“Model Inovasi Pendidikan, Proses Inovasi Pendidikan, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Perencanaan Inovasi Pendidikan”
MAKALAH
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan
Disusun
Oleh:
Agus
Wahyudi 1104279
Yanti
Yuniarti 1103109
Yosy
Retnasari 1104429
Kelas
C Semester 3
S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah.swt
karena berkat rahmat dan hidayah Nya penyusun telah mampu menyelesaikan
makalah berjudul " MODEL INOVASI PENDIDIKAN ( Proses Inovasi Pendidikan ,Faktor yang
mempengaruhi, Perencanaan Inovasi Pendidikan )" . Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan.
Penulis
menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini.
Makalah
ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliiki banyak kekurangan ,
baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis
dan bagi pembaca . Amien.
Bandung,18 November 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan Makalah................................................... 2
D. Manfaat Penulisan Makalah................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Proses Inovasi Pendidikan.................................................... 4
B. Beberapa Model Proses Inovasi Pendidikan........................... 4
C. Faktor yang Mempengaruhi Proses Inovasi........................... 12
D. Perencanaan Inovasi Pendidikan ......................................... 18
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan.......................................................................... 20
B. Saran-saran.......................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ditengah-tengah perubahan dinamika budaya yang
semakin berkembang,dan kehidupan tidak lagi berformat local,seperti apa yang
kita ketahui dan sebagaimana yang kita rasakan bahwa perkembangan signitifkan
telah merambat diseluruh aspek tatanan kehidupan dan multidimensional baik social, politik, agama, ekonomi, dan
teknologi.
Dewasa ini,perkembangan teknologi dan informasi yang
cepat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan merupakan
suatu tantangan persaingan dimasa kini,oleh karena itu kebutuhan layanan
individual terhadap peserta didik,dan perbaikan dalam bidang pendidikan semakin
meningkat.Peserta didik tersebut diharapkan siap menghadapi persaingan dalam
era globalisasi yang semakin ketat saat ini.
Dengan kondisi tersebut membuatlembaga pendidikan harus mampu mengantisipasi
perkembangan tersebut dengan terus mengupayakan suatu program yang sesuai
dengan perkembangan zaman saat ini
Dewasa ini pendidikan di Indonesia mengalami
berbagai tantangan dan persoalan diantaranya bertambahnya jumlah penduduk
sehingga semakin banyak keinginan masyarakat untuk memperoleh
pendidikan,berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern menghendaki dasar-dasar
pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan terus-menerus,dan dengan
demikian menuntut pendidikan yang lebih lama dengan konsep pendidikan seumur
hidup.
Berkembangnya teknologi yang mempermudah manusia
dalam segala hal namun menjadi ancaman terhadap kelestarian peran
manusiawi.sumber-sumber yang semakin terbatas dan belum dimanfaatkan,system
pendidikan yang lemah dengan tujuan,kurikulum yang terus berganti,peneglolaan
pendidikan yang belum mantap,dan proses pendidikan yang masih jauh dari apa
yang diharapkan.
Mengingat kondisi tersebut,perlu adanya penyegaran
atau pembaharuan dalam bidang pendidikan atau yang sering disebut dengan inovasi pendidikan
Inovasi pendidikan merupakan suatu perubahan yang
baru dan kualitatif berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja
diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu.
Tugas seorang inovator merupakan tugas yang cukup
berat dan menyebarkan inovasi tidak lah mudah,terkadang banyak orang yang
mengetahui dan memahami sesuatu yang baru tapi belum tentu melaksanakannya
bahkan banyak juga yang menyadari bahwa sesuatu itu bermanfaat baginya tapi
belum tentu dia mau menerima dan menggunakannya
Oleh Karena itu dalam makalah ini penulis akan
membahas mengenai perencanaan inovasi,proses pelaksanaan inovasi dan
factor-faktor yang mempengaruhi nya sehingga diharapkan mampu menjadi
alternative solusi dalam masalah
penerapan inovasi pendidikan.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1.
Bagimana
Proses Inovasi Pendidikan berlangsung? Dan apa saja model inovasi pendidikan?
2.
Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan?
3.
Bagaimana
perencanaan inovasi pendidikan?
C.
Tujuan penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas,makalah ini
disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1.
Menjelaskan
proses inovasi pendidikan dan model-modelnya.
2.
Menjelaskan
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan
3.
Menjelaskan
perencanaan inovasi pendidikan.
D.
Manfaat penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1.
Bagi penulis
dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan prestasi dan menumbuhkan
keinginan berinovasi dalam inovasi bidang pendidikan.
2.
Bagi pembaca
dapat dijadikan acuan untuk menciptakan dan melaksanakan inovasi dalam bidang
pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Proses inovasi pendidikan
Proses
inovasi pendidikan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukanoleh individu
atau organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi sampaimenerapkan
(implementasi) inovasi pendidikan.
Kata
proses mengandung artibahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu dan
setiap saat tentuterjadi perubahan. Berapa lama waktu yang dipergunakan selama
proses ituberlangsung akan berbeda antara orang atau organisasi satu dengan
yang laintergantung pada kepekaan orang atau organisasi terhadap inovasi.
Demikianpula selama proses inovasi itu berlangsung akan selalu terjadi
perubahan yangberkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir.
1. BEBERAPA MODEL INOVASI PENDIDIKAN
Beberapa model inovasi pendidikan
yang dibicarakan berikut ini, adalah model-model inovasi pendidikan yang telah
digunakan oleh Amerika Serikat.Sebagaimana kita ketahui bahwa peristiwa yang
sangat kuat bagi bangsa Amerika untuk mendorong diadakannya inovasi pendidikan
ialah peristiwa berhasilnya bangsa Rusia meluncurkan Sputnik ke luar
angkasa.Dengan adanya peristiwa itu maka para pendidik di Amerika benar-benar
prihatin bagaimana caranya mengubah sistem pendidikannya, untuk menghilangkan
rasa rendah diri dan panik terhadap keberhasilan bangsa Rusia.Maka mulai
bangkitlah semangat para pendidik di Amerika untuk mengadakan perubahan di
bidang pendidikan dan mulailah diadakan pembaharuan kurikulum, penggunaan
media, pengorganisasian kegiatan belajar, dan prosedur administrasi sekolah.
Para ahli pendidikan sadar bahwa
hasil pendidikan yang selama telah diperolehnya belum cukup baik, masih harus
disempurnakan.Berbagai pertanyaan mengusik dan menggelisahkan sehingga mereka
selalu berusaha untuk menjawabnya. Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain :
bagaimana
caranya menterjemahkan harapan kita untuk masa depan kedalam pelaksanaan
pendidikan pada saat sekarang?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut
ada dua hal yang sangat membantu yaitu hasil perkembangan ilmu sosial dan juga
ilmu tingkah laku. Kedua ilmu ini ternyata bukan hanya menunjang untuk memahami
tentang tingkah laku manusia dan fenomena sosial, tetapi sangat bermanfaat
untuk mengadakan rekayasa dan menciptakan sesuatu di masa yang akan datang.
Maka bermunculan para ahli ilmu sosial yang tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang sistem sosial dan juga teknologi tentang bagaimana
menginterfensi agar terjadi perubahan sosial diantara para ahli yang tertarik
pada perubahan sosial tersebut termasuk ahli pendidikan.
Sebagai hasil usaha para ahli pendidikan di Amerika Serikat
ada tiga model perubahan pendidikan atau model inovasi pendidikan yaitu :
1. Model Penelitian, Pengembangan dan
Difusi
Model inovasi ini berdasarkan pemikiran
bahwa setiap orang tentu memerlukan perubahan, dan unsur pokok perubahan ialah
penelitian, pengembangan, difusi.
2. Model Pengembangan Organisasi
Model ini lebih berorientasi pada
organisasi dari pada organisasi pada sistem sosial.Model ini berpusat pada
sekolah.Model pengembangan organisasi ini berbeda dengan model pengembangan dan
difusi.
Model pengembangan organisasi juga
berorientasi pada nilai yang tinggi artinya dalam model ini juga mendasarkan
pada filosofi yang menyarankan agar sekolah jangan hanya diberi tahu tentang
inovasi pendidikan dan disuruh menerimanya, tetapi sekolah hendaknya mampu
mempersiapkan diri untuk memecahkan sendiri masalah pendikan yang dihadapinya.
3. Model Konfigurasi
Model konfigurasi atau disebut juga konfigurasi teori difusi
inovasi yang juga terkenal dengan istilah CLER, model dengan pendekatan secara
konprehensif untuk mengembangkan strategi inovasi (perubahan pendidikan) pada
situasi yang berbeda.
Menurut
model konfigurasi kemungkinan terjadinya difusi inovasi tergantung pada 4
faktor yaitu :
1. Konfigurasi artinya menunjukan
bentuk hubungan inovator dengan penerima dalam konteks sosial atau hubungan
dalam situasi sosial dan politik. Ada 4 konfigurasi yaitu individu, kelompok,
lembaga dan kebudayaan. Setiap bagian dai ke empat konfigurasi tersebut, dapat
berperan sebagai inovator dan juga dapat berperan sebagai penerima inovasi
(adopter).
2. Hubungan (linkage) yaitu hubungan
antara para pelaku dalam proses, penyebaran inovasi. Inovator dan adopter harus
berada dalam hubungan yang memungkinkan didengarkannya dan diperhatikannya
inovasi yang didifusikan.
3. Lingkungan : bagaimana keadaan
lingkungan sekitar tempat penyebaran inovasi. Lingkungan dalam pengertian ini
semua hal baik fisik, sosial, dan intelektual yang secara umum dapat bersifat
netral, mempengaruhi atau mungkin menghambat terhadap tingkah laku tertentu.
4. Sumber (resources) : sumber apakah
yang tersedia baik bagi inovator maupun penerima dalam proses transisi
penerimaan inovasi. Sumber yang tersedia sangat penting baik bagi inovator
maupun adopter, karena keduanya memerlukan sumber inovasi untuk melaksanakan
transaksi .
Inovator memerlukan kejelasan konsep agar dia dapat menyusun
disain pengembangan dan menentukan strategi inovasi.Demikian pula dengan
adopter memerlukan kejelasan konsep agar memahami inovasi sehingga dapat
menerapkan inovasi sesuai yang diharapkan.
Mengembangkan strategi difusi inovasi berarti berusaha untuk
mengatur keempat faktor yang mempengaruhi difusi inovasi tersebut agar dapat
berfungsi secara optimal. Keempat faktor itu dikenal dengan singkatan CLER
(Configuration , Lingkages, Environment, Resources.)
Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba mengidentifikasikegiatan
apa saja yang dilakukan individu selama proses itu berlangsung serta perubahan
apa yang terjadi dalam proses inovasi, maka hasilnya diketemukan pentahapan proses
inovasi seperti berikut:
a.
Bebe rapa Model Proses Inovasi
Yang berorientasi pada Individual,antara lain:
(1) Lavidge & Steiner (1961):
- Menyadari
- Mengetahui
- Menyukai
- Memilih
- Mempercayai
- Membeli
(2) Colley (1961):
- Belum menyadari
- Menyadari
- Memahami
- Mempercayai
- Mengambil tindakan
(3) Rogers (1962):
- Menyadari
- Menaruh perhatian
- Menilai
- Mencoba
- Menerima (Adoption)
(4) Robertson (1971):
- Persepsi tentang masalah
- Menyadari
- Memahami
- Menyikapi
- Mengesahkan
- Mencoba
- Menerima
- Disonansi
b. Beberapa Model Proses Inovasi Yang
Berorientasi pada Organisasi,
antara lain:
(1) Milo (1971):
- Konseptualisasi
- Tentatif adopsi
- Penerimaan Sumber
- Implementasi
- Institusionalisasi
(2) Shepard (1967):
-Penemuan ide
- Adopsi
- Implementasi
(3) Hage & Aiken (1970):
- Evaluasi
- Inisiasi
- Implementasi
- Routinisasi
(4) Wilson (1966):
- Konsepsi perubahan
- Pengusulan perubahan
- Adopsi dan Implementasi
(6)
Zaltman, Duncan & Holbek (1973):
a.
Tahap Permulaan (Inisiasi)
ü Langkah
pengetahuan dan kesadaran
ü Langkah
pembentukan sikap terhadap inovasi
b.
Tahap Implementasi
ü Langkah
awal implementasi
ü Langkah
kelanjutan pembinaan
Berikut ini diberikan uraian secara singkat proses
inovasi dalam organisasi
menurut Zaltman, Duncan, dan Holbek (1973).Zaltman dan kawan-kawan membagi proses
inovasi dalam organisasi menjadi dua tahap yaitu tahap permulaan (initiation
stage) dan tahap implementasi (implementation stage). Tiap tahap
dibagi lagi menjadi beberapa langkah (sub stage).
1. Tahap
Permulaan (Intiation Stage)
(1)
Langkah pengetahuan dan kesadaran
Jika inovasi dipandang sebagai suatu ide, kegiatan,
atau material yang diamati
baru oleh unit adopsi (penerima inovasi), maka tahu adanya inovasi menjadi
masalah yang pokok.Sebelum inovasi dapat diterima calon penerima harus sudah
menyadari bahwa ada inovasi, dan dengan demikian ada kesempatan untuk
menggunakan inovasi dalamorganisasi. Sebagaimana telah kita bicarakacarakan
proses keputusan inovasi, maka timbul masalah mana yang dulu tahu dan sadar ada
inovasi atau merasa butuh inovasi. Maka Rogers dan Shoemakers mengemukakan
seperti mana dulu ayam atau telur, tergantung situasinya. Mungkin dapat tahu
dan sadar inovasi baru merasa butuh atau sebaliknya.
Jika kita lihat kaitannya dengan organisasi, maka
adanya kesenjangan penampilan
(performance gaps) mendorong untuk mencari cara-cara baru atau inovasi.
Tetapi juga dapat terjadi sebaliknya karena sadar akan adanya inovasi, maka pimpinan organisasi
merasa bahwa dalam organisasinya ada sesuatu yang ketinggalan. Kemudian merubah
hasil yang diharapkan, maka terjadi sejenjangan penampilan.
(2)
Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
Dalam tahap ini anggota organisasi membentuk sikap
terhadap inovasi.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap inovasi
memegang peranan yang penting untuk menimbulkan motivasi untuk ingin berubah
atau mau menerima inovasi. Paling tidak ada dua hari dimensi sikap yang dapat
ditunjukkan anggota organisasi terhadap adanya inovasi yaitu:
(a)
sikap terbuka terhadap inovasi, yang ditandai dengan adanya:
·
kemauan anggota organisasi untuk
memeprtimbangkan inovasi.
·
mempertanyakan inovasi (skeptic)
·
merasa bahwa inovasi akan dapat meningkatkan
kemampuan organisasi dalam
menjalankan fungsinya.
(b)
memiliki persepsi tentang potensi inovasi yang ditandai dengan adanya pengamatan yang menunjukkan:
·
bahwa ada kemampuan bagi organisasi
untuk menggunakan inovasi.
·
organisasi telah pernah mengalami
keberhasilan pada masa lalu dengan menggunakan inovasi.
·
Adanya komitmen atau kemauan untuk
bekerja dengan menggunakan inovasi serta siap untuk menghadapi kemungkinan
timbulnya masalah dalam penerapan inovasi.
Dalam mempertimbangkan pengaruh dari sikap anggota
organisasi
terhadap
proses inovasi, maka perlu dipertimbangkan juga perubahan tingkah laku yang
diharapkan oleh organisasi formal. Jika terjadi perbedaan antara sikap individu
terhadap inovasi dengan perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh pimpinan
organisasi, maka terjadi disonansi inovasi.
Ada
dua macam disonansi yaitu penerimaan disonan dan penolak disonan.
Penerima disonan terjadi jika anggota tidak menyukai
inovasi, tetapiorganisasi mengharapkan menerima
inovasi. Sedangkan penolak disonan terjadi jika anggota menyenangi inovasi
tetapi organisasi menolak inovasi.
Menurut
Rogers dan Shoemaker (1971), lama-lama
disonansi
dapat terkurangi dengan dua cara yaitu:
(a)
Anggota organisasi merubah sikapnya menyesuaikan dengan
kemauan
organisasi.
(b)
Tidak melanjutkan menerima inovasi, menyalahgunakan inovasi
atau
menrapkan inovasi dengan penyimpangan, disesuaikan
dengan
kemauan anggota organisasi
Mohr (dikutip oleh Zaltman, 1973), mengemukakan
bahwa berdasarkan hasil penelitiannya di
bidang kesehatan, menunjukkan bahwa kemauan untuk menerima inovasi akan
mengarah pada penerapan inovasi jika disertai adanya motivasi yang tinggi untuk
mau berbuat serta tersedia bahan atau sumber yang diperlukan. Jika persediaan
sumber bahan yang diperlukan (resources) tinggi, maka dampak terhadap motivasi untuk menerapkan
inovasi dapat lipat 4 ½ kali daripada jika persediaan sumber bahan rendah. Jadi
untuk melancarkan proses inovasi, perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang
dapat meningkatkan motivasi serta tersedianya sumber bahan pelaksanaan
(resources).
(3)
Langkah pengambilan keputusan
Pada langkah ini segala informasi tentang potensi
inovasi dievaluasi.
Jika
unit pengambil keputusan dalam organisasi menganggap bahwa inovasi itu memang dapat diterima dan ia
senang untuk menerimanya maka inovasi akan diterima dan diterapkan dalam
organisasi.
Demikian pula sebaliknya jika unit pengambil
keputusan tidak menyukai
inovasi dan menganggap inovasi tidak bermanfaat maka ia kan menolaknya. Pada
saat akan mengambil keputusan peranan komunikasi
sangat penting untuk memeperoleh informasi yangsebanyak-banyaknya tentang inovasi.
Sehingga keputusan yang diambil benar-benar mantap dan tidak terjadi salah
pilih yang dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi.
II.
Tahap Implementasi (Implementation Stage)
Pada langkah ini kegiatan yang dilakaukan oleh para
anggota organisasi ialah menggunakan inovasi
atau menerapkan inovasi. Ada dua langkah
yang dilakukan yaitu:
(1)
Langkah awal (permulaan) implementasi
Pada langkah ini organisasi mencoba menerapkan
sebagian inovasi. Misalnya
setelah Dekan memutuskan bahwa semua dosen harus membuat persiapan mengajar
dengan model Satuan Acara perkuliahan, maka pada awal penerapannya setiap dosen
diwajibkan membuat untuk satu mata kuliah dulu, sebelum nanti akan berlaku
untuk semua mata kuliah.
(2)
Langkah kelanjutan pembinaan penerapan inovasi
Jika pada penerapan awal telah berhasil, para
anggota telah mengetahui dan
memahami inovasi, serta memperoleh pengalaman dalam menerapkannya, maka tinggal
melanjutkan dan menjaga kelangsungannya.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan
Lembaga pendidikan formal seperti sekolah adalah
suatu sub system dari sistem sosial. Jika terjadi perubahan dalam sistem
sosial, maka lembagapendidikan formal tersebut juga akan mengalami perubahan
maka hasilnya akan berpengaruh terhadap sistem sosial. Oleh karena itu suatu
lembaga pendidikan mempunyai beban yang ganda yaitu melestarikan nilai-nilai budaya
tradisional dan juga mempersiapkan generasi muda agar dapat menyiapkan diri
menghadapi tantangan kemajuan jaman.
Motivasi yang mendorong perlunya diadakan inovasi
pendidikan jika dilacak biasanya bersumber pada dua hal yaitu:
(a)
kemauan sekolah (lembaga pendidikan) untuk mengadakan respon terhadap tantangan
kebutuhan masyarakat,
(b)
adanya usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan) untuk memecahkan
masalah yang dihadapi masyarakat. Antara lembaga pendidikan dan sistem sosial
terjadi hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Misalnya suatu sekolah
telah dapat sukses menyiapkan tenaga yang terdidik sesuai denagn kebutuhan
masyarakat, maka dengan tenaga terdidik berarti tingkat kehidupannya meningkat,
dan cara bekerjanya juga lebih baik. Tenaga terdidik akan merasa tidak puas
jika bekerja yang tidak menggunakan kemampuan inteleknya, sehingga perlu adanya
penyesuaian denagn lapangan pekerjaan. Dengan demikian akan selalu terjadi
perubahan yang bersifat dinamis, yang disebabkan adanya hubungan interaktif
antara
lembaga
pendidikan dan masyarakat.
Agar kita dapat lebih memahami tentang perlunya
perubahanpendidikan atau kebutuhan adanya inovasi pendidikan dapat kita gali
dari tiga hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan di sekolah,
yaitu:
(a)
kegiatan belajar mengajar
(b)
faktor internal dan eksternal,
(c)
System pendidikan (pengelolaan dan
pengawasan).
a. Faktor Kegiatan Belajar Mengajar
Yang menjadi kunci
keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan guru
sebagai tenaga profesional. Guru sebagai tenaga yang telah
dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidangpendidikan, diserahi tugas dan
wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan
tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional dan tujuan institusional yang telah dirumuskan.Tetapi dalam
pelaksanaan tugas pengelolaan kegiatan belajar mengajar terdapat berbagai
faktor yang menyebabkan orang memandang bahwa pengelolaan kegiatan belajar mengajar
adalah kegiatan yang kurang profesional, kurang efektif, dan kurang perhatian.
Sebagai alasan mengapa orang memandang tugas guru
dalam mengajar mengandung banyak kelemahan tersebut, antara lain dikemukakan bahawa:
(1)
Keberhasilan tugas guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar sangat
ditentukan oleh hubungan interpersonal antara guru dengan siswa. Dengan
demikian maka keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut, juga sangat ditentukan
oleh pribadi guru dan siswa. Dengan kemampuan guru yang sama belum tentu
menghasilkan prestasi belajar yang sama jika menghadapi kelas yang berbeda,
demikian pula sebaliknya dengan kondisikelas yang sama diajar oleh guru yang
berbeda belum tentu dapat
menghasilkan prestasi belajar yang sama, meskipun para guru tersebut semuanya telah memenuhi persyaratan
sebagai guru yang profesional.
(2)
Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi.
Pada
waktu guru mengajar dia tidak mendapatkan balikan dari teman sejawatnya.Kegiatan
guru di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi dari kegiatan kelompok.Apa
yang dilakukan guru di kelas tanpa diketahui oleh guru yang lain. Dengan demikian
maka sukar untuk mendapatkan kritik untuk pengembangan profesinya.Ia menganggap
bahwa yang dilakukan sudah merupakan cara yang terbaik.
(3)
Berkaitan dengan kenyataan di atas tersebut, maka sanagat minimal bantuan teman
sejawat untuk memeberikan bantuan saran atau kritik gunapeningkatan kemampuan
profesionalnya. Apa yang dilakukan guru di kelas seolah-olah sudah merupakan
hak mutlak tanggungjawabnya, orang lain tidak boleh ikut campur tangan. Padahal
apa yang dilakukan mungkin masih banyak kekurangannya.
(4)
Belum ada kriteria yang baku tentang bagaimana pengelolaan kegiatan belajar mengajar
yang efektif. Dan memang untuk membuat kriteria keefektifan proses belajar
mengajar sukar ditentukan karena sangat banyak variabel yang ikut menentukan
keberhasilan kegiatan belajar siswa. Usaha untuk membuat kriteria tersebut sudah
dilakukan misalnya dengan digunakannya APKG (Alat Penilai Komptensi Guru).
(5)
Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar, guru menghadapi
sejumlah siswa yang berbeda satu dengan yang lain baik mengenai kondisi fisik,
mental intelektual, sifat, minat, dan latar belakang sosial ekonominya. Guru
tidak mungkin dapat melayani siswa dengan memperhatikan perbedaan individual
satu dengan yang lain, dalam jamjam pelajaran yang sudah diatur dengan jadual
dan dalam waktu yang sangat terbatas.
(6)
Berdasarkan data adanya perbedaan individual siswa, tentunya lebih tepat jika
pengelolaan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan cara yang sangat
fleksibel, tetapi kenyataannya justru guru dituntut untuk mencapai perubahan
tingkah laku yang sama sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan. Jadi anak
yang berbeda harus diarahkan menjadi sama. Jika guru tidak dapat mengatasi
masalah ini dapat menimbulkan anggapan diragukan kualitas profesionalnya.
(7)
Guru juga menghadapi tantangan dalam uasaha untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya, yaitu tanpa adanya keseimbangan antara kemampuan dan
wewenangnya mengatur beban tugas yang harus dilakukan, serta tanpa bantuan dari
lembaga dan tanpa adanya insentif yang menunjang kegiatannya. Ada kemauan guru
untuk meningkatkankemampuan profesionalnya, mungkin dengan cara belajar sendiri
atau mengikuti kuliah di perguruan tinggi, tetapi tugas yang harus dilakukan
masih
terasa berat, jumlah muridnya dalam satu kelas 50 orang, masihditambah tugas
administratif, ditambah lagi harus melakukan kegiatan untuk menambah
penghasilan karena gaji pas-pasan, dan masih banyak lagi faktor yang lain. Jadi
program pertumbuhan jabatan atau peningkatan profesi guru mengalami hambatan.
(8)
Guru dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar mengalami
kesulitab untuk menentukan pilihan mana yang diutamakan karena adanya berbagai
macam tuntutan. Dari satu segi meminta agar guru mengutamakan keterampilan
proses belajar, tetapi dari sudut lain dia dituntut harus menyelesaikan sajian
materi kurikulum yang harus diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan, karena menjadi bahan ujian negara/nasional. Demikian pula dari satu
segi guru dituntut menekankan perubahan tingkat laku afektif, tetapi dalam
evaluasi hasil belajar yang dipakai untuk menentukan kelulusan siswa hanya mengutamakan
aspek kognitif.Apa yang harus dipilih guru? Melayani semua tuntutan?
Dari data tersebut menunjukkan bagaimana uniknya
kegiatan belajar mengajar, yang memungkinkan timbulnya peluang untuk munculnya
pendapatbahwa profesional guru diragukan bahkan ada yang mengatakan bahwa jabatan
guru itu ”semi profesional” , karena jika profesional yang penuh tentu akan
memberi peluang pada anggotanya untuk:
(a)
menguasai kemampuan profesional yang ditunjukkan dalam penampilan,
(b)
memasuki anggota profesi dan penilaian terhadap penampilan profesinya, diawasi
oleh kelompok profesi,
(c)
ketentuan untuk berbuat profesional, ditentukan bersama antarsesama anggota
profesi. (Zaltman, Florio, Sikoski, 1977).
Dengan berdasarkan adanya kelemahan-kelemahan dalam
pelaksanaanpengelolaan kegiatan belajar mengajar tersebut maka dapat merupakan
sumber motivasi perlunya ada inovasi pendidikan untuk mengatasi kelemahan tersebut,
atau bahkan dari sudut pandang yang lain dapat juga dikatakan bahwa dengan
adanya kelemahan-kelemahan itu maka sukar penerapan inovaipendidikan secara
efektif.
b.
Faktor Internal dan Eksternal
Satu keunikan dari sistem pendidikan ialah baik
pelaksana maupun klien (yang dilayani) adalah kelompok manusia.Perencana
inovasi pendidikan harus memperhatikan mana kelompok yang mempengaruhi dan
kelompok yang dipengaruhi oleh sekolah (sistem pendidikan).Faktor internal yang
mempengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan dan dengan sendirinya juga inovasi
pendidikan ialah siswa. Siswa sangat besar pengaruhnya terhadap proses inovasi
karena tujuan pendidikan untuk mencapai perubahan tingkah laku siswa. Jadi
siswa sebagai pusat perhatian dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan
berbagai macam kebijakan
pendidikan.
Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam
proses inovasi pendidikan ialah orang tua. Orang tua murid ikut mempunyai
peranan dalammenunjang kelancaran proses inovasi pendidikan, baik ia sebagai
penunjang secara moral membantu dan mendorong kegiatan siswa untuk melakukan kegiatan
belajar sesuai dengan yang diharapkan sekolah, maupun sebagai penunjang
pengadaan dana.
Para
ahli pendidik (profesi pendidikan) merupakan faktor internal dan juga faktor
eksternal, seperti: guru, administrator pendidikan, konselor, terlibat secara
langsung dalam proses pendidikan di sekolah. Ada juga para ahli yang di luar
organisasi sekolah tetapi ikut terlibat dalam kegiatan sekolah seperti: para
pengawas, inspektur, penilik sekolah, konsultan, dan mungkin juga pengusaha
yang membantu pengadaan fasilitas sekolah. Demikian pula para panatar guru,
staf pengembangan dan penelitian pendidikan, para guru besar, dsoen, dan
organisasi persatuan guru, juga merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya
terhadap pelaksanaan sistem pendidikan atau inovasi pendidikan. Namun apakah
mereka termasuk faktor internal atau eksternal
agak
sukar dibedakan, karena guru sebagai faktor internal tetapi juga menjadi anggota
organisasi persatuan guru, yang dapat dipandang sebagai factor eksternal.
Yang
penting untuk diketahui bahwa seorang yang akan merencanakan inovasi
pendidikan, ahrus memperhatikan berbagai faktor tersebut, apakah ituinternal
atau eksternal.
c.
Sistem Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan)
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah diatur
dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah.Penanggung jawab sistem pendidikan di
Indonesia adalah Departemen Pendidikan Nasional yang mengatur seluruh sistem
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan.Dalam kaitan dengan adanya
berbagai macam aturan dari pemerintah tersebut maka timbul permasalahan sejauh
mana batas kewenangan guru
untuk
mengambil kebijakan dalam melakukan tugasnya dalam rangka menyesuaikan dengan
kondisi dan situasi setempat. Demikian pula sejauh mana kesempatan yang
diberikan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya guna menghadpi
tantangan kemajuan jaman.Dampak dari keterbatasan kesempatan meningkatkan
kemampuan professional serta keterbatasan kewenangan mengambil kebijakan dalam
melaksanakan tugas bagi guru, dapat menyebabkan timbulnya siklus otoritas yang
negatif.
Siklus otoritas yang negatif bagi guru yang
dikemukakan oleh Florio (1973) yang dikutip oleh Zaltman (1977) adalah guru
memiliki keterbatasan kewenangan dan kemampuan profesional, menyebabkan tidak
mampu untuk mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugasnya untuk menghadapi tantanagan
kemajuan jaman.Rasa ketidakmampuan menimbulkan frustasi dan bersikap apatis
terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.Sikap apatis dan rasa frustasi
mengurangi rasa tanggung jawab dan rasa ikut terlibat (komitmen) dalam
pelaksanaan tugas.Dampak dari sikap apatis, kurangsemangat berpartisaipsi dan
kurang rasa tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas, menyebabkan tmapak dari luar
sebagai guru yang kurang mampu atautidak profesional.Dengan adanya tanda-tanda
bahwa guru kurang mampu melaksanakan tugas maka mengurangi keprcayaan atasan
terhadap guru.Dengan adanya ras kurang percaya menyebabkan timbulnya kecurigaan
atautidak jelasan kewenangan dan kemampuan yang dimiliki oleh guru.Karena atasan
mengaanggap tidak memperoleh kejelasan tentang tanggung jawab pengguanaan
wewenang serta kemampuan profesional yang dimiliki guru, maka dibatasi
pemberian wewenang dan kesempatan mengembangkan kemampuannya mengingat.
3.Perencanaan Inovasi Pendidikan
Pengertian
perencanaan dalam hal ini adalah suatu persiapan dan pengambilan keputusan
berbuat secara sistematik yaitu merupakan serangkaian keaktifan berkelnjutan
dan saling melengkapi untuk mencapai suatu tujuan. Perencanaan merupakan proses
yang berkesinambungan yang berupa kegiatan-kegiatan diagnosa, pengumpulan data,
analisa data, perumusan masalah, perumusan kebutuhan, peninjauan dan ppemilihan
sumber, penentuan faktor penunjang dan penghambat, alternatif pemecahan masalah
(inovasi), pengambilan keputusan, pembuatan jadwal kegiatan, monitoring,
balikan dan evaluasi.
Ada
tiga macam hubungan antara suatu sistem dengan lingkungannya yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan pada sistem yaitu reaktif, proaktif dan
interaktif.Sebenarnya ada juga hubungan antara sistem dengan lingkungannya yang
disebut hubungan inaktif atau beku, artinya dalam hubungan itu tidak terdapat
arus tenaga penggerak antara sistem dengan lingkungannya sehingga sistem itu
dapat tumbuh dan berkembang.Dalam hubungan yang inaktif tidak mendorong adanya
perubahan karena hubungan tenaga sumber yang terdapat di lingkungan terputus
dengan sistem yang ada. Jadi hubungan antara sistem dengan lingkungannya yang
menyebabkan terjadinya suatu perubahan ada tiga:
1. Hubungan reaktif artinya sistem secara
kontinu (berkesinambungan) mengadakan respon terhadap kekuatan atau tekanan
dari luar misalnya masalah politik, ekonomi, sosial, kebudayaan dan sebagainya.
2. Hubungan proaktif artinya sistem memegang
peranan sebagai pengambil inisiatif unutk mengadakan perubahan atau inovasi,
dan secara aktif untuk berusaha mencari sumber dari lingkungannya (eksternal).
3. Hubungan interaktif artinya pertumbuhan
dan perkembangan atau perubahan suatu sistem sebagai hasil adabya hubungan
interaksi antara sistem dengan lingkungannya.
Agar kerjasama dan usaha
pendayagunaan sumber yang ada di lingkungan dapat tepat terarah pada sasaran
inovasi pendidikan, maka perlu perencanaan yang cermat dan mantap.
Elemen-elemen pokok dalam proses perencanaan ialah:
1. Merumuskan Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
inovasi pendidikan yang akan dilaksanakan dengan rumusan yang jelas.
2. Mengidentifikasi masalah.
3. Menentukan kebutuhan.
4. Mengidentifikasi sumber (penunjang) dan
penghambat.
5. Menentukan alternatif kegiatan berdasarkan
faktor penunjang (sumber) yang ada serta mempertimbangkan adanya hambatan yang
mungkin timbul baik dari dalam sistem (sekolah) maupun dari luar sistem (
masyarakat).
6. Menentukan alternatif pemecahan masalah.
7. Menentukan alternatif cara pendayagunaan
sumber yang ada.
8. Menentukan kriteria untuk memilih
alternatif pemecahan masalah.
9. Menentukan alternatif pengambilan
keputusan.
10. Menentukan kriteria untuk menilai hasil inovasi pendidikan
berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Proses inovasi pendidikan adalah
serangkaian aktivitas yang dilakukanoleh individu atau organisasi, mulai sadar tahu
adanya inovasi sampaimenerapkan (implementasi) inovasi pendidikan.
Menurut para ahli,model proses inovasi
ada dua yaitu model yang berorientasi pada individual dan model yang
berorientasi pada organisasi.
Dalam proses penerapan inovasi
pendidikan ada beberapa factor yang mempengaruhinya yaitu factor kegiatan
belajar mengajar,factor internal dan eksternal,dan system pendidikan.
Sebelum menerapkan dan melaksanakan
inovasi,maka diperlukan adanya suatu perencanaan yang dalam hal ini adalah suatu
persiapan dan pengambilan keputusan berbuat secara sistematik yaitu merupakan
serangkaian keaktifan berkelanjutan dan saling melengkapi untuk mencapai suatu
tujuan.
B.
Saran
Untuk melakukan suatu inovasi maka harus ada
perencanaan terlebih dahulu, agar proses inovasi bisa berjalan dengan lancar
dan sesuai harapan. Selain itu dalam proses inovasi juga harus memperhatikan
factor-faktor yang mempengaruhi proses.inovasi itu agar tidak terfjadi
disonansi.
Untuk seorang inovator ada beberapa model inovasi yang
dapat digunakan untuk menciptakan suatu inovasi dan menerapkan inovasi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim.
1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Ibrahim.
2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : Imtima.
Irmim
S. dan Abdul R. 2004.Menjadi Guru Yang Bisa Digugu Dan Ditiru.Jakarta :
Seyma Media.
Suyatno.
2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana
Pustaka.
Sa’ud,
Udi Sepudin, Ph.D. 2008. Inovasi
Pendidikan. Bandung:Alfabeta.