembelajaran
c.       Mengetahui dampak-dampak yang timbul dari moderenisasi

D.    Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun agar pembaca mampu memahami apa itu discovery,invention, moderenisasi dan inovasi. Dan juga kita dapat memahami bagaimana proses terjadinya hal-hal tersebut, termasuk mampu mengetahui dampak-dampak yang terjadi dalam kehidupan baik dampak positif maupun dampak negatif. Selain itu pula setelah memahami apa-apa yang dimaksudkan disini pembaca dapat meminimalisir dampak-dampak yang timbul khusunya dampak negatif dari perubahan-perubahan yang ada.
E.     Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini sesuai dengan buku pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Discovery
1.      Pengertian Discovery
Diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada,tetapi belum diketahui orang lain. Anna Poejiadi (2001) Umemberikan penjelasan: Secara harfiah to discover berarti membuka tutup. Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu yang ada didalamnya belum diketahui orang. Sebagai contoh perubahan pandangan dari geosentrisme menjjadi heliosentrisme dalam astronomi. Nicolas Copernicus memerlukan waktu bertahun-tahun guna melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, bahwa planet-planet lain juga berputar mengelilingi matahari. Kesalahan besar yang ia lakukan adalah bahwa ia yakin semua planet (termasuk bumi dan bulan) mengelilingi matahari dalam bentuk lingkaran. Penemuan ini menggugah Tycho Brahe melakukan pengamatan lebih teliti terhadap gerakan planet. Data pengamatan kemudianmembuat Johanes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum gerak planet yang tepat. Penemuan ketiga tokoh tersebut merupakan ”discovery”.
Banyak ahli pendidikan yang menyamakan arti antara discovery dan inquiry, sedangkan yang ahli pendidikan lainnya membedakan artinya. Carin (1985) menyatakan bahwa ”discovery” adalah suatu proses mental di mana individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Dengan perkataan lain, ”discovery” terjadi apabila individu terutama terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Misalnya,seseorang menemukan apakah energi itu?, berarti ia membangun konseptentang energi, selanjutnya ia menemukan suatu prinsip ilmiah ”energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain (energi listrik berubah menjadi energi gerak dan sebaliknya).
2.      Discovery dan Pembelajaran
Di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional pasal 1 ayat (20) dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berkenaan dengan proses pembelajaran, di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1) dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta pasikologis peserta didik.
Pasal 19 ayat (1) tersebut di atas mengindikasikan bahwa proses pembelajaran hendaknya lebih banyak berorientasi kepada penemuan. Jerome S. Bruner (1978) telah mengembangkan belajar penemuan (discovery learning) yang berdasarkan kepada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsipprinsip konstruktivis. Pada discovery learning individu didorong untuk belajar secara mandiri. Individu belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan pendidik mendorong individu untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip-prinsip. Menurut Carin dan Sund (1985), discovery merupakan suatu proses di mana anak atau individu mengasimilasi proses konsep dan prinsip-prinsip. Discovery terjadi apabila individu terlibat secara aktif dalam menggunakan mentalnya agar memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan untuk menemukan konsep atau prinsip. Proses-proses mental tersebut di atas melibatkan keterampilan proses yang lebih tinggi tingkatannya (perumusan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksprimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan) melalui metode ilmiah dengan memanfaatkan kreativitas peserta didik untuk menemukan konsep, prinsip, atau generalisasi sebagaimana yang digariskan oleh Standar Isi mata pelajaran. Di samping itu juga diperlukan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu dan terbuka (inilah yang dimaksud dengan sikap ilmiah). Dengan demikian pendidik harus mampu menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan peserta didik untuk melakukan kegiatan discovery, seperti halnya ilmuwan terdahulu. Discovery learning memiliki beberapa keuntungan, yaitu: (1) pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan lebih lama dalam ingatan, atau lebih mudah diingat, dibandingkan dengan cara-cara lain, (2) dapat meningkatkan penalaran individu dan kemampuan untuk berpikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi untuk memecahkan permasalahan, (3) dapat membangkitkan keingintahuan individu, memotivasi individu untuk bekerja terus sampai mereka menemukan jawabannya. Dalam proses discovery, berpikir kreatif tidak dapat muncul begitu saja, tetapi perlu digali dan dilatihkan melalui sistem tertentu (Wellington, 1980). Hal ini dimaksudkan karena berpikir kreatif mementingkan proses dan produk.
Sejumlah ahli pendidikan berpendapat bahwa berpikir merupakan tujuan akhir dari proses pembelajaran. Pendidik harus yakin bahwa peserta didik mampu berpikir, meskipun tidak dapat diprediksi apa yang sedang dipikirkan. Berpikir kreatif , bernalar, dan berpikir produktif termasuk berpikir tingkat tinggi yang dapat diterima secara universal dan merupakan hal yang penting dalam proses pendidikan (pembelajaran). Oleh karena itu, pendidik hendaknya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat menumbuh kembangkan kemampuan kreatifnya. Juhariah Adang (1993) menyarankan bahwa dalam melatih berpikir kreatif, kepada peserta didik perlu diberikan berbagai masalah, dan dengan informasi atau fakta yang telah ada dalam dirinya, mereka mencoba memecahkan masalah itu dengan berbagai cara.
Untuk dapat menumbuh kembangkan kreativtas peserta didik, terlebih dahulu pendidiknya harus kreatif. Gibbs mengemukakan bahwa pendidik yang kreatif adal individu-individu yang percaya bahwa manusia itu adalah individu yang self motivated dan bertanggung jawab terhadap ide-idenya (Moh. Amien, 1987). Pendidik yang dapat membantu peserta didiknya menjadi kreatif melalui sikap terbuka, tidak mengecam, menerima, menyukainya, mengurangi rasa takut, dan membuat mereka menemukan dirinya sendiri, serta percaya pada diri sendiri dan tidak mudah putus asa. Pendidik yang kreatif harus mampu memodifikasi dan mengembangkan materi pembelajaran pada buku teks yang digunakan sehingga mampu memicu peserta didik untuk berpikir kreatif. Untuk melatih kemampuan berpikir kreatif individu, kita berdasar pada definisi operasional Torrance yang menyatakan bahwa kreativitas sebagai proses menjadi tanggapnya seseorang terhadap masalah-masalah, terhadap kekurangan-kekurangan, terhadap kesenjangan dalam pengetahuan, terhadap sirnanya unsur-unsur, terhadap keserasian, dan sebagainya; mengidentifikasi masalah, mencari pemecahan masalah, membuat dugaan atau hipotesis, menguji dan menguji ulang hipotesis, dan mengkomunikasikan hasilnya. Bagaimana langkah yang seyogyanya dapat ditempuh oleh pendidik dalam pembelajaran?. Sebaiknya, langkah pertama adalah mengembangkan taksonomi pertanyaan peserta didik untuk menentukan jenis pertanyaan yang dapat menghantarkan mereka kepada kreativitas. Berbagai pertanyaan peserta didik di dalam kelas akan memberikan gambaran kepada pendidik mengenai halhal yang menarik mereka, sehingga dapat dijadikan suatu tema kegiatan dalam pembejalaran. Perumusan dan identifikasi masalah merupakan langkah yang amat penting dalam upaya pengembangan kreativitas peserta didik. Dalam melakukan kegiatan diskusi misalnya, peserta didik dimotivasi untuk berpikir, untuk mengajukan hipotesis, untuk merancang eksperimen, dan untuk menguji hipotesis. Akhirnya, mengevaluasi temuannya.
Untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam pendidikan, tidak digunakan test seperti biasa, tetapi mengamati perilaku dan sikap yang ditampilkan oleh mereka pada situasi tertentu. Pertanyaanpertanyaan yang mengarah pada provokasi dan saran-saran mereka dalam pemecahan masalah hendak menjadi perhatian bagi pendidik dalam mengukur kemampuan berpikir kreatif.
Pendidik akan mengalami kesulitan mengembangakan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam pembelajaran, kecuali jika: (1) bisa melakukan perubahan; (2) merasa diri berkepribadian; (3) merasa diri berprofesi; (4) menjalin hubungan dengan orang lain atau profesi lain; (5) menguasai struktur pembelajaran; (6) mempertimbangkan peserta didik sebagai individu; dan (8) luwes terhadap isi kurikulum.
Pengembangan kreativitas dalam pembelajaran tidak lepas dari fase-fase pengembangan yang berlaku secara umum, sebagaimana yang dijelaskan oleh Conny Semiawan, dkk.(1991) yang meliputi seperti berikut ini.
a.      Fase Persiapan (preparation)
Pada fase ini ide itu datang dan timbul dari berbagai kemungkinan. Tetapi, biasanya ide itu berlangsung dengan hadirnya suatu keterampilan, keahlian, atau ilmu pengetahuan tertentu sebagai latar belakang atau sumber dari mana ide itu lahir.
b.      Fase Inkubasi (incubation)
Pada fase ini diharapkan hadirnya suatu pemahaman serta kematangan terhadap ide yang tadi timbul (dierami). Berbagai teknik dalam menyegarkan dan meningkatkan kesadaran itu, seperti meditasi, latihan peningkatan kreativitas, dapat dilangsungkan untuk memudahkan “perembetan”, perluasan, dan pendalaman ide.
c.       Fase Iluminasi (Illumination)
Fase ini berangkat dari suatu tingkat penemuan saat inspirasi yang tadi diperoleh, dikelola, digarap, kemudian menuju kepada pengembangan suatu hasil. Pada fase ini terjadi komunikasi terhadap hasilnya dengan orang yang signifikan (yang penting) bagi penemu, sehingga hasil yang telah dicapai dapat lebih disempurnakan lagi.
d.      Fase Verifikasi (Verification)
Fase ini merupakan fase perbaikan dari perwujudan hasil dan tanggung jawab terhadap hasil. Diseminasi dari perwujudan karya kreatif untuk diteruskan kepada masyarakat yang lebih luas terjadi setelah perbaikan dan penyempurnaan terhadap karya itu berlangsung.
Kreativitas dalam proses pembelajaran juga terjadi jika individu melakukan penemuan ilmiah untuk mereka sendiri, walaupun informasi semacam itu telah diketahui oleh orang lain. Hal ini cukup beralasan karena penemuan ilmiah itu tercantum di dalam buku-buku teks, tetapi penerapan khusus atau inovasinya perlu ditentukan oleh individu. Untuk melatih kreativitas dalam pembelajaran, individu hendaknya diberikan kesempatan dalam hal berikut ini :
1. Mengajukan pertanyaan yang menantang individu untuk berpikir selama pembelajaran berlangsung.
2. Membaca buku-buku yang menantang individu untuk melakukan kegiatan belajar lebih lanjut.
3. Merasakan kemudahan dalam mengambil isu atau dalam mempertanyakan ide atau proses yang telah diterima dan meyita pikiran.
4. Memodifikasi atau menolak usulan yang orisinil dari seseorang tanpa mencemohkannya.
5. Merasa bebas dalam mengajukan tugas pengganti yang memiliki potensi kreatif.
6. Menerima pengakuan yang sama untuk berpikir kreatif.
Jika proses berpikir kreatif berkembang dalam pendidikan formal, khususnya dalam pembelajaran diharapkan individu mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya, meskipun masalah itu baru dengan berbagai alternatif pemecahan. Selain itu, para individu diharapkan mampu menentukan hubungan sebab akibat mengenai hal-hal yang diamati, baik yang sederhana maupun yang lebih kompleks di luar materi yang diajarkan, yang memungkinkan memperoleh penemuan baru.
Untuk dapat mengembangkan kreativitas melalui proses pembelajaran Moh. Amien (1987) mengemukakan beberapa prinsip, yakni sebagai berikut:
1. Menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda dan bersifat unik
2. Proses berpikir yang bersifat analisis-sintesis dikemukan
3. Dorongan yang bersifat motivasi merupakan suatu prasyarat untuk proses kreatif. Proses itu sendiri merupakan suatu tension-relieving agent.
4. Kondisi atau situasi yang bersifat ujungakhir yang terbuka harus diterapkan
5. Hasil-hasilnya tidak dapat diduga lebih dahulu.
6. Kondisi disiapkan untuk membuat/menimbulkan possible preconscious thinking.
7. Individu dipacu untuk melahirkan dan mengembangkan gagasan-gagasan mereka sendiri.
8. Perbedaan-perbedaan, keunikan-keunikan perseorangan dan keaslian harus ditekankan dan dihargai.
9. Proses sama pentingnya dengan produk.
10. Kondisi-kondisi tertentu harus disiapkan atau diatur sedemikian rupa untuk memberikan peluang timbulnya kreativitas.
11. Pembelajaran berorientasi pada kesuksesan daripada kegagalan.
12. Persyaratan harus dibuat untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan, tetapi ketentuan juga dibuat untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi-situasi pemecahan masalah yang baru.
13. Belajar berinisiatif sendiri secara mandiri(self-initiated learning) harus dipacu.
14. Keterampilan mengkritik secara konstruktif dan keterampilan evaluasi harus dikembangkan.
15. Gagasan-gagasan dan obyek-obyek harus digunakan dan dieksplorasi
16. Harus menggunakan proses demokrasi.
17. Metode yang digunakan adalah unik untuk pengembangan kreativitas
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, maka dalam pembelajaran pendidik harus dapat melakukan hal-hal berikut ini:
1. Mengembangkan keinginan aspirasi dan kemampuan individu untuk berpikir dan memecahkan masalah.
2. Membantu individu menemukan harga diri sendiri dan nilai-nilai orang lain.
3. Membantu individu mengembangkan serangkaian keunikan bakatbakatnya dan kemampuan-kemampuannya.
4. Membantu individu mengembangkan keterampilan inkuiri.
5. Membantu individu menjadi lebih disiplin dan bertanggung jawab atas belajar dan perilakunya.
Jika prinsip-prinsip dan upaya-upaya pendidik tersebut di atas dapat terlaksana dalam pembelajaran, maka terdapat sejumlah kemampuan yang dapat berkembang pada diri individu, antara lain sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya.
2. Kemampuan untuk menanggapi.
3. Kemampuan untuk berinteraksi.
4. Kemampuan untuk bertanya.
5. Kemampuan untuk mencipta.
6. Kemampuan untuk menemukan jati diri.
Discovery sebagai metode pembelajaran terdiri atas 8 jenis sebagaimana yang dikemukakan oleh Moh. Amien (1987) seperti berikut ini.
a.      Guide Discovery
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode guide discovery pendidik menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada peserta didik. Misalnya, dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) pendidik menyediakan penuntun kegiatan laboratorium.


b.      Modified Discovery
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode modified discovery pendidik hanya memberikan permasalahan saja, kemudian peserta didik digiring untuk menemukan solusi dari masalah tersebut melalui metode ilmiah dengan memanfaatkan sebanyak-banyaknya keterampilan proses dan berpikir kreatif. Pendidik memberikan bantuan kepada peserta didik berupa pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan mereka dapat berpikir kreatif dan menggunakan keterampilan proses yang menyatu di dalam metode ilmiah untuk menemukan solusi masalah yang dihadapi.
c.       Free Discovery
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan free discovery pendidik memperhadapkan peserta didik kepada suatu masalah, kemudian mereka secara individu atau berkelompok diberi kebebasan melakukan aktivitas yang berorientasi kepada keterampilan proses, kreativitas, dan metode ilmiah dalam rangka menemukan solusi masalah yang mereka hadapi. Free discovery biasanya digunakan oleh peserta didik pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (SMA dan Perguruan Tinggi).
d.      Invitation into Discovery
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan invitationdiscovery pendidik memperhadapkan peserta didik kepada suatu masalah, berbagai keterampilan proses, pemikiran kreatif, dan metode ilmiah seperti halnya ilmuwan terdahulu dalam menemukan solusi masalah yang mereka hadapi. Kegiatan yang mereka lakukan berlangsung secara terkontrol dan sistematis sehingga mereka berperan sama dengan ilmuwan terdahulu.
e.       Discovery Role Aproach
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan discovery role approach merupakan pelaksanaan pembelajaran yang melibatkan peserta didik ke dalam tim tertentu yang masing terdiri atas 4 anggota untuk menemukan solusi masalah. Masing-masing anggota tim diberi tugas tertentu, sehingga setiap anggota tim memiliki peranan: (1) team coordinator, (2) technical advisor; (3) data recorder; dan (4) process evaluator untuk menemukan solusi masalah yang mereka hadapi.

f.       Pictorial Riddle
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pictorial riddle pendidik harus berusaha mengembangkan motivasi dan minat peserta didik dalam kecil atau dalam kelompok besar untuk dapat menemukan solusi dari masalah yang dihadapi dengan memanfaatkan alat peraga atau situasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, Suatu riddle, biasanya berupa gambar di papan tulis, poster, tayangan gambar yang diproyeksikan. Selanjutnya, pendidik mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan riddle.
g.      Synectic lesson
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggubakan synectic lesson pendidik harus berusaha memicu tumbuhnya bakat-bakat kreatif siswa. Gordon dalam Moh. Amien (1987) percaya bahwa proses-proses kreatif dapat diungkapkan dan dikembangkan oleh peserta didik melalui perpaduan berbagai mata pelakan, misalnya mata pelajaran IPA dipadukan dengan IPS. Pada dasarnya, synectics memusatkan perhatian kepada keterlibatan peserta didik untuk membuat berbagai macam “metaphor” agar integensi mereka dapat terbuka dan pada gilirannya intelegensi mereka dapat terbuka dan mengembangkan daya kreativitasnya.
h.      Value Clarification
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggubakan value clarification pendidik harus mampu membantu peserta didik dalam mengembangkan proses-proses yang digunakan dalam menentukan nilai mereka sendiri. Oleh karena itu seorang tenaga pendidik harus bersikap terbuka dan menerima pandangan peserta didik, membantu mengungkapkan nilai-nilai lainnya. Guru harus menyakinkan kepada siswa bahwa sikapnya itu juga berlaku bagi setiap peserta didik.

B.     INVENSI
Invensi (invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Misalnya penemuan teori belajar, teori pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastik, mode pakaian, dan sebagainya. Tentu saja munculnya ide atau kreativitas berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada, tetapi wujud yang ditemukannya benar-benar baru.
Contoh lainnya dari invensi yang mempengaruhi perubahan-perubahan lainnya yaitu ; penemuan pesawat radio dapat menyebabkan perubahan di bidang lain, seperti pendidikan, pemerintahan, pertanian, perekonomian, jasa dll. penemuan pesawat dapat membawa pengaruh pada sistem transportasi udara, yang kemudian dapat mempengaruhi alat tempur, selanjutnya mempengaruhi bagi perubahan organisasi militer dan seterusnya. Penemuan kapal laut, peta bumi, dan alat penentu arah (kompas) dapat menumbuhkan sikap kolonialisme, dan masih banyak invensi lainnya.
Kekurangan pada sistem dan infrastruktur yang mendukung inovasi memang merupakan salah satu faktor penting. Namun kekurangan itu sebenarnya juga disebabkan oleh paradigma kita yang kurang bisa membedakan antara penemuan (invention) dengan inovasi (innovation). Perbedaan tersebut sangat penting untuk diketahui karena tidak semua invention adalah innovation. Hanya dengan mengetahui perbedaan antara kedua kata tersebut, kita bisa berada pada jalur yang benar untuk merubah invention menjadi innovation.
Karya-karya cipta yang sering kita dengar, seperti yang ditunjukkan di lomba-lomba karya cipta mahasiswa di tingkat regional, nasioinal, atau pun internasional, sebenarnya banyak yang kreatif. Tetapi karya-karya tersebut masih termasuk dalam kategori invention, dalam arti para peserta berhasil menciptakan karya-karya yang bisa dipakai untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dianggap penting oleh pembuatnya.
Sementara innovation sendiri adalah karya-karya yang memang dianggap penting oleh sekelompok orang (dalam jumlah yang cukup banyak) dan berpotensi untuk menghasilkan keuntungan ekonomis bagi pembuatnya (atau penyandang dananya).
Sepintas kita tidak melihat adanya perbedaan yang berarti. Bukankah mayoritas hasil karya invention pasti berguna untuk orang lain dan berpotensi untuk dijual secara menguntungkan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat contoh sederhana di bawah ini:
Andaikata ada seorang penulis perangkat lunak (programmer) kita yang berhasil membuat sebuah perangkat lunak untuk membantu penulisan blog di Internet. Apakah karya tersebut bisa langsung disebut inovasi? Bila perangkat lunak tersebut tidak lebih baik dibanding perangkat lunak sejenis seperti WordPress atau Typepad, maka dipastikan tidak ada orang lain yang bersedia memakainya, kecuali mungkin oleh pembuatnya sendiri.
Sekarang, katakanlah perangkat lunak yang dihasilkan lebih baik dari perangkat lunak blogging lainnya. Pertanyaan berikutnya adalah: bagaimana dia bisa membuat sekolompok pengguna blog untuk percaya bahwa perangkat lunaknya memang lebih unggul dan lebih mampu menjawab kebutuhan mereka? Ingat, dalam dunia pemasaran: persepsi adalah realita. Bila kelebihan tersebut tidak bisa dikomunikasikan dengan baik dan benar, entah karena pembuatnya tidak mengetahui saluran marketing communications yang sesuai atau karena salahnya message yang hendak dikomunikasikan, maka kelebihan tersebut tidak pernah ada.
Sekarang, katakanlah programmer kita tersebut mengetahui cara-cara pemasaran dan mampu mengkomunikasikan kelebihan prouknya dengan tepat. Apakah secara otomatis para pemakai blog akan beramai-ramai memakai produknya? Belum tentu juga. Kenapa? Jawaban sederhananya: karena apa yang dianggap sebagai kelebihan oleh pembuatnya, bisa jadi merupakan hal yang tidak dibutuhkan oleh calon pemakai.
Di sini, pembuatnya bisa jadi kurang mendalami consumer insights sehingga tidak bisa menangkap kebutuhan pemakai dengan baik. Pola pikir penulis perangkat lunak yang cenderung product-oriented sering menjadi sumber masalah di sini, sementara untuk memahami pengguna, dibutuhkan pola pikir yang lebih consumer-oriented.
Mari kita maju selangkah lagi. Andaikata kelebihan tersebut memang dibutuhkan oleh pemakai dan sekelompok pemakai yang mengetahui keberadaan perangkat lunak tersebut mulai memakainya. Apakah itu sudah layak disebut inovasi? Mungkin belum, karena para blogger yang sudah terlanjur memakai WordPress, misalnya, tidak bisa berpindah begitu saja ke perangkat lunak lain karena masalah kompatibilitas database dan kerumitan yang mungkin dihadapi selama proses migrasi.
Bagaimana bila proses migrasi dipermudah? Apakah para pengguna akan melakukan migrasi tersebut? Lagi-lagi, belum tentu. Di sini, faktor reputasi memegang peranan penting. Bila mereka percaya bahwa perangkat lunak tersebut memiliki masa depan yang panjang dan mampu menyediakan layanan purna jual yang baik untuk seterusnya, mereka mungkin akan melakukannya. Namun, bila tidak, mereka pasti akan berpikir berkali-kali (atau malah tidak bepikir sama sekali dengan mengabaikan perangkat lunak baru tersebut).
Permasalahan lain pada tahap ini adalah: Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh kompetitor untuk meniru kelebihan tersebut? Bila programmer kita tersebut hanya bekerja sendirian, sementara para kompetitornya mempekerjakan puluhan atau ratusan progammers dengan memakai sistem open source, mungkin hanya dalam hitungan hari atau minggu saja kelebihan tersebut sudah hilang. Tanpa kemampuan penambahan fitur-fitur baru secara kontiniu, kelebihan tersebut hanya akan berumur pendek.
Contoh di atas menunjukkan sekilas tantangan yang harus dihadapi untuk merubah penemuan menjadi inovasi yang bisa diterima pasar. Sejauh ini kita hanya membahas bagaimana membuat software tersebut bersedia dipakai oleh sekelompok orang, dan belum menginjak ke tahap bagaimana membuat mereka bersedia membayar untuk software tersebut.
Tantangan seperti itu sebenarnya bukan cuma dihadapi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Di negara maju sekalipun, jumlah hak paten yang dikeluarkan jauh melebihi jumlah produk yang terjual di pasaran. Perusahaan besar yang memiliki sumber daya raksasa seperti P&G sendiri mengakui hanya sekitar 15% dari produk barunya sukses di pasaran. Namun untuk Indonesia, masalah ini lebih berat karena kita belum memiliki paradigma yang berorientasi pada inovasi.
Dengan sedikit perubahan paradigma, semoga kita sekarang bisa melihat bahwa penemuan (invention) saja tidak cukup untuk membawa produk tersebut menjadi inovasi yang bisa diterima pasar. Selain kemampuan teknis, cara berpikir yang business-oriented sangat dibutuhkan. Para penemu harus mampu bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa kebutuhan konsumen penting yang belum terpenuhi? Seberapa banyak konsumen yang memiliki kebutuhan tersebut? Bagaimana caranya mengenali kebutuhan tersebut dengan lebih baik? Bagaimana cara menyampaikan pesan ke target konsumen tersebut? Bagaimana meyakinkan mereka untuk mencoba? Bagaimana membuat fitur-fitur yang dibutuhkan tersebut yang sulit ditiru oleh kompetitor? Bagaimana dengan upaya untuk membangun reputasi dan strategi branding yang baik? Dan lain sebagainya. Kadang, pertanyaan-pertanyaan yang berorientasi bisnis tersebut justru lebih sulit untuk dijawab dibanding permasalahan teknis, terutama apabila para penemu tersebut tidak dilengkapi dengan pengetahuan dunia bisnis. Di sisi lain, kita juga kesulitan mencari orang yang memiliki kedua kemampuan tersebut.
Untuk mengatasi masalah itu, kita bisa meniru kompetisi-kompetisi iptek serupa di negara-negara maju. Kompetisi iptek, misalnya, tidak semata-mata menghadirkan hasil karya-karya teknologi, tapi juga dilengkap dengan business plan untuk memasarkan karya-karya tersebut. Karena jarang ada penemu yang juga memiliki latar belakang dunia bisnis, maka karya-karya yang ditampilkan tersebut umumnya diwakili oleh sebuah tim yang terdiri dari para penemu dan setidaknya satu orang yang berlatar belakang pendidikan bisnis.
 Dengan bekerjasama dalam tim, kedua belah pihak bisa saling melengkapi dan belajar satu sama lainnya. Penyerbukan silang antara dunia iptek dan bisnis tersebut secara perlahan-lahan mampu membangun masyarakat yang menghargai pentingnya kerjasama iptek dengan dunia bisnis untuk menghasilkan inovasi.
Bangsa kita memang masih jauh dalam hal inovasi, walau dibandingkan dengan beberapa negara Asia sekalipun. Sistem dan infrastruktur nasional sangat ketinggalan. Namun, membuat kompetisi iptek yang menggabungkan bakat-bakat teknik dengan bisnis bukanlah sasaran yang jauh. Kompetisi iptek bisa dijadikan sebagai kompetisi business plan. Selain itu, dunia usaha bisa memikirkan cara-cara untuk bekerjasama dengan lembaga perguruan tinggi untuk menghasilkan produk-produk baru dengan biaya yang relatif lebih rendah.
Dengan upaya-upaya tersebut, setidaknya kita bisa berharap bangsa kita tidak hanya berjalan di tempat dalam hal inovasi meski kita belum bias bermimpi untuk mengejar, kecuali ada keseriusan dari pemerintah untuk menjadikan inovasi sebagai salah satu agenda utama pembangunan nasional.
C.    MODERNISASI
1.      Pengertian Moderenisasi
Modernisasi secara etimologi berasal dari kata modern yang mempunyai banyak sekali arti, istilah modern ini tidak di gunakan hanya kepada orang-orang saja tetapi juga untuk system politik, Negara, ekonomi lembaga seperti contohnya perguruan tinggi, rumah sakit, sekolah, perumahan, pom bensin dan lain-lain. Pada umumnya kata modern itu lebih menunjukan kepada sesuatu perubahan yang menuju ke arah yang lebih baik lagi dan tentunya ke arah yang lebih maju dari sebelumnya, dan tentunya menimbulkan kesenangan, kegembiraan dan meningkatkan kesejahteraan hidup. Dengan modern ini apapun akan lebih efektif dan efesien dan akan sesuai dengan tuntutan zaman.
Modernisasi adalah pergeseran mentalitas dan sikap sebagai warga masyrakat untuk bisa sesuaidengan tuntutan hidup masa kini dan perkembangan zaman yang terus semakin berkembang dan dinamis.
Adapun terdapat banyak arti secara terminology dari berbagai sudut pandang yg berbeda-beda dari banyak ahli yaitu :
Daniel Lerner
Menurut Daniel lerner modernisasi mrupakan sebuah istilah baru untuk suatu proses panjang –proses perubahan social, dimana mayarakat yang kurang berkembang itu memperoleh cirri-ciri yang biasa bagi masyarakat yang lebih berkembang.
Astrid S. Susanto.
Modernisasi adalah suatu proses pembangunan yang memberikan  kesempatan ke arah perubahan demi kemajuan.
 J.W. Schoorl.
Modernisasi merupakan penerapan pengetahuan ilmiah pada semua kegiatan, bidang kehidupan, dan aspek kemasyarakatan.
Koentjaraningrat.
Modernisasi adalah usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang.
Soerjono Soekanto.
Modenisasi identik dengan suatu bentuk dai perubahan sosial yang biasanya terarah dan didasarkan pada suatu perencanaan.
Wilbert E. Moore.
Modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama, dari yang tradisional ke arah pola-pola negara barat yang telah stabil.
Modernisasi memang merupakan suatu keharusan dalam sejarah manusia, modernisasi sangat mempengaruhi di dalam kehiduan manusia, baik individual manusia itu sendiri maupun masyarakat, dengan adanya modernisasi tersebut tidak menutup kemungkinan prilaku,sikap,budaya dan watak pun akan berubah sangat drastis, baik menuju perubahan ke arah yang lebih baik ataupun perubahan ke arah yang malah lebih buruk.
Modernisasi itu identik dengan kehidupan yang serba ada, seba mudah, serba canggih dn praktis sehingga memudahkan manusia dalam menjalani kehidupannya, modernisasi merupakan salah satu ciri-ciri dari preadaban manusia yang maju, dalam sosiologi modernisasi itu merupakan perbuahan sosial masyarakat yang primitive untuk mencpai tahap yang telh di almi oleh masyaakat yang telah maju peradabannya.
Modernisasi merupakan suatu kelanjutan yang wajar di dalam perkembangan zaman yang terus bergerak secara dinamis, dan di dalam perkembangan manusia yang di tandai dengan adanya kreatifitas pada diri manusia untuk mencari jalan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya di dunia ini, namun perlu di phami bahwa kreatifitas manusia tersebut merupakan suatu kelanjutan hasil usaha manusia sebelumnya, oleh karena itu modernisai itu merupakan sesatu yang tidak bisa di hindarkan di dalam kehduan manusia, cepat atau lambat modenisasi itu akan terus bermunculan secara perlahan selaras dengan perkembangan, peradaban, dan kreatifitas manusia.
2.       Syarat modernisasi
Menurut soerjono soekanto modernsasi memiliki beberapa syarat yaitu sebagai berikut:
  1. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
  2. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu.
  3. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.

C. Karakteristik Manusia Modern
Menurut Inkeles ada beberapa aspek yang menjadi tanda (Karakteristik) manusia modern, yaitu :
1.      Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, artinyajika menghadapi tawaran atau ajakan hal-hal yang baru yang lebih menguntungkan untuk kehidupannya, akan sealu mau memikirkan dan kemudian mau menerimanya, tidak meutup diri terhadap perubahan.
2.      Selalu siap menghadapi perubahan sosial artinya, siap unutk menerima erubahan-erubahan yang terjadi masyarakat, misalnya partisiasi dalam bidang politik, eningkatan esempatan kerja bagi wanita, perpindahan penduduk, pergaulan atau hubungan orang tua dengan pemuda dan sebagainya. Manusia modern siap untuk memahami perubahan yang terjdi di sekitarnya.
3.      Bepandangan yang luas artinya, pendapat-pendaptnya tidak hanya berdasarkan apa yang ada ada dirinya tetapi mau menerima pendapat yang datang dari luar dirinya, serta dapat memahami adanya perbedaan pandangan dengan orang lain. Ia dapat memahami sikap orang lain yang berbeda dengan dirinya.
4.      Mempunyai dorongan ingin tau yang kuat artinya, manusia modern akan selalu mencari informasi tentang apa yang terjadi di lingkungannya, dan juga inforasi yang bermanfaat untuk eningkatan kehidupannya.
5.      Manusia modern lebih berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang dari pada masa yang lampau. Manusia modern tidak hanya mengenang kejayaan atau kegagalan di masa lalu, tetapi lebih berfikir bagaimana masa sekarang dan masa yang akan datang.
6.      Manusia modern berorientasi dan juga percaya pada perencanaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Kehidupan manusia moden selalu di rencanakan sebelumnya baik perencanaan jangka pendek mauun perencanaan jangka panjang.
7.      Manusia modern lebih percaya pada  hasil perhitungan manusia dan pemikian manusia dari pada takdir tau pembawaaan . Ia percaya bahwa manusia dapat mengontrol kejadian di sekitarnya.
8.      Manusia modern menghargai ketermpilan tekhnik dan juga menggunakanya sebagai dasar pemberian imbalan.
9.      Wawasan pendidikan dan pekerjaan artinya, manusia modern memiliki wawasan yang lebih maju tentang pendidikan dan pekerjaan.
10.  Manusia modern menghargai kemuliaan orang lain teruatama orang yang lemah seperti wanita, anak-anak dan bawahannya.
11.  Memahami perlunya produksi artinya, manusia modern dalam mengambil keputusan akan mempertimbangkan juga sejauh mana dampak terhadap hasil industri  dalam suatu produksi.
Modernisasi dimana perkembangan dan peradaban manusia itu di mulai, tentunya mempunyai dampak baik positif maupun negaif yaitu :
Dampak positif :
a.       Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin canggih, mempermudah cara kita untuk berkomunikasi, komunikasi jarak jauh sekalipun dapat di jangkau, selain berkomunikasi juga, dapat memberikan dampak yang sangat baik bagi pendidikan, pengtahuan menjadi sangat mudah untuk di dapatkan, informasi yang terbaru dari luar maupun dari dalam negri mudah kita dapatkan baik itu dalam bidang pendidikan itu sendiri, maupun dalam bidang-bidang lainnya.
b.      Perubahan tata nilai dan sikap
Dengan adanya modernisasi pada masyarakat khususnya menimbulkan suatu perubahan pola pikir yang lebih rasional, lebih menggunakan akal pikiran dalam menyelesaikan suatu hal yang terlihat dari sikap-sikap yang di tunjukan dari masyakat-masyarakat itu sendiri.
c.       Tingkat kehidupan yang lebih baik
Dengan banyaknya industri yang maju berdasarkan tekhnologi yang sudah maju juga, menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat transportasi dan komunikasi yang canggih, dan juga mengurangi pengangguran, sehingga taraf hidup masyarakat tentunya akan meningkat.
Dampak Negatif pada modernisasi :
a.       Sikapnya mejadi lebih individualistik
Sikap individualistik ini terlahir karena masyrakat yang telah mengalami modernisasi sudah merasa puas akan tekhnologi dan apapun yang telah canggih sehingga kebutuhan masyrakat tersebut selalu mudah untuk di penuhi sehingga tidak lagi membutuhkan bantuan dari manusia yang lainnya sehingga lahirlah sikap individualstik tersebut.
b.      Gaya hidup kebarat-baratan (westernisasi)
Karena tidak adanya pembatasan terhadap budaya yang masuk dari luar, khususnya warga indonesia yang terkenal sebagai bangsa yang adab dan ramah, kehilangan akan jati dirinya dimana tata krama dan nilai-nilai yang seharusnya di jalankan menjadi terabaikan dengan lebih mengadopsi kebiasaan-kebiasaan masyarakat barat, bak itu dari segi berpakaian, tingkah laku, gaya hidup, daan lain sebagainya.
c.       Pola hidup konsumtif
Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing – masing.
Dengan modernisasi ini memudahkan masyarakat untuk mendapatkan segala sesuatu yang ia butuhkan, sehingga masyarakat menjadi lebih konsumtif tanpa memikrkan terlebih dahulu apa-apa yang ia beli, apakah itu kebutuhuan prime atau sekunder, bahkan sering kali sesuatu yang sebenarnya tidak di perlukan mereka membeli sesuatu tersebut demi kepuasaan yang ia rasakan.
Contoh modernisasi yang terjadi di indonesia
Perubahan cara untuk membajak sawah
Pada zaman dahulu para petani menggunakan kerbau untuk membajak sawah, mereka memukul kerbau agar mau berjalan untuk membajak sawah.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK0P0jw8eXGVZsp-LnH1QQnM1g-70XfLa6XMk2J5OT2FJVfniQXGdvQx1HAYyK9jMCFw5E7CDzb-Z_ytWlIVTxNZwuIZ0BUbO1tAVYIc24FVpg8A-AF2KViRmRx9lepSHyp8OegD68UXqb/s320/438436167_9d4e40a01a.jpg


Seiring berjalannya zaman, tehnology yang semakin berkembang. Para petani menggunakan traktor untuk membajak sawah untuk mempermudah pekerjaanya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiconWy-EcJisbtk-6p-sKRKZVIIvnZiPEKUtUJo6_JE6yoA5IebjpTuPX0eoMl3qA4Bz5MrB2dBDcPaRIH_mHGR2a17kPgkZrGPmLEp4tOjmCKQZXXP-vOe2aHfRwFgG228K-MG8g-EJUa/s1600/s_31d44914.jpg

Perubahan Cara berjualan 
Dari zaman ke zaman ke zaman mengalami sebuah perubahan yang significant termasuk cara berjualan. Misalnya penjual jamu dahulu berjualan dengan menggendong sebuah bakul dan berkeliling kampung dengan berjalan kaki 

 .https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiui3NrvmHcSPT4KQOFwDfeJCrCXme9Uxff9aqCW6USWcya7Tpc3crdyl5UbUqvFZjpPgXASFIk8yEfH06Gvhz4FzLk80yagKWaS_BCOw3vyFp8qqFAIPWf3G_ROMshcqtOZ-v2FxysSZyf/s320/jamugendong.jpg
Karena terciptanya sepeda para penjual jamu itu pun berubah cara berjualannya dengan menggunakan sepeda karena lebih mudah untuk mengelilingi kampung sambil berjualan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyi5HPbeuphyy62hTfFoYBRCSqFawkvibovySstBT0GczNLmN8hDAcMFBbJwnyOZCv3XCdCvgQ1klcip7iYDnZkKf-XnpLHX_Fbe1CLWLkbZQsAXxpbfizljikNkk_cZObfbdf_AdkmWAe/s320/img08072009305141.jpg.gif
Alat transportasi pun semakin mengarah ke kemajuan, dengan terciptanya motor para penjual membeli motor untuk berjualan . karena sangat mudahnya berjualan dengan motor, tidak terasa capek, cepat, dan lebih praktis.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdwq1jzbJd87fVu_6Cg9hQVg2kiM8qgS6j5rxhzFmh7ogX4Dugj8W9pgtegsY4GbAfs3r8qymFfUBQa3WRaKuaJ1Egxx6_Ctwn_L3iAyQp97OuGbKFCHqBRnu0BxZ68vwcTsEXAQrbD4Sx/s320/tnqagpmf.jpg


D.    INOVASI
Inovasi berasal dari kata Innovation (bahasa inggis) sering di terjemahkan segala hal yang bru tau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972;Santoso S. Hamijoyo, 1996), tetapi ada yng menjadikan kata innovation menjadi kata indonesia yaitu inovasi.
Secara garis besar inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang disarankan atau di amati sebagai suatu hal yang ba bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention ataupun discovery. Inovasi diadakan untuk memecahkan suatu masalah tertentu atau mencapai suatu tujuan tertentu.
Adapun pengertian inovasi menurut para ahli yaitu :
Pengertian Inovasi menurut Everett M. Rogers
Mendefisisikan bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
Pengertian Inovasi menurut Stephen Robbins
Mendefinisikan, inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.
Pengertian Inovasi menurut Van de Ven, Andrew H
Inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru oleh orang dimana dalam jangka waktu tertentu melakukan transaksi-transaksi dengan orang lain dalam suatu tatanan  organisasi.
Pengertian Inovasi menurut Kuniyoshi Urabe
Inovasi bukan merupakan kegiatan satu kali pukul (one time phenomenon),melainkan suatu proses yang panjang dan kumulatif yang meliputi banyak proses pengambilan  keputusan  di dan oleh  organisasi dari mulai penemuan gagasan sampai implementasinya di pasar.
Pengertian Inovasi menurut UU No. 18 tahun 2002
Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.
Adapun beberapa jenis inovasi yatitu :
1.      Penemuan
Kreasi suatu produk atau jasa atau proses baru yang belum pernah ada di lakuakn sebelumnya, konsep ini cenderung di sebut revolisisoner seperti contohnya penemuan pesawat terbang oleh wright bersaudara, penemuan telepo\hon oleh graham bell dan lain sebagainya.
2.      Pengembangan
Pengembangan suatu proses atau jasa atau suatu proses yang sudah ada konsep seperti ini menjadi aplikasi ide yang telah ada berbeda.
3.      Duplikasi
Peniruan suatu produk, jasa atau suatu proses yang sudah ada, duplikasi bukan semata meniru tetapi duplikasi di sini yaitu menambahkan sentuhan keatif untuk memperbaiki konsep agar lebih mampu memenangkan persaingan.
4.      Sintesis.
Perpaduan konsep dan faktor-faktor yang sudah ada menjadi formulasi baru. Proses ini meliputi engambilan sejumlah ide atau produk yang sudah ditemukan dan dibentuk sehingga menjadi produk yang dapat diaplikasikan dengan cara baru.

Contoh dari Inovasi yaitu :
1.      Pedal Sepeda Yang Memahami Anda
Bersepeda merupakan satu hal yang cukup mengasyikkan bila dilakukan dengan santai dan sebagai bentuk pemenuhan olahraga sekaligus bermanfaat untuk hiburan. Tetapi kondisinya menjadi berbeda ketika kita sudah berkaitan dengan waktu atau dengan kata lain sepeda tersebut kita andalkan untuk melakukan suatu aktifitas yang mendesak. Sehingga perlu kecepatan dan kemahiran agar dapat mengejar waktu dan sampai tujuan dengan selamat.
        Pernahkah terjadi pada diri anda ketika sedang mengayuh sepeda tiba-tiba kaki anda terlepas atau meleset dari pedalnya? Tentu sangat menyebalkan belum lagi bila akibat hal tersebut kaki anda menjadi terluka. Bila anda ingin merasakan hal nyaman saat berkendara dengan sepeda dan terhindar dari hal tersebut, sebuah pedal yang sangat memahami anda sepertinya layak untuk menjadi inovasi baru.
Pedal ini memiliki fungsi yang sangat baik sebagai pijakan kaki agar tetap pada posisi yang sebenarnya, bahkan dengan desain yang sempurna mampu dapat mengikat sepatu anda bagai magnet. Jika sudah demikian anda tidak perlu khawatir lagi saat bersepeda, baik saat harus mengayuh dengan cepat terlebih ketika bersepeda santai.

2.      Inovasi coca cola
   
Inovasi adalah salah satu kunci keberhasilan yang menjadikan Coca-Cola Indonesia semakin besar, dikenal luas, serta memberikan kontribusi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Melalui riset dan pengembangan (Research & Development), Coca-Cola terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan, strategi pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas, kreatif, serta mempunyai ciri khas tersendiri.
Dengan memahami kebutuhan dan perilaku konsumen, serta potensi kekayaan alam Indonesia, Coca-Cola berinovasi dengan menciptakan produk-produk baru yang menjadikan produk minuman cepat saji Coca-Cola mempunyai rasa dan pilihan yang beragam. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih spesifik, pada tahun 2002 Coca-Cola meluncurkan AQUARIUS, minuman isotonik yang diperuntukkan bagi mereka yang aktif dan gemar berolahraga. Pada tahun yang sama, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea, teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati yang khas. Pada tahun 2003, Fanta menghadirkan campuran dua rasa buah, orange dan mango, yang disebut “Fanta Oranggo”, setelah pada tahun sebelumnya sukses meluncurkan Fanta Nanas. Pada tahun ini pula, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Sunfill – produk minuman Sirup dan Serbuk instan rasa buah. Dengan inovasi, Coca-Cola yakin bahwa produk-produk yang ditawarkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia.
Selain berinovasi pada produk-produk baru, Coca-Cola juga mencoba mengembangkan desain kemasan minuman, serta meningkatkan kualitasnya. Setelah meluncurkan Frestea dalam kemasan botol, pada akhir tahun 2002, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea dalam kemasan Tetra Wedge yang lebih mudah dan praktis untuk dibawa. Pada akhir 2003, Coca-Cola, Sprite, dan Fanta hadir dalam kemasan kaleng ramping baru yang unik. Pada tahun 2004 ini, Coca-Cola hadir dengan inovasi terbaru yaitu botol gelas berbobot lebih ringan 30 % dengan desain mungil, imut, tapi kuat. Inovasi kemasan produk akan terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru.
Strategi pemasaran Coca-Cola mempunyai ciri khas tersendiri, yang unik dan kreatif. Berbagai program promosi diadakan sesuai dengan event yang sedang berlangsung, baik melalui konser musik, pameran, promo penukaran tutup botol, hadiah kejutan, maupun iklan TV. Pada tahun 2004 ini, iklan Coca-Cola versi Kabayan dinobatkan sebagai iklan paling efektif dalam bulan Pebruari dan Maret versi survey TV Ad Monitor MRI. Promo Coca-Cola juga memanfaatkan momentum tertentu, misalnya: Demam Piala EURO 2004. Dengan memanfaatkan event berskala nasional maupun internasional, Coca-Cola mencoba tampil dengan strategi pemasaran baru yang menarik masyarakat.
Selain berinovasi dalam produk, kemasan, dan strategi pemasaran; perlengkapan penjualan baru juga dikembangkan ke arah yang lebih baik. Berkaitan dengan inovasi ini, Coca-Cola Indonesia menciptakan jenis krat baru yang lebih ringan, dibuat dari bahan yang ramah lingkungan.
Kunci sukses inovasi tersebut adalah kolaborasi yang baik antara Coca-Cola Bottling Indonesia dan Coca-Cola Company, pengembangan varian minuman cepat saji dengan rasa baru, serta keinginan untuk menjadikan Coca-Cola Indonesia sebagai perusahaan minuman cepat saji yang lengkap.













BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada,tetapi belum diketahui orang lain. Anna Poejiadi (2001) Umemberikan penjelasan: Secara harfiah to discover berarti membuka tutup. Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu yang ada didalamnya belum diketahui orang. Sebagai contoh perubahan pandangan dari geosentrisme menjjadi heliosentrisme dalam astronomi. Nicolas Copernicus memerlukan waktu bertahun-tahun guna melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, bahwa planet-planet lain juga berputar mengelilingi matahari. Kesalahan besar yang ia lakukan adalah bahwa ia yakin semua planet (termasuk bumi dan bulan) mengelilingi matahari dalam bentuk lingkaran. Penemuan ini menggugah Tycho Brahe melakukan pengamatan lebih teliti terhadap gerakan planet. Data pengamatan kemudianmembuat Johanes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum gerak planet yang tepat. Penemuan ketiga tokoh tersebut merupakan ”discovery”.
Di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional pasal 1 ayat (20) dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berkenaan dengan proses pembelajaran, di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1) dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta pasikologis peserta didik.
Invensi (invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Misalnya penemuan teori belajar, teori pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastik, mode pakaian, dan sebagainya. Tentu saja munculnya ide atau kreativitas berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada, tetapi wujud yang ditemukannya benar-benar baru.
Modernisasi secara etimologi berasal dari kata modern yang mempunyai banyak sekali arti, istilah modern ini tidak di gunakan hanya kepada orang-orang saja tetapi juga untuk system politik, Negara, ekonomi lembaga seperti contohnya perguruan tinggi, rumah sakit, sekolah, perumahan, pom bensin dan lain-lain. Pada umumnya kata modern itu lebih menunjukan kepada sesuatu perubahan yang menuju ke arah yang lebih baik lagi dan tentunya ke arah yang lebih maju dari sebelumnya, dan tentunya menimbulkan kesenangan, kegembiraan dan meningkatkan kesejahteraan hidup. Dengan modern ini apapun akan lebih efektif dan efesien dan akan sesuai dengan tuntutan zaman.
Inovasi berasal dari kata Innovation (bahasa inggis) sering di terjemahkan segala hal yang bru tau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972;Santoso S. Hamijoyo, 1996), tetapi ada yng menjadikan kata innovation menjadi kata indonesia yaitu inovasi.
Dampak-dampak yang terjadi akibat modernisasi  :
Dampak positif :
a.       Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
b.      Perubahan tata nilai dan sikap
c.       Tingkat kehidupan yang lebih baik
Dampak Negatif pada modernisasi :
a.       Sikapnya mejadi lebih individualistik
b.      Gaya hidup kebarat-baratan (westernisasi)
c.       Pola hidup konsumtif
B.     SARAN
Semoga makalah ini dapat membantu kita dalam memahami apa itu discovery,invention, moderenisasi dan inovasi. Dan juga kita dapat memahami bagaimana proses terjadinya hal-hal tersebut, termasuk mampu mengetahui dampak-dampak yang terjadi dalam kehidupan baik dampak positif maupun dampak negatif. Selain itu pula setelah memahami apa-apa yang dimaksudkan disini pembaca dapat meminimalisir dampak-dampak yang timbul khusunya dampak negatif dari perubahan-perubahan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA


Sa’ud, Udin Syaefudin. (2008) . Inovasi Pendidikan. Bandung :Alfabeta
Sa’ud, Udin Syaefudin dan Ayi Suherman . (2010). Inovasi Pendidikan. Bandung : Bahan                     Belajar Mandiri