Dia
menyatakan bahwa pengembangan materi khususnya kewarganegaraan mengembangkan
keseluruhan program sekolah, dimana berbagai pengalaman, minat serta
kepentingan-kepentingan seperti kepentingan pribadi, masyarakat dan negara
diwujudkan dalam kualitas pribadi seseorang. Untuk mengembangkan kualitas
pribadi warga negara, isi pelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagaimana pula
isi bahan social studies meliputi sumber bahan sebagaimana diungkapkan oleh
Paul R. Hanna dan John R. Lee berikut :
“The
content for a modern social studies program is drawn from various sources.
Three sources are easily identified in school practice :
1)
That informal content found in the
ongoing activities of the several expanding communities of men in which the
pupil lives.
2)
The second source of social studies
content is the formal disciplines of the pure of semisocial sciences human
geography, history, political science, economics, sociology, anthropology,
social psychology, jurisprudence, philosophy and ethics, and linguistics.
3)
A third source of content is found
in the response of pupils both to (a) yhe informal events cited as the first
source, and (b) the more formal studies refered to as the second source”. (1962
: 62-63)
Dengan
demikian materi Pendidikan Kewarganegaraan begitu luasnya karena meliputi pertama,
bahan informal content, yaitu bahan-bahan yang diambil dari kehidupan
masyarakat sehari-hari yang berada di sekitar kehidupan siswa. Bahan informal
ini meliputi bahan-bahan “yang saling bertentangan” (controversial issues),
yaitu adanya pandangan masyarakat yang pro dan kontra. Misalnya : masalah
lokalisasi wanita tuna susila, sumbangan dana sosial berhadiah, masalah
Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi, masalah tempat
pembuangan akhir sampah, masalah lokalisasi pedagang kaki lima, dan lain-lain.
Di samping masalah “controversial issues”, juga masalah yang tabu (taboo)
atau tertutup (closed areas) di dalam kehidupan masyarakat. Misalnya :
masalah pendidikan seks (sex education), jabatan sipil yang dipegang
oleh tentara atau polisi, masalah gender, masalah perkawinan dari insan sejenis
dan lain-lain. Demikian pula yang termasuk dalam informal content,
adalah masalah yang dianggap masih hangat atau yang sedang ramai dibahas
masyarakat pada saat itu dalam kehidupan sehari-hari (current affairs).
Untuk itu setiap warga negara diharapkan peka terhadap berbagai informasi yang
terdapat dalam media messa dan lain-lain.
Materi
pendidikan kewarganegaraan yang kedua adalah formal disciplines,
yaitu bahan pendidikan kewarganegaraan yang diambil dari berbagai disiplin ilmu
sosial maupun semi sosial seperti : geografi, sejarah, politik, ekonomi,
anthropologi, sosiologi, psikologi sosial, hukum, filsafat, etika dan bahasa.
Materi pendidikan kewarganegaraan yang ketiga adalah “The
response of pupils both to the informal and the formal content” Dari
materi ketiga tersebut berarti pendidikan kewarganegaraan diperoleh dari respon
siswa terhadap bahan formal yang selama ini diberikan guru serta bahan informal
yang berasal dari kehidupan masyarakat.. Respon siswa tersebut dapat positif
dalam arti mendukung, dapat negatif dalam arti menentang atau bersikap masa
bodoh dalam arti tidak peduli dengan masalah yang dibahas. Dari berbagai respon
tersebut, diharapkan guru-guru pendidikan kewarganegaraan akan dapat mengadakan
koreksi, perbaikan, perubahan atau tambahan terhadap bahan-bahan yang
diberikan, karena akan disesuaikan dengan kebutuhan siswa itu sendiri serta
pertimbangan-pertimbangan psikologis.