PROSES KEPUTUSAN INOVASI
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata
Kuliah
Inovasi Pendidikan
Oleh :
Kelompok 6
Elsa Farhana (110)
Indra Suryadi (110)
Lidya Mustikasari (1103053)
Tingkat 2C Semester 3
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penyusun telah mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses
Keputusan Inovasi”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah InovasiPendidikan.
Kebutuhan akan guru dan tenaga
kependidikan yang profesional sangat mendesak. Salah satu ciri dari guru yang
profesional adalah sikap inovatif. Namun sayangnya guru yang berperan sebagai
inovator sangatlah jarang, hal tersebut disebabkan karena kekurang tahuannya
mengenai proses keputusan inovasi. Apa itu proses keputusan inovasi? Adakah
media dalam proses keputusan inovasi?. Pertanyaan
inilah yang menjadi fokus makalah. Sejalan dengan itu makalah ini secara jelas
membahas pengertian proses keputusan inovasi. Dengan uraian yang komprehensif
ini, diharapkan pemahaman akan proses keputusan inovasi bukan hanya sekedar
tataran teori melaikan lebih jauh pada tataran aplikasi.
Penulis
menyadari bahwa selama penyusunan makalah ini penyusun mendapatkan berbagai
bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1.
Dr. Jenuri, S.Ag, M.Pd,
selaku dosen mata kuliah yang telah membantu penyusun dalam menyusun makalah
ini.
2.
Orang tua yang telah
membantu penyusun selama menyusun makalah ini.
3.
Rekan-rekan seangkatan
yang telah memotivasi penyusun untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini.
4.
Semua pihak yang tidak
bisa penyusun sebut satu persatu.
Makalah
ini bukanlah karya yang sempurna karena masih banyak kekurangan, baik dalam isi
maupun sistematika dan teknik penyusunannya. Oleh sebab itu penyusun sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi membangun kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.
Bandung,
Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C.
Tujuan Makalah .................................................................................................. 2
D.
Kegunaan Makalah ............................................................................................ 2
E. Prosedur
Makalah............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Proses Keputusan Inovasi................................................................ 4
B.
Model Proses
Keputusan Inovasi....................................................................... 5
C.
Saluran-Saluran Komunikasi Berdasarkan Tahapan-Tahapan Dalam
Proses Keputusan-Inovasi 5
D.
Periode Keputusan
Inovasi................................................................................. 6
E. Tipe
Keputusan Inovasi...................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ........................................................................................................ 11
B. Saran
.................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan formal dirasakan urgensinya ketika keluarga tidak
mampu lagi memberikan pendidikan yang wajar kepada anak-anaknya. Lembaga ini
akhirnya diterima sebagai wahana proses kemanusiaan dan pemanusiaan kedua
setelah keluarga. Dalam perjalanannya, ternyata tidak ada pendidikan formal
yang benar-benar netral. Ini ditandai dengan adanya praktek pendidikan yang
kurang menghargai kebebasan siswa. Fenomena semacam ini disebut paulo Freire
dalam The Politic of Education : Culture, Power, and Liberation (1980) sebagai
praksis pendidikan yang membelenggu, bukan membebaskan. Menurut Freire,
pendidikan yang membebaskan merupakan proses pendidikan yang mengkondisikan
siswa untuk mengenal dan mengungkapkan kehidupan yang senyatanya secara kritis.
Pendidikan yang membebaskan tidak dapat direduksi menjadi sekedar usaha guru
untuk memaksakan kebebasan kepada siswa. Sementara itui, pendidikan yang
membelenggu berusaha menanamkan kesadaran yang keliru kepada siswa sehingga
mereka mengikuti alur kehidupan ini dan menerima realitas tanpa filter yang
selektif.
Hari ini, kebutuhan akan guru dan
tenaga kependidikan yang profesional sangat mendesak. Hal itu tidak dapat kita
pungkiri karena terdapat suatu realitas dimana lembaga pendidikan formal, mulai
dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi
mengalami kemajuan pesat secara kuantitatif. Hal ini ditandai dengan
peningkatan jumlah lulusan siswa dari tahun ketahun. Namun, disisi lain, kita
dihadapkan kepada dilema berkaitan dengan masalah kemampuan profesional guru
dalam mengelola kelas masih jauh dari harapan.
Guru yang berperan sebgai inovator
sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak ada pada sekolah-sekolah tertentu.
Sesungguhnya menjadi inovator sebagai penggagas kebijakan memang pekerjaan yang
berat dan beresiko. Namun tanpa adanya inovator yang siap menaggung resiko juga
akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kemajuan pendidikan kita serta
hanya mampu mencetak generasi-generasi yang statis dalam berfikir dan lamban
dalam bertindak.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah
di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apakah
pengertian proses keputusan inovasi?
2. Apa
saja model proses keputusan inovasi?
3. Apa saja saluran-saluran komunikasi
berdasarkan tahapan-tahapan dalam proses keputusan-inovasi ?
4. Bagaimana priode keputusan inovasi?
5. Apa
saja tipe keputusan inovasi ?
C.
Tujuan
Makalah
Sejalan
dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun untuk mengetahui dan
mendeskripsikan:
1. Pengertian
proses keputusan inovasi;
2. Model
proses keputusan inovasi;
3. Saluran-saluran komunikasi
berdasarkan tahapan-tahapan dalam proses keputusan-inovasi;
4. Periode keputusan inovasi;
5. Tipe
keputusan inovasi.
D.
Kegunaan
Makalah
Makalah
ini disusun dengan harapan memberikn kegunaan baik secra teoritis maupun
praktis. Secara
teoritis makalah ini berguna sebagai bahan referensi. Secara praktis diharapan
makalah ini bermanfaat bagi:
1. Penyusun
sebagai wahana penambah pengetahuan.
2. Pembaca,
sebagai media informasi tentang proses keputusan inovasi.
E.
Prosedur
Makalah
Makalah
ini disusun berdasarkan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif. Melalui metode ini penyusun akan menguraikan permasalahan
secara jelas dan
komprehensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan
teknik studi pustaka, artinya penyusun mengambil data dari kegiatan membaca
berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Proses Keputusan Inovasi
Proses keputusan inovasi adalah
proses yang dilalui atau dialami oleh seseorang atau kelompok pengambil
keputusan, mulai dari yang pertama kali tahu adanya inovasi, kemudian
dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan apakah
ia menerima atau menolak untuk berinovasi, implementasi atau perwujudan dari
inovasi, serta konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya.
Proses keputusan inovasi bukan
kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan
yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi
dapat menilai gagasan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk
selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi dan menerapkannya
(Ibrahim, 1988: 88).
Ciri pokok keputusan inovasi dan
merupakan perbedaannya dengan tipe keputusan yang lain adalah dimulai dengan
adannya ketidaktentuan (uncertainty)tentang sesuatu(inovasi). Misalnya kita
harus mengambil keputusan antara menghadiri rapat atau bermain olah raga, maka
kita sudah tahu apa yang akan dilakukan jika berolah raga dan kita sudah tahu
apa yang dilakukan jika menghadiri rapat. Rapat dan olah raga bukan hal yang
baru. Pertimbangan mana yang paling menguntungkan sesuai dengan kondisi saat
itu. Keputusan ini bukan keputusan inovasi. Tetapi jika kita memutuskan untuk
mengganti menggunakan kompor minyak menjadi kompor gas yang sebelumya belum
pernah tahu tentang kompor gas, maka keputusan ini adalah keputusan inovasi.
Proses pengambilan keputusan mau atau tidak mau menggunakan kompor gas, dimulai
dari adanya serba ketidak tentuan tentang kompor gas. Masih terbuka berbagai
alternatif, mengkin lebih bersih, lebih hemat, tetapi juga mungkin berbahaya
dan sebagainya. Untuk sampai mantap keputusan menerima atau menolak kompor gas
perlu informasi dan kejelasan informasi akan mengurangi ketidak tentuan dan
berani mengambil keputusan.
B.
Model
Proses Keputusan Inovasi
Model proses keputusan-inovasi
secara konseptual digambarkan Rogers (1983: 165) terdiri dari lima tahap:
1.
Pengetahuan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan
keputusan) dihadapkan pada keberadaan inovasi dan memperoleh sejumlah pemahaman
mengenai bagaimana berfungsinya.
2.
Persuasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan
keputusan lainnya) membentuk sikap yang mendukung atau tidak mendukung terhadap
inovasi.
3.
Keputusan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan
keputusan) terlibat dalam aktifitas-aktifitas yang menuntun pada pilihan untuk
mengambil atau menolak inovasi.
4.
Implementasi terjadi
ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) menggunakan inovasi.
5.
Konfirmasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan
keputusan lainnya) mencari pemantapan dari suatu keputusan inovasi yang telah
dibuat, tetapi dia dapat membalikan keputusan sebelumnya jika dihadapkan pada
pesan-pesan yang bertentangan mengenai inovasi.
C.
Saluran-Saluran Komunikasi
Berdasarkan Tahapan-Tahapan Dalam Proses Keputusan-Inovasi
Salah satu kepentingan dari lima
tahap dalam proses keputusan-inovasi adalah membantu kita untuk memahami peran
saluran-saluran komunikasi yang berbeda.
Seringkali sulit bagi kita untuk
membedakan antara sumber pesan dan saluran yang membawa pesan tersebut. Sumber
adalah individu atau institusi yang memberikan pesan. Sedang saluran adalah
alat dimana pesan bergerak dari sumber ke si penerima. Para peneliti
mengategorikan saluran-saluran komunikasi sebagai berikut:
1.
bersifat interpersonal atau mass media
Saluran media massa adalah alat-alat
untuk menyampaikan pesan yang melibatkan media massa, seperti radio, televisi,
surat kabar, dst yang memungkinkan sumber dari satu atau beberapa individu
untuk menjangkau banyak audiens. Saluran interpersonal melibatkan pertukaran
saling berhadapan antara dua individu atau lebih. Saluran-saluran ini memiliki efektifitas
yang lebih besar ketika menghadapi resistansi atau apati.
2.
berasal dari sumber
lokal atau kosmopolit
Saluran komunikasi kosmopolit adalah
saluran dari luar sistem sosial yang sedang diselidiki; saluran-saluran lainnya
mengenai gagasan-gagasan baru menjangkau individu dari sumber-sumbre didalam
sistem sosial mereka.
Studi
penelitian di masa lalu memperlihatkan bahwa saluran-saluran ini memainkan
peran-peran berbeda dalam menciptakan pengetahuan atau membujuk orang-orang
untuk merubah sikap mereka terhadap inovasi, untuk jelasnya lagi dijelaska
sebagai berikut:
1.
Media Massa Versus Saluran-Saluran Interpersonal
Saluran media massa secara relatif
lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran-saluran interpersonal secara
relatif lebih penting pada tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi.
2.
Saluran-Saluran Kosmopolit versus Lokalit
Saluran kosmopolit secara relatif
lebih penting pada tahap pengetahuan, dan saluran lokalit secara relatif lebih
penting pada tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi.
D.
Periode Keputusan Inovasi
Periode keputusan-inovasi adalah
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melalui proses keputusan inovasi. Waktu
yang berlangsung dari pengetahuan-kesadaran inovasi hingga keputusan untuk
individu diukur dengan hari, bulan atau tahun.
Kebanyakan agen perubahan ingin
mempercepat proses pengambilan inovasi. Salah satu metode untuk melakukan hal
tersebut adalah dengan mengkomunikasikan informasi mengenai gagasan baru secara
lebih cepat sehingga pengetahuan dibuat pada waktu yang lebih awal. Metode lain
adalah dengan memperpendek banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk
keputusan-inovasi setelah individu menyadari gagasan baru. Banyak pengadopsi
potensial seringkali menyadari inovasi tetapi tidak termotivasi untuk
mencobakannya.
Salah satu perbedaan penting
individu dalam lamanya periode keputusan-inovasi adalah berdasarkan pada
kategori pengadopsi. Mengapa inovator membutuhkan periode yang lebih pendek?
Studi-studi penelitian memperlihatkan bahwa inovator memiliki sikap yang lebih
mendukung terhadap gagasan-gagasan baru maka resistansi terhadap perubahan
harus diatasi dengan pesan-pesan komunikasi mengenai gagasan-gagasan baru.
Inovator juga memiliki periode keputusan-inovasi yang lebih pendek karena:
1.
Mereka menggunakan sumber yang secara teknis lebih akurat
dan saluran mengenai inovasi, seperti kontak langsung dengan para ahli,
2.
Mereka meletakan kredibilitas yang tinggi dalam
sumber-sumber tersebut dibanding individu rata-rata.
E.
Tipe
Keputusan Inovasi.
Inovasi dapat diterima atau ditolak
oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem sosial, atau oleh
keseluruhan anggota sistem sosial, yang menentukan untuk menerima inovasi
berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan). Dengan
dasar kenyataan tersebut maka dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan
inovasi :
1.
Keputusan inovasi opsional, yaitu pemilihan menerima atau
menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu
(seseorang) secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota
sistem sosial yang lain. Meskipun dalam hal ini individu mengambil keputusan itu
berdasarkan norma sistem sosial atau hasil komunikasi interpersonal dengan
anggota sistem sosial yang lain. Jadi hakikat pengertian keputusan inovasi
opsional ialah individu yang berperan sebagai pengambil keputusan untuk
menerima atau menolak suatu inovasi.
- Keputusan inovasi kolektif, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan antara anggota sistem sosial. Semua anggota sistem sosial harus mentaati keputusan bersama yang telah dinuatnya. Misalnya, atas kesepakatan warga masyarakat di setiap RT untuk tidak membuang sampah di sungai, yang kemudian disahkan pada rapat antar ketua RT dalam suatu wilayah RW. Maka konsekuensinya semua warga RW tersebut harus mentaati keputusan yang telah dibuat tersebut, walaupun mungkin secara pribadi masih ada beberapa individu yang masih merasa keberatan.
- Keputusan inovasi otoritas, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat keputusan inovasi. Para anggota sistem sosial tersebut hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit pengambil keputusan misalnya, seorang pimpinan perusahaan memutuskan agar sejak tanggal 1 maret semua pegawai harus memakai seragam hitam putih. Maka semua pegawai sebagai anggota sistem sosial di perusahaan itu harus melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh atasannya.
- Keputusan inovasi kontingensi (contingent), yaitu pemilihan menerima atau menolak suati inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Misalnya di sebuah Perguruan Tinggi, seorang dosen tidak mungkin untuk memutuskan secara opsional untuk memakai komputer sebelum didahului keputusan oleh pimpinan fakultasnya untuk melengkapi peralatan fakultas dengan komputer. Jadi ciri pokok dari keputusan inovasi kontingan ialah digunakannya dua atau lebih keputusan inovasi secara bergantian untuk menangani suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan dapat keputusan opsional, kolektif atau otoritas.
Keempat tipe keputusan inovasi tersebut merupakan
rentangan dari keputusan opsional (individu dengan penuh tanggung jawab secara
mandiri mengambil keputusan), dilanjutkan dengan keputusan kolektif (individu
memperoleh sebagian sebagian wewenang untuk mengambil keputusan), dan yang
terakhir keputusan otoritas (individu sama sekali tidak mempunyai hak untuk
mengambil alih keputusan). Keputusan kolektif dan otoritas banyak digunakan
dalam organisasi formal, seperti perusahaan, sekolah, perguruan tinggi,
organisasi pemerintahan, dan sebagainya. Sedangkan keputusan opsional sering
digunakan dalam penyebaran inovasi kepada petani, konsumen, atau inovasiyang
sasarannya anggota masyarakat sebagai individu bukan sebagai anggota organisasi
tertentu.
Biasanya yang paling cepat cepat
diterimanya inovasi dengan menggunakan tipe keputusan otoritas, tetapi masih
juga tergantung bagaimana pelaksanaannya. Sering terjadi juga kebohongan dalam
pelaksanaan keputusan keputusan otoritas. Dapat juga terjadi bahwa keputusan
opsional lebih cepat dari keputusan kolektif, jika ternyata untuk membuat
kesepakatan dalam musyawarah antara anggota sistem sosial mengalami kesukaran.
Cepat lambatnya difusi inovasi tergantung pada berbagai faktor.
Tipe keputusan yang digunakan untuk
menyebarluaskan suatu inovasi dapat juga berubah dalam waktu tertentu. Rogers
memberi contoh inovasi penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil (auto
mobil seat belts). Pada mulanya pemasangan seatbelt di mobil diserahkan kepada
pemilik kendaraan yang mampu membiayai pemasangannya. Jadi menggunakan
keputusan opsional. Kemudian pada tahun berikutnya peraturan pemerintah
mempersyaratkan semua mobil baru harus dilengkapi dengan tali pengaman. Jadi
keputusan inovasi pemasangan tali pengaman dibuat secara kolektif. Kemudian
banyak reaksi terhadap peraturan ini sehingga pemerintah kembali kepada
peraturan lama keputusan menggunakan tali pengaman diserahkan kepda tiap
individu (tipe keputusan opsional).
Sistem sosial terlibat secara
langsung dalam proses keputusan inovasi kolektif, otoritas dan kontingen dan
mungkin tidak secara langsung terlibat dalam keputusan inovasi opsional.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan rumusan
masalah penyusun dapat menyimpulkan sebagai berikut :
a. Proses keputusan inovasi adalah
proses yang dilalui atau dialami oleh seseorang atau kelompok pengambil
keputusan, mulai dari yang pertama kali tahu adanya inovasi, kemudian
dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan apakah
ia menerima atau menolak untuk berinovasi, implementasi atau perwujudan dari
inovasi, serta konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya.
b. Model proses keputusan-inovasi
secara konseptual digambarkan Rogers (1983: 165) terdiri dari lima tahap, yaitu
penggetahuan, bujukan, keputusan, implementasi dan konfirmasi.
c. Saluran adalah alat dimana pesan
bergerak dari sumber ke si penerima(penghubung).
d. Periode keputusan-inovasi adalah
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melalui proses keputusan inovasi.
e. Ada
4 tipe keputusan inovasi, yaitu Keputusan inovasi opsional,
Keputusan inovasi kolektif, Keputusan inovasi otoritas dan Keputusan inovasi
kontingensi (contingent).
B.
Saran
Supaya
inovasi dapat disampaikan dengan cepat maka diperlukannya metode-metode. Salah satu metode untuk melakukan
hal tersebut adalah dengan mengkomunikasikan informasi mengenai gagasan baru
secara lebih cepat sehingga pengetahuan dibuat pada waktu yang lebih awal.
Metode lain adalah dengan memperpendek banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk
keputusan-inovasi setelah individu menyadari gagasan baru.
DAFTAR PUSTAKA
Syaefudin,
Udin. 2010. INOVASI PENDIDIKAN.
Bandung: Alfabeta.
Muslim, Arifin. 2010. PROSES KEPUTUSAN INOVASI.
[Online]. tersedia: http://www.blogspot.proses_keputusan_inovasi.com.
(9 Oktober 2011).
Saefudin, Urip. 2008. Inovasi
Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Syaefudin,Udin dan Suherman,Ayi.
2006. Inovasi Pendidikan. Bandung :
UPI Press.
Smkdarunnajah.
2011. Inovasi. [Online]. tersedia: http://www.smkdarunnajah.Sch.id. (9
Oktober 2011).