a.
Pendekatan
Konstruktivis
Kontruktivis
merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual. Pengetahuan
dibangun oleh siswa melalui kegiatan eksplorasi dan diskusi degan temannya.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diangkat, tetapi siswa harus mengkonstruki pengetahuannya sendiri.
Menurut Mc Brien and Brandt (Sutardi, 2007:125) “Contructivismis an approach to teachingbaseg on research about how people learn. Many researcher say that each individual constructs knowledge rather than receiving in from others”. Konstruktivis adalah suatu pendekatan pembelajaran berdasarkan kepada penelitian tentang bagaimana manusia belajar. Kebanyakan penelitian berpendapat setiap individu membangun pengetahuannya dan bukan hanya menerima pengetahuan dari orang lain.
Menurut Mc Brien and Brandt (Sutardi, 2007:125) “Contructivismis an approach to teachingbaseg on research about how people learn. Many researcher say that each individual constructs knowledge rather than receiving in from others”. Konstruktivis adalah suatu pendekatan pembelajaran berdasarkan kepada penelitian tentang bagaimana manusia belajar. Kebanyakan penelitian berpendapat setiap individu membangun pengetahuannya dan bukan hanya menerima pengetahuan dari orang lain.
Menurut Glaserfeld (Yunus, 2009:70) mengemukakan bahwa
Konstruktivis adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan itu adalah konstruksi (bentukan) diri sendiri. Pernyataan ini
menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan tetapi akibat
dari suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
Berdasarkan
beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konstruktivis
adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan atau konsep
secara aktif, berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya. Dalam proses pembelajaran ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan
yang diterimanya dengan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan
baru.
Karakteristik pendekatan
Konstruktivis
Setiap
pendekatan pembelajaran tentunya memiliki karakteristik dan prinsip tersendiri,
begitu pula pendekatan konstruktivisme yang memiliki karakteristik dan prinsip
pembelajaran tersendiri. Nuhadi (Yunus, 2009: 75) menyatakan delapan prinsip
pembelajaran kontruktivis yakni sebagai berikut.
1. Melakukan hubungan yang bermakna.
2. Melakukan kegiatan yang signifikan.
3. Belajar yang diatur sendiri.
4. Bekerja sama.
5. Berpikir kritis dan kreatif.
6. Mengasuh dan memelihara pribadi siswa.
7. Mencapai standar yang tinggi.
8. Menggunakan penilaian otentik
Sedangkan menurut Hari Suderadjat (Sutadi, 2007: 133),
pembelajaran kontruktivis memiliki beberapa karakteristik, antara lain :
1. Proses top-down artinya siswa mulai belajar dengan
masalah-masalah yang lebih kompleks untuk dipecahkan atau dicari solusinya
dengan bantuan guru melalui penggunaan keterampilan dasar yang digunakan.
2. Pembelajaran kooperatif , model konstruktivis juga
menggunakan pembelajaran kooperatif, karena siswa lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan dengan temannnya.
3. Pembelajaran generatif atau generative learning
juga digunakan dalam pendekatan konstruktivis. Strategi ini mengajarkan siswa
dengan metode spesifik untuk melakukan kerja mental menangani informasi baru.
4. Pembelajaran dengan penemuan, dalam pembelajaran
penemuan siswa didorong untuk belajar secara aktif, melakukan proses penguasaan
konsep, ynag memungkinkan mereka menemukan konsep baru.
5. Pemebelajaran dengan pengaturan diri, pendekatan
konstruktivis mempunyai visi bahwa siswa adalah sosok yang ideal, yaitu
seseorang yang mampu mengatur dirinya sendiri atau self regulated learner.
6. Scaffolding didasarkan atas konsep Vygotsky tentang
pembelajaran dengan bantuan guru.
b.
Pendekatan
Pembelajaran Inquiry
Pendekatan
Inkuiri adalah suatu strategi pembelajaran dimana guru dan murid mempelajari
peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan yang dipakai oleh ilmuwan. Arti
inkuiri adalah proses penemuan dan penyelidikan masalah-masalah, menyusun
hipotesa, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan
tentang hasil pemecahan masalah.
Menurut Webster’s New Collegiate Dictionay kata inkuiri (inquiry) berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan inkuiri sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan.
Kuslan dan Stone (dalam Dahar dan Liliasari, 1986) mendefinisikan pendekatan inkuiri sebagai pengajaran dimana guru dan murid-murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan.
Menurut Webster’s New Collegiate Dictionay kata inkuiri (inquiry) berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan inkuiri sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan.
Kuslan dan Stone (dalam Dahar dan Liliasari, 1986) mendefinisikan pendekatan inkuiri sebagai pengajaran dimana guru dan murid-murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan.
Pembelajaran Inquiry adalah cara penyampaian bahan
pengajaran dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan
potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk
menemukan sesuatu sebagai jawaban yang meyakinkan terhadap permasalahan yang
dihadapkan kepadanya melalui proses pelacakan data dan informasi serta
pemikiran yang logis, kritis dan sistematis. (Slamento. Proses Belajar Mengajar
Dalam Proses Kridit Semester. Jakarta : Bumi Aksara. 1993. Hlm 116)
Metode ini berasal dari John Dewey,
maksud utama metode ini adalah memberikan latihan kepada murid dalam berfikir.
Metode ini dapat menghindarkan untuk membuat kesimpulan tergesa-gesa,
menimbang-nimbang kemungkinan pemecahan, dan menangguhkan pengambilan keputusan
sampai terdapat bukti-bukti yang cukup. (Muhaimin. Strategi Belajar Mengajar.
Surabaya : CV. Citra Media. 1996. Hlm 88)
Metode inquiry ini merupakan suatu
metode yang merangsang murid untuk berfikir, menganalisa suatu persoalan
sehingga menemukan pemecahannya. Dalam bahasa inggrisnya disebut problem
solving method. Metode ini membina kecakapan untuk melihat alasan-alasan yang
tepat dari suatu persoalan, sehingga pada akhirnya dapat ditemukan bagaimana
cara penyelesaiannya. Metode inipun adalah metode yang membina murid untuk
dapat berfikir ilmiah, yaitu cara berfikir yang mengikuti jenjang-jenjang
tertentu di alam penyelesaiannya. Kemampuan untuk memperoleh tilikan dapat
dilatih dan dikembangkan dengan metode mengajar semacam ini. (Djajadisastra.
Metode-Metode Mengajar. Bandung : Angkasa.. 1981. Hlm 19)
Secara
operasional pendekatan inkuiri mempunyai karakteristik:
·
Diawali dengan
pengamatan dan berkembang untuk memahami konsep atau fenomena.
·
Membuat pertanyaan atau
menentukan masalah dari hasil pengamatan.
·
Suatu masalah ditemukan
lalu dipersempit hingga terlihat kemungkinan masalah itu dapat dipecahkan oleh
murid.
·
Proses pembelajaran berpusat pada
pertanyaan-pertanyaan”mengapa”, ”bagaimana kita mengetahui”, dan ”betulkah
kesimpulan ini”?
·
.Jawaban-jawaban yang
dicari tidak diketahui lebih dulu dan tidak ada dalam buku pelajaran. Bubu-buku
petunjuk yang dipilih berisi pertanyaan-pertanyaan dan saran. Saran untuk
menentukan jawaban bukan memberi jawaban.
·
Murid-murid bersemangat sekali untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.
·
Murid-murid mengusulkan
cara-cara pengumpulan data, melakukan eksperimen, melakukan pengamatan,
membaca, dan menggunakan sumber-sumber lain.
·
Semua usul dinilai bersama, bila mungkin
ditentukan asumsi-asumsi, keterlibatan, dan kesulitan-kesulitan.
·
Murid-murid melakukan
penelitian secara individu atau kelompok, untuk mengumpulkan data yang
diperlukan untuk menguji hipotesa.
·
Murid mengolah data, membuat kesimpulan,
memberikan penjelasan.
·
.Mengembangkan dan
menggunakan keterampilan berpikir kritis.
c.
Pendekatan
Keterampilan Proses
Pendekatan
keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari
kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa
(DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)
Menurut
Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses
adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang
mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah,
sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru.
Dimyati dan
Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan
proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan
peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan-
kamapuan yang dimiliki peserta didik.
Pendekatan
Keterampilan Proses (PKP) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses belajar siswa (learn how to learn). PKP adalah pendekatan
pembelajaran yang melibatkan aspek intelektual, sosial, emosional, maupun aspek
fisik siswa secara optimal yang bersumber dari kemampuan dasar yang telah ada
pada siswa.
Pendekatan
keterampilan proses adalah suatu cara untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan
fakta dan konsep serta penumbuhan sikap dan nilai (Semiawan, 1999). Dapat
dikatakan juga bahwa pendekatan keterampilan proses adalah cara yang digunakan
untuk mengembangkan kemampuan siswa serta menekankan bagaimana siswa belajar
dan mengelola perolehannya sehingga dapat digunakan sebagai bekal untuk
memenuhi kebutuhan hidup dimasyarakat.
Karakteristik
Pendekatan Proses
·
Menekanksan pentingnya
belajar untuk mencapai hasil belajar yang memadai
·
Menekankan pentingnya
keterlibatan siswa dalam proses belajar
·
Adanya penekanan
belajar dua arah, baik guru dengan murid ataupun murid dengan murid
·
Adanya keikutsertaan
siswa seacara kreatif dalam proses belajar mengajar
·
Guru sebagai
fasilitator dan coordinator kegiatan belajar siswa.